Kisi-kisi Video Pekan Ketujuh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Alhamdulillah kita telah belajar di pekan yang lalu tentang “menyuarakan kebenaran’. In syaa Allaah di pekan ketujuh ini kita akan belajar bagaimana memainkan keseimbangan. Keseimbangan antara “menyuarakan kebenaran” dan “memudahkan sesama.”
Ada yang pernah masuk Islam dan cuma mau shalat dua waktu. Kita tahu, “kebenaran” mengatakan bahwa shalat itu lima waktu, bukan dua waktu. Tapi Rasulullah ﷺ membolehkan shalat dua waktu untuk sang mu’allaf tadi. Dengan pertimbangan, setelah ia nanti merasakan nikmatnya shalat, “dua waktu” akan berubah menjadi “lima waktu” dengan sendirinya.
Menjadi bijaksana butuh waktu. Perlu berproses. Berproses menjadi pribadi yang menyenangkan dan enak diajak ngobrol. Yang membuat orang suka untuk belajar Islam “dari” kita, atau, “bersama” kita.
Kita menjauh dari situasi di mana pribadi kita membuat orang-orang justru takut mengenal Islam. Atau takut mempelajari Islam.
Berdakwah adalah seperti menyebar undangan. Yang didistribusikan dengan penuh suka cita. Berdakwah adalah sebentuk aksi “unjuk rasa”. Rasa persahabatan, rasa peduli, rasa penghargaan, dan rasa cinta.
Di musim Covid-19 kita mengenal istilah OTG. Orang tanpa gejala. Di pekan ketujuh kita mengenal OTD. One-time dakwah. Yang terbukti tidak efektif. Karena dakwah tidak satu kali jadi. Tanaman harus kita sirami setiap hari, bukan satu hari. Belajar bersabar dan pantang menyerah. Dan dari tanaman yang kita sirami itu, kita tidak pernah tahu yang mana yang akan berbuah manis, yang mana yang akan berbunga indah. Allah سبحانه و تعالى yang menentukan itu, bukan kita. Kita cukup menyirami.
Pekan ketujuh membuat kita melakukan introspeksi. Untuk memastikan supaya kita tidak memiliki masalah yang bisa menjadi batu sandungan kita dalam berdakwah. Seperti misalnya hobi untuk menilai atau mengkritik orang (judgment), membuat yang mudah jadi sulit, “membatasi” orang masuk surga padahal Allah سبحانه و تعالى membuka jannah Nya lebar-lebar.
Ustadz Nouman menambahkan dua nasihat bonus untuk kita. Supaya kita terhindar dari narrow-mindedness, dan supaya kita bisa melakukan aktivitas dakwah dengan penuh ketulusan (sincerity).
Semoga kita selalu berada dalam bimbingan-Nya. Untuk memudahkan manusia lebih dekat kepada Al-Qur’an dan Rabb mereka.

Referensi Video Pekan Ketujuh
Video Islam itu Mudah, Kita yang membuatnya Sulit
QnA Diskusi Pekan Ketujuh
CARA KITA MENYIKAPI SESUATU/SESEORANG
(Q1) Bagaimana sikap terbaik kita ketika menghadapi oknum yang cara berdakwahnya suka menghakimi serta merendahkan objek dakwahnya?
Answer:
Jika menghadapi oknum yang cara dakwahnya suka menghakimi dan merendahkan objek dakwahnya, maka upayanya adalah:
- Luruskan niat kita dalam mencari ilmu
- Berprasangka baik pada guru. Barangkali niat guru itu untuk memotivasi dengan gayanya yang seperti itu
- Mendoakan guru
- Jika membuat tidak nyaman dan malah semakin bersuudzon pada guru, dan menarik pikiran-pikiran negatif kita, maka cari guru yang lebih nyaman dan mendekatkan kepada Allah سبحانه و تعالى.
Sikap saya cukup tahu, saya hormati orangnya dan tidak menjelekkannya atau memberi komentar buruk, dan biasanya saya tidak dengarkan lagi, karena jujur bisa menjadi toxic bagi diri saya jika tetap saya dengarkan. Masih banyak pendakwah lain yang bisa saya dengarkan ilmunya.
(Q2) Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang mengajak dengan cara yang sedikit keras, memberi tahu bahwa Islam tidak boleh ini dan itu? Jika hal ini dilakukan maka Allah سبحانه و تعالى tidak akan ridho dengan amalan kita. Jujur saja, hal itu memang membuat takut.
Answer:
Tentang orang yang mengajak dengan cara yang keras, mencoba memahami kalau orang itu ada beberapa tipe, dan menganggap si pengajak yang agak keras ini memang seperti itu tipenya/cara dia mengajak. Jadi selama dia mengajak untuk kebaikan kita, ya “its okay” terima, ambil baiknya.
Sikap yang bisa diambil adalah bertanya dari ahlinya. Bisa juga googling tapi ikuti nasihat Ustadz Nouman untuk
(1) tidak beropini terlebih dahulu sebelum risetnya kelar,
(2) usahakan tidak berhenti risetnya di first page saja, menjaga open mindedness, terbuka terhadap pendapat-pendapat yang berbeda bahkan bertolak belakang sekalipun.
(Q3) Apa yang harus kita lakukan ketika bertemu dengan orang yang selalu tidak sependapat dengan kita dalam berbagai hal dalam konteks dakwah? Apa harus selalu ada perdebatan?
Answer:
Menurut saya kalau bertemu sebagaimana layaknya bertemu saudara muslim. Bila ada perbedaan pendapat, masing-masing berlapang diri untuk mendengar terlebih dahulu pendapatnya.
Bisa jadi kita atau orang lain yang belum tahu bahwa memang ada perbedaan pendapat itu. Menurut saya, tidak akan ada perdebatan jika keduanya sama-sama tahu bahwa perbedaan itu sama-sama punya alasan yang kuat.
Perbedaan pendapat itu hal yang biasa dalam kasus apapun termasuk dalam agama. Bertemu dengan orang yang mempunyai pemikiran berbeda juga bisa menambah wawasan kita. Perbedaan pendapat ini bisa menjadi dorongan untuk kita belajar lebih banyak tentang Islam karena dunia keilmuan itu luas.
Lalu juga dalam hal diskusi/musyawarah, keputusan tentu diambil berdasarkan pertimbangan terbaik tanpa ada maksud pemaksaan pendapat di dalamnya, kembali lagi soal niat. Dan saat diskusi kita juga seharusnya tidak mencari pembenaran dari pendapat pribadi tapi memandang diskusi sebagai sarana bertukar pikiran sambil mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan.
Dalam surat An-Nahl: 125, “wa jaadilhum billati hiya ahsan“, kalau diperlukan untuk berargumen, karena terjadi perbedaan pendapat maka berargumenlah dengan baik untuk mencari jalan keluar yang terbaik, tanpa ngotot dan saling menyalahkan satu sama lain.
“innaAllah a’amu biman dholla an sabiilihi wa huwa a’lamu bil muhtadiin” hanya Allah yang tahu siapa orang-orang yang sesat dari jalanNya dan siapa yang benar-benar berpegang dengan petunjuk Allah.
Ketika berargumen/debat kita tidak pernah tahu lawan bicara kita apakah mereka benar-benar berargumen untuk mencari jalan keluar yang terbaik, atau tujuannya untuk menjatuhkan argumen kita.
Yang penting kita tetap menyampaikan dengan baik dan make sure kita tahu ilmunya. Ketika ternyata justru kita yang salah juga tidak perlu ngotot karena tujuannya adalah bertukar pikiran dan mencari tahu yang terbaik. Toh berbeda pendapat biasa dalam Islam jadi adabnya agar tetap dalam jalur yang damai walau beda pendapat.
(Q4) Bagaimana sikap kita dalam menghadapi Islamophobia?
Answer:
Rasulullah sudah pernah mewanti-wanti bahwa pada suatu saat di akhir zaman:
“Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al-Qur’an, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula salat kalian daripada salat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa Al-Qur’an itu adalah (hujjah) bagi mereka, tetapi ternyata Al-Qur’an itu adalah (bencana) atas mereka. Salat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Surat Ali Imron ayat 153:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Oleh karena rahmat Allah-lah, kamu (Muhammad ﷺ) sanggup berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, sudah pasti mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”
Dari ayat itu dijelaskan sikap kita yaitu:
- Bersikap lemah lembut, tunjukkan dakwah yang kita bawa.
- Memaafkan mereka misalnya mereka dalam awal dakwah kita mencela meledek atau menyakiti seperti dulu kisah Rasulullah ketika berdakwah ke thaif.
- Memohon ampun kepada Allah سبحانه و تعالى karena Allah lah sebaik-baik tempat meminta dan penggenggam hati.
- Bertawakal, bertawakal adalah memaksimalkan ikhtiar dan doa.
Menyikapi Islamophobia adalah dengan belajar lebih banyak tentang Islam, supaya bisa membuktikan bahwa ketakutan mereka tidak benar. Dalam mengajak orang-orang yang Islamophobia supaya lebih tahu banyak tentang Islam tentunya melalui pendekatan dakwah yang sesuai dengan orangnya.
Mungkin takkan bisa dengan tutur kata langsung, tapi bisa terlebih dahulu mengubah mindset mereka melalui tindakan-tindakan kita yang menunjukkan Islam itu indah dan tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Karena perbuatan lebih efektif dari sekadar kata-kata.
SIKAP DALAM BERDAKWAH
(Q5) Tugas kita hanya mengundang/mengajak manusia ke jalan Allah سبحانه و تعالى. Jika orang tersebut sudah berada di jalan Allah سبحانه و تعالى, lalu apa tindakan kita selanjutnya? Apakah dibiarkan saja?
Answer:
Saat kita sudah berhasil mengajak mereka ke jalan Allah, tugas kita tak hanya sampai di situ. Kita tetap bisa membimbing dan saling mengingatkan mereka dalam kebenaran.
Karena ketaatan akan lebih mudah dilakukan secara berjamaah (bersama-sama) daripada berjuang sendiri. Terlebih jika saat futur maka bisa saling support dan menasehati.
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)
(Q6) Bagaimana cara kita meminta maaf jika ternyata kita pernah melakukan dakwah yang cenderung menghakimi atau memojokkan suatu pihak dan akhirnya menyakiti pihak tersebut?
Answer:
Pertama kita istighfar kepada Allah, mungkin kita sebelumnya terburu nafsu atau kita masih belum bijak dsb. Muhasabah, perbaiki diri dan tampilkan atau praktekkan perubahan diri kita yang lebih baik saat ini kepada diri mereka. Diri kita yang lebih penyayang, pengertian, lembut, bijak, dll. Insya Allah itu bisa menjadi ungkapan maaf yang lebih kuat dan berdampak bagi diri mereka dibandingkan sekedar ucapan lisan.
Jika memungkinkan untuk bertemu atau meminta maaf secara langsung maka lebih baik, sekaligus memperbaiki silaturahmi dengan orang tersebut. Jelaskan kesalahannya apa dan berterus terang. Dan tentunya untuk kedepannya kita bertekad untuk bisa menyampaikan dakwah dengan lebih baik lagi.
Permintaan maaf dengan keterbukaan ini akan lebih bisa dipahami oleh orang tersebut. Jika tak bisa langsung maka bisa dengan meminta maaf dan ampun pada Allah atas kesalahan yang diperbuat serta mendoakan hal yang baik-baik tentangnya, semoga orang yang tersakiti tersebut bisa memaafkan kita dan diberi kelapangan hati.
(Q7) Kapan saat yang tepat untuk memberitahu tentang hukuman (neraka) kepada orang yang menjadi objek dakwah kita?
Answer:
“Aku kemukakan tentang hikmah Allah dalam menurunkan Al-Qur’an dan bahwa perkara pertama yang turun dari Al-Qur’an adalah seruan untuk mengesakan Allah, kabar gembira kepada orang yang beriman dan patuh tentang surga, kepada orang kafir dan durhaka tentang neraka. Ketika jiwa-jiwa manusia mulai tenang dan nyaman mendengarnya, maka turunlah hukum-hukum. Kalaulah wahyu pertama yang turun la tasyrabu al khamr maka tentulah mereka berkata, “Kami tidak akan meninggalkannya.” Hal itu disebabkan karena jiwa manusia cenderung enggan untuk meninggalkan perkara yang telah biasa mereka lakukan.” (Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bari, Kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab Ta’lif Al-Qur’an, hadits no. 4993)
Dalam video Ustad NAK, dakwah harus disampaikan dengan bijaksana dan ini sejalan dengan nasihat salah satu sahabat yang mengingatkan bahwa sekiranya bisa disampaikan apa-apa yang menjadi kenikmatan surga maka seyogyanya yang didakwahi akan berpikir apa yang sekiranya menyebabkan dirinya terhalang masuk surganya (yang secara otomatis ketika tidak bisa masuk surga maka pilihannya neraka).
Ketika dakwah selama bisa memberikan kabar gembira bagi yang senantiasa taat menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya maka proses seseorang yang dinasehati akan sampai pada suatu titik dirinya akan berpikir jika dirinya tidak taat dan melanggar laranganNya apa yang menjadi konsekuensi logisnya dan ketika terjadi momen bertanya dari dirinya ini maka bisa disampaikan tentang bagaimana hukuman di neraka bagi yang tidak taat dan melanggar laranganNya.
(Q8) Kapan kita boleh memaklumi kesalahan seseorang dan kapan kita harus memberikan nasihat kepada orang tersebut?
Answer:
Memaklumi boleh saat:
- Ketika kesalahan orang itu tidak fatal.
- Apabila dia bertekad tidak mengulangi kesalahan yang sama maka berusaha memaafkan.
Waktu memberi nasihat:
Saat dekat dengan dia atau bertemu dengan dia, sesering mungkin dengan cara-cara yang baik, sesuai yang dijelaskan Ustadz NAK tentang Surat An-Nahl ayat 125.
Dalam menasihati tidak menggurui. Nasihat sebagai tanda cinta kita masih peduli padanya. Sehingga kita tidak termasuk orang yang merugi seperti yang diterangkan pada Surat Al-Asr:
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Kita boleh juga memaklumi kalau orang tersebut memang belum tahu hukumnya.
Ibnu Taimiyah berkata,
“Hukum tidaklah ditetapkan kecuali setelah sampainya ilmu.” (Majmu’ Al Fatawa, 19: 226).
Nah itulah saatnya kita menyebarkan pesan tentang ilmu atau nasihat agar orang tadi tahu sehingga bisa memperbaikinya.
(Q9) Bagaimana best practice tahapan dakwah fardiyah?
Answer:
Best practice tentang tahapan dakwah:
- Membangun kedekatan dengan objek dakwah sehingga objek dakwah merasa nyaman dengan kita dan salah satu indikatornya objek dakwah merasa tenang jika kita hendak bersilaturahim ke rumahnya
- Membangkitkan jiwa yang kering dari objek dakwah yang lalai dari mengingat Allah سبحانه و تعالى, hal ini bisa dilakukan dengan membantu memahamkan dirinya tentang ma’rifatullah serta ma’rifatunnas
- Mengajak kepada ibadah-ibadah ritual seperti mengajak ke kajian bersepakat tentang riyadhoh, dsb
- Mengajarkan kepada dirinya tentang Islam syumul (Islam sebagai din yang komplit)
- Lalu mengajarkan kepada dirinya untuk sama-sama menjadi pelaku dakwah, hal ini dilakukan untuk mengakselerasi pemahamannya dengan menjadi seorang pelaku dakwah
- Mengingatkan kepada dirinya bahwa hal tersebut tidak bisa dilakukan seorang diri dan perlu bersama-sama
- Mengenalkan kepada dirinya terhadap komunitas yang bersama-sama menjalankan Islam
(Q10) Bagaimana cara kita berdakwah kepada yang orang yang usianya jauh lebih tua daripada kita?
Answer:
Kita memposisikan diri sebagai adik/anak yang baik. Tunjukan keunggulan akhlak kita dibanding anak-anak muda lain seusia kita dengan ikhlas.
Beri perhatian yang lebih secara tulus. Amati apa hal kesukaannya, atau topik obrolan yang disukainya. Kita mulai obrolan dari situ. Prinsipnya menumbuhkan rasa nyaman dan percaya dalam bergaul dengan kita.
(Q11) Bagaimana cara kita berdakwah kepada seseorang yang pernah menyakiti hati kita?
Answer:
Karena dakwah didasari dengan cinta, maka sebelum berdakwah kepada beliau, kita harus sudah memaafkan beliau terlebih dahulu. Kalau belum, hati-hati nanti kita malah fokus untuk menyalah-nyalahkan, bukan menyampaikan. Selanjutnya, kita sampaikan dakwah kita sesuai dengan adab dan tahapannya.
(Q12) Bagaimana cara kita berdakwah kepada orang yang menganggap tuhan itu sama dan tidak perlu sholat karena bagi dia yang terpenting adalah spiritualitas kita terhubung? Sholatnya di hati saja, begitu keterangannya.
Answer:
Mungkin ada baiknya diajak mengunjungi ustaz yang bisa meluruskan.
Pemikiran yang membedakan spiritualitas dan ritual itu justru keliru. Karena kalau memang orang tersebut memiliki spiritual yang baik seharusnya dia paham kalau setiap ritual itu bermakna, tidak hanya sebatas hal-hal fisik saja.
Untuk mendakwahi orang seperti ini kita bisa memberikannya penjelasan konkret hubungan antara spiritualitas dan ibadah ritual. Allah tidak pernah memerintahkan sesuatu untuk kesia-siaan, semuanya punya tujuan dan manfaat.
Kita bisa memberikan keterangan-keterangan dan contoh misalnya tentang seberapa pentingnya sholat/ kenapa harus sholat dll, bisa membahasnya dari berbagai sisi.
(Q13) Bagaimana cara kita menasehati orang yang sedang berpacaran?
Answer:
Orang kalau sedang kasmaran, biasanya susah dinasihati. Seseorang bisa memutuskan untuk tidak akan pacaran (lagi) pasti ada tahap-tahapnya.
Seperti paham pola perkembangan dirinya, apalagi di masa muda. Paham ilmunya dari segi agama, kenapa sih dalam islam tidak ada pacaran? Terus bagaimana bisa menikah? Terus bagaimana kalau suka dengan seseorang atau ada yang naksir? Ini-ininya yang sebaiknya dijelaskan lebih dulu pelan-pelan, sambil terus berdoa semoga Allah سبحانه و تعالى bimbing dan mudahkan.
Untuk bisa menasehati dengan baik dan diterima tentu juga harus akrab dulu. Beberapa kali mendampingi memutus orang agar tidak pacaran adalah jadi teman curhatnya. Sembari itu 2 hari sekali kirim quote-quote terkait bahaya pacaran, zina, dll.
Quote-quote ini mungkin hanya berlalu tapi bisa efeknya seperti air diatas batu. Pelan tapi pasti. Kalau quote-quote sudah berefek naik tingkatan ke share video-video. Dan beberapa ada yang akhirnya putus dan sama-sama hijrah pas sudah click mereka menikah.
Pendapat lain: Biasanya dakwah melalui kata-kata saja tidak efektif untuk orang yang sedang pacaran, karena mereka itu sebenarnya sudah tahu hukum syariahnya apa, tapi memilih untuk tetap melakukan.
Berarti kita butuh pendekatan dakwah lebih dari sekadar dalil, kita bisa memberi penjelasan-penjelasan yang sifatnya lebih umum dan rasional yang bisa diterima olehnya, seperti mengajaknya berpikir apa dampak negatif dari pacaran tsb, dan hal-hal yang lebih positif dan menguntungkan yang bisa dilakukannya jika dia tidak pacaran dll.
(Q14) Bagaimana cara kita berdakwah kepada anak yang baru baligh terkait kecintaannya kepada K-Pop?
Answer:
Sebetulnya jangankan anak baru baligh, orang dewasa juga lumayan yang gandrung dengan Kpop. Lagi-lagi balik ke berusaha memahami karakter anak baru baligh. Berusaha memahami disini bukan berarti membebaskan anak maniak Kpop tapi terus jadi teman ngobrolnya sambil terus diingatkan dari segi agama. Bisa juga baca buku tentang Kpop yang beberapa waktu lalu banyak beredar.
Jangan langsung menyerang anak terhadap kesukaannya tapi ikuti saja dulu maunya dia, ikut nonton drakor walaupun tidak suka tapi tetap didampingi setelah itu baru dijelaskan di dalam film itu ada scene-scene yang dilarang oleh agama makanya kenapa dilarang nonton film itu. Sambil nantinya dikasih tahu ada cerita yang lebih menarik dari itu seperti dibelikan buku tentang sejarah perjalanan Rasulullah dan para sahabatnya.
Para orang tua harus melakukan pencegahan dengan tidak memberikan fasilitas untuk mengakses seperti itu, sehingga tidak menimbulkan sampai cinta dengan Kpop.
Jika sudah terlanjur, mungkin bisa dialihkan sedikit demi sedikit dengan menceritakan sirah para nabi dan para sahabat sehingga menimbulkan cinta pada yang lain dan patut dicontoh atau memberikan aktivitas yang bisa membuat dia perlahan untuk tidak sering mengakses Kpop dan membuat dia bisa perlahan lupa serta sering mengingatkan bahwa sebagai muslim harus mempunyai idola yang mempunyai akhlak yang baik dan patut dicontoh.
Selain itu juga dengan mengajak ngobrol dari hati ke hati sambil serius mendengarkan & menyimak ceritanya, baru sedikit-sedikit diselipkan keIslaman yang tidak seperti menggurui tapi sebagai teman sambil terus berdoa kepada Allah سبحانه و تعالى.
SIKAP IKHLAS
(Q15) Bagaimana cara mengevaluasi sejauh mana diri kita telah ikhlas dalam menjalankan sesuatu?
Answer:
Dengan melakukan amal kebaikan yang memang bisa dilakukan secara terang-terangan dengan niatan sebagai dakwah siapa tahu ada juga yang termotivasi melakukan dan memiliki amal yang mungkin diri sendiri dan Allah yang tahu.
Dan juga ada perihal misal tilawah Al-Qur’an terus secara tidak sengaja didengar orang terus takut tidak ikhlas malah berhenti karena mungkin dalam hati ada bisikan takut riya’, ini juga bisa dikategorikan tidak ikhlas. Dan bisikan seperti adalah bisikan setan, teruskan saja dan mungkin membaca istighfar jika memang ada perasaan itu.
Karena untuk mengukur ikhlas menurut saya susah, bismillah saja diniatkan semua karena Allah سبحانه و تعالى
(Q16) Bagaimana membersihkan hati agar ikhlas?
Answer:
Perbanyak istighfar ketika melakukan suatu ibadah, bismillah niatkan semua karena Allah.
Ikhlas selalu dikaitkan dengan niat. Jadi mungkin salah satu cara membersihkan hati untuk terus berupaya menggapai keikhlasan, bisa diawali dengan kerap menanyakan niat saat berbuat sesuatu.
Berikut link kajian dari Ustadz Nuzul dalam salah satu bahasan di bab niat – kitab Riyadush shalihin.
Dalam kajian tersebut disampaikan quotes dari Sufyan Ats-tsauri: “Dahulu para ulama mempelajari niat untuk beramal sebagaimana mempelajari bagaimana menjalankan amalan itu sendiri.”
(Q17) Sikap judging dan merasa lebih baik dari orang lain kadang suka timbul secara otomatis pada diri sendiri. Bagaimana cara menghilangkannya?
Answer:
Pertama, istighfar dahulu. Ingat kalau kita menjadi sekarang bukan karena usaha kita, tetapi karena Allah menjadikan seperti itu. Ketika iman sedang naik, sedang tinggi, ibadah sedang semangat-semangatnya, selalu minta sama Allah untuk dilindungi dari penyakit hati tersebut, terutama ketika iman sedang surut.
Setelahnya, ingat jika saya sombong karena satu hal, maka saya perlu melakukannya lebih baik lagi sambil terus minta ke Allah supaya istiqomah. Takut ‘disentil’ Allah dengan dicabut hal yang bisa kita sombongkan itu.
Supaya kita segera sadar kalau sikap judging dan merasa lebih baik dari orang lain itu hal yang buruk, bisa baca kisah penciptaan Nabi Adam dan setan. Di Story Night Whisper ada catatannya..bahwa sikap merasa diri lebih baik itu sikapnya setan. Jadi jangan sampai kita menyamai setan.
(Q18) Bagaimana cara menjaga diri dari kesombongan, sikap suka menghakimi atau merendahkan orang lain ketika berdakwah?
Answer:
Sebaiknya ketika sebelum berdakwah kita perlu menanamkan mindset bahwa dalam berdakwah adalah aktivitas yang dilakukan dengan komunikasi dua arah sehingga dengan mindset ini kita bisa menyesuaikan dengan surat Al-Ashr yang berkaitan dengan saling nasehat menasehati yang menjadi dasar untuk mendapatkan timbal balik/feedback dari objek dakwah.
Dan untuk bisa mendapatkan feedback maka kita perlu mempersiapkan diri agar mau mendengar setiap respon dari apa yang disampaikan dan mau mengosongkan gelas untuk bisa mendapatkan ilmu sabar dan menghilangkan paradigma sombong, merendahkan objek dakwah atau menghakimi.
Meniatkan bahwa dakwah itu bukan hanya sekadar mencari pahala tapi untuk menyiarkan agama ini supaya lebih banyak orang tahu dan mengenal Islam sehingga bisa bersama menuju jannahNya.
Mempelajari adab dalam mencari ilmu, karena pentingnya adab. Sehingga ketika adab yang baik sudah tertanam, maka akan diharapkan untuk dapat menyampaikan ilmu dengan baik (dakwah tadi).
Menyadari bahwa diri ini lebih banyak kekurangan sehingga apa yang mau disombongkan. Sedangkan semua adalah milik Allah سبحانه و تعالى.
(Q19) Saya masih kurang paham dengan penjelasan ikhlas di sini. Apakah melakukan sesuatu karena Allah atau bukan karena Allah itu berarti kita sudah ikhlas?
Answer:
Definisi ikhlas ketika kita melakukan sesuatu dengan sukarela tanpa paksaan tapi kita juga senang melakukannya. Supaya ikhlas perlu tahu esensi dari sesuatu yang kita lakukan. Misal ketika kita membantu orang kita mengerti keadaan orang yang kita bantu, kita mengerti manfaat bantuan kita akan meringankan beban mereka dan walau kita juga diposisi butuh bantuan kita rela bahwa orang lain lebih butuh karena kita masih bisa survive, karena ada Allah yang menjamin.
Untuk melatih ikhlas butuh waktu untuk membesarkan hati, melihat sesuatu selalu positif dan bergantung sama Allah. Melakukan sesuatu karena Allah apa tidak, itu balik ke hati masing-masing, seberapa tulus, dan kita manusia tidak pernah tahu dan tidak bisa mengukur. Yang penting try our best kalau melakukan sesuatu ada positive meaning, ketulusan dan depend to Allah.
Berusaha meniatkan semua karena Allah. Ketika kita melakukan sesuatu dan itu adalah jalan yang Allah ridhoi baik menjalankan perintah atau meninggalkan laranganNya karena mengharap ridho Allah maka ini ikhlas.
SIKAP SABAR
(Q20) Bagaimana caranya agar bisa tetap sabar menghadapi orang yang hobinya ngeyel terus?
Mungkin pertama ditanyakan dulu ke diri, apa benar dia hobi ngeyel? Atau jangan-jangan itu label yang dikasih karena dia belum menuruti keinginan diri?
Balik lagi ke fokus apa yang bisa dilakukan diri. Bisa kreatif cara penyampaian atau ajakan. Karena kadang ‘eyelan’ seseorang sebetulnya bisa jadi data.
Apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka.
Cara A B C lebih cocok di dia, cara lain kurang.
Oh dia suka kalau nada bicaraku begini, kalau tinggi sedikit, dia bakal manyun.
Tentu saja selain memperkuat doa dan terus minta pertolongan Allah سبحانه و تعالى.
‘Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu.’ (Al-Baqarah 153)
Tetap terus menasehatinya dalam kebaikan, kita kan tidak tahu mana omongan kita yang bakal masuk ke hatinya, karena hanya Allah yang Maha bisa membuat hati seseorang menjadi lembut. Mungkin kita sampaikan hal baik itu, jika diterima Alhamdulillahlah, jika belum dan tetep ngeyel mungkin jangan diladeni, percuma juga kalau berdebat. tapi mintalah sama Allah supaya dibukakan hatinya untuk menerima nasehat yang baik.
Salah satunya kita bisa mengingatkan diri sendiri tentang perjuangan para nabi yang ketika menyeru kebenaran juga tak pernah mudah. Dibandingkan apa yang kita lakukan tentu belum ada apa-apanya. Ini bisa memotivasi supaya lebih bersabar lagi. Kemudian tetap luruskan niat dalam menghadapi orang tersebut, karena bukan kita yang bisa mengubah hati ataupun kondisi orang tapi Allah saja.
(Q21) Bagaimana caranya agar kita tetap sabar dalam menunjukkan kebaikan pada orang lain?
Answer:
“…wabasysyirish shabirin.” (Al-Baqarah: 155)
“Beri kabar gembira untuk orang-orang yang sabar”
Ustadz Hanan bilang:
“Allah menyiapkan kejutan bagi orang-orang yang sabar. Kalau belum ada, tenang. Allah sedang menyiapkan kejutan yang lebih indah. Tunggu saja. Sabar itu selalu berpasangan dengan keberuntungan, kebaikan, kegembiraan. Bukan sebaliknya.”
Sesuai dengan firman Allah سبحانه و تعالى,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).
Al-Auza’i rahimahullah mengatakan,
“Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.”
As-Sudi mengatakan,
“Balasan orang yang bersabar adalah surga.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:443)
Percaya ada balasan dari Allah kepada orang sabar.
Tetap melakukan kebaikan, tidak usah peduli sama hal lain yang negatif atau nggak menghargai. Manfaat dari melakukan kebaikan bukankah akan kembali pada diri sendiri. Pasti ada hal yang bermanfaat buat diri sendiri ketika melakukan sebuah kebaikan, setidaknya itu sudah ada pahala dari Allah, dan balasan yang terbaik itu dari Allah.
Kalau melakukan kebaikan karena Allah, maka tak ada masalah ataupun alasan untuk berhenti melakukannya, meskipun respon/feedback dari orang lain tidak baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Otomatis kita bisa bersabar dengan apapun hasilnya, karena ikhlas sangat berperan untuk mendapatkan kesabaran yang baik.
Hakikatnya kita diperintah oleh Allah untuk menyebarkan kebaikan sedangkan hidayah kepada yang disebar kebaikan adalah haknya Allah untuk memberikan, namun hidayah ini sebagai mana dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an diberikan bagi orang-orang yang memilih untuk mendapatkannya dan di sinilah kita bisa berperan agar bisa memastikan orang-orang yang disebarkan kebaikan kepadanya tetap mengupayakan untuk mengejar hidayahNya.
Dan dalam proses pengejaran ini tentu saja orang-orang yang disampaikan kebaikan kepadanya memerlukan bimbingan dan pengikatan hati untuk bisa istiqomah di jalanNya yang di satu sisi lainnya dalam mendampingi proses ini perlu para da’i yang memiliki kesabaran sehingga bisa memberikan pengajaran yang sesuai dengan prosesnya dan memastikan dirinya bisa istiqomah sampai dirinya mau memilih hidup di jalan Allah dengan kesadaran yang benar.
Sehingga untuk menjaga diri kesabaran dalam menyebarkan kebaikan perlu ditanamkan mindset :
- Allah سبحانه و تعالى memerintahkan kepada kita untuk terus-terusan menyeru kebaikan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah.
- Untuk memastikan hasil pilihan dirinya berada di jalan Allah, maka niatkan diri untuk memproses dirinya sampai dirinya memiliki pemahaman yang utuh untuk berIslam.
- Tanamkan prasangka yang baik dan optimisme dalam diri, bahwa objek yang didakwahi memiliki potensi untuk bisa berubah. Karena kita tidak memiliki kabar di masa depan dari mana sumber amal jariyah kita berasal.
- Buang jauh-jauh sikap putus asa dan mudah menyerah ketika memproses seseorang.
- Memohon pertolongan dari Allah untuk bisa mengokohkan hati agar bisa senantiasa istiqomah dan sabar dalam menyebarkan kebaikan.
(Q22) Dalam ceramah tersebut dijelaskan bahwa hanya Allah سبحانه و تعالى yang berhak marah. Bagaimana batasan kita boleh marah dalam berdakwah? Misalnya jika ada yang menghina dan mengolok-olok agama kita.
Answer:
Sepertinya tidak boleh marah di sini konteksnya bukan terhadap yang menghina dan mengolok-olok agama kita. Tapi lebih ke ketika kita berdakwah dan mendapati obyek dakwah kita belum sesuai dengan apa yang kita sampaikan.
Misal hari ini kita bilang jangan pacaran, lalu besoknya beliau masih pacaran. Beliau tidak mengolok-olok Islam karena tidak membolehkan pacaran, tapi beliau hanya belum bisa berhenti pacaran aja. Di sini kita tidak boleh marah ke beliau.
Kalau jelas ada yang menghina Rasulullah ﷺ misalnya, membenci beliau lalu memberi beliau predikat yang tidak manusiawi, maka marahlah kita dengan elegan. Bantahlah dengan keras tuduhannya, namun tetap dengan adab. Banyak tulisan penuh amarah yang isinya kosong. Pun ada juga tulisan yang tenang tapi isinya tajam dan tepat sasaran.
Dakwah menyampaikan agama Allah tidak boleh memaksa harus dengan lemah lembut Karena seseorang memeluk islam tidak boleh dengan paksaan.
Kalau ada yang mengolok dan menghina mungkin ini arahnya ke membela islam, apalagi kalau yang dihina Allah dan Rasul menurut saya ini sangat berhak marah.
Dalam video kajian itu Ust. NAK mengatakan kita tak berhak marah dan memaksakan sesuatu sesuai keinginan kita, sekalipun kita menyeru pada yang benar. Karena tak ada keterpaksaan dalam memeluk Islam dan semuanya butuh proses dan waktu agar orang yang didakwahi bisa menerima kebenaran yang disampaikan.
Jika ada yang mengolok-olok agama biasanya karena mereka tak mengerti bagaimana Islam itu sebenarnya, maka sebaik-baiknya kita coba dulu dengan cara yang baik, tapi jika memang tidak bisa, kita boleh marah untuk memberikan penegasan sebagai opsi terakhir.
TIPS-TIPS DAN PENGALAMAN PESERTA
(Q23) Mungkin teman-teman bisa sharing apa pengalaman amar ma’ruf nahi mungkar yang paling berkesan yang pernah teman-teman alami dan bisa jadi inspirasi buat kita semua?
Answer:
Ini pengalaman awal saya masuk kerja jadi saat saya masuk kerja jumlah mereka 3 orang: satu perempuan dan 2 orang laki-laki. Ketika saya masuk maka jumlahnya menjadi 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki.
Saat saya dikasih tugas/kerjaan oleh seorang yang mengajarkan saya karena anak baru saya dititipkan card untuk dibagikan. Dan tibalah jam istirahat jadi ada sisa card yang saya taruh di lemari saya yang memang tidak terkunci.
Dan di saat saya mau ambil lagi card-nya karena sudah selesai jam istirahat ternyata card itu sudah hilang. Saya sangat panik saat itu dan saya benar-benar mengingatnya kalau saya benar menaruhnya di lemari ini.
Saya berusaha mencari dan ternyata saya temukan card itu berpindah di laci meja sebelah tempat duduk saya yaitu meja perempuan yang sudah lebih lama bekerja di situ. Saya terkejut dan saya tidak menyangka.
Saat itu saya hanya memilih diam lalu saya melanjutkan untuk meneruskan tugas saya. Disamping saya menunggu/melihat respon beliau ternyata dia sinis menatap ke saya seperti seolah saya yang merebut tugas dia.
Ternyata hal ini tidak hanya terjadi sekali tapi berulang seolah saya tidak perlu mengerjakan sesuatu tidak boleh tahu pekerjaan apapun olehnya. Yang membuat saya merasa sedih padahal saya kerja bukan untuk merebut pekerjaan orang lain tapi untuk memudahkan.
Setiap pulang kerja saya jadi sedih dan bertanya kenapa dia serakah begitu. Saya diam dan mencoba cerita sama bapak yang terkadang memberikan saya tugas dan ternyata bapak itu juga menyadari dan menyatakan bahwa dia takut tersaingi.
Lalu hampir selama setahun saya pulang kerja sering menangis dan berdoa. Ternyata setelah setahun perempuan tersebut dipindahkan ke unit lain yang pada akhirnya saya tidak bertemu dia lagi.
Di sini saya sangat bersyukur saya berharap tidak pernah menyakiti hati dia meski dia sering membuat saya sulit. Dan Allah juga menjawab doa saya sehingga saya nyaman bekerja dan lebih memudahkan pekerjaan di instansi tersebut.
Terkadang kita tidak perlu melawan atau merasa hebat atau menunjukkan kelebihan kita kepadanya tapi tunjukkan kalau memang kita tulus dan ikhlas Bekerja.
Mungkin dia tidak bisa melihat ketulusan kita tapi yakinlah orang di sekitar kita akan bisa melihat itu sehingga pimpinan melakukan tindakan yang berpihak kepada ketulusan atas izin Allah.
(Q24) Apakah teman-teman ada pengalaman tentang hal yang dianggap biasa saja jika dilakukan tapi ternyata berpengaruh besar atau memudahkan dalam dakwah terhadap orang lain?
Answer:
Saya pernah kagum dan suka sama kaum Adam lalu saya ceritakan pada sahabat saya yang lebih muda dari saya. Dan ternyata banyak hal yang terjadi di belakang saya setelah saya cerita pada sahabat saya.
Ternyata di belakang saya mereka sering berjumpa dan berkomunikasi yang pada akhirnya memiliki hubungan yang intim seperti “pacaran” lalu saya tanyakan pada sahabat saya tersebut tentang kebenarannya dan ia mengakui itu sambil mengatakan: “Iya jelas dia memilih aku karena aku lebih cantik, aku lebih baik daripada kamu itu intinya”.
Di situ saya cuma tersenyum membaca SMS nya sambil terkejut. Saya cuma balas “Dik, apapun yang terjadi sama kamu ceritakan ke kakak. Tidak masalah buat saya. Yang penting saya tahu kamu dekat sama siapa mudah-mudahan kamu dijaga baik sama dia dan tidak akan menyakiti kamu. Apapun yang terjadi aku tetap kakakmu.”
Saat itu dia langsung balas SMS saya “Kenapa harus ada orang kaya kamu?” Sembari emot menangis. Setelah kejadian itu dia sangat menyesal dan sangat menyayangi saya dan bahkan selalu menjaga saya agar tidak ada lagi orang yang menyakiti saya.
Terkadang kita suka sekali terhanyut dalam suatu emosi yang membuat kita berkata kasar tapi padahal itu sangat berakibat buruk untuk kedepannya. Balaslah api dengan air sehingga air itu dapat bermanfaat dan menghidupkan hatinya. Sungguh balasan orang yang ikhlas itu amat terasa bagi saya.
(Q25) Teman-teman, bagi tips/pengalaman dong bagaimana caranya berdakwah ke orang yang wataknya keras?
Answer:
Memberikan contoh dengan lisan atau perbuatan kalau memang tidak dimungkinkan diajak bicara, nanti perlahan insya Allah juga akan merasa oh itu benar.
Mendoakan dalam kebaikan kepada setiap orang agar mudah dalam melakukan ibadah/ kebaikan menurut saya itu bekerja, entah akan ada rasa semangat tersendiri apalagi ketika memang Allah menjadikan orang yang keras kepala tersebut terbuka hatinya dan mulai bersama dalam kebaikan.
Rasulullah mencotohkan,
“Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan salah satu diantara dua Umar. Umar bin Khaththab atau Amru bin Hisyam. ” (HR. Tirmidzi).
Beliau menyebut nama Umar secara spesifik. Kita semua tahu bahwa Umar bin Khathab pada masa jahiliyah orang yang keras, hobi berkelahi, minum, dan segala jenis perbuatan lainnya namun Rasullullah memohonkan doa atasnya.
TOPIK LAINNYA
(Q26) Siapakah yang harus bertanggung jawab atas misi dakwah terhadap masyarakat pedalaman yang belum mengenal Tuhan dan belum mengenal agama? Kita sebagai umat yang awam atau para pendakwah yang lebih memiliki ilmu? Dan bagaimana nasib masyarakat pedalaman itu apabila seumur hidup mereka sama sekali belum tersentuh cahaya Islam?
Answer:
Setiap kita punya kewajiban untuk berdakwah. Harus ada yang menunaikannya di suatu negeri. Jika tidak ada yang menunaikan dakwah, maka semuanya berdosa. Jika sudah ada yang menunaikan, maka yang lain gugur kewajibannya (wajib kifayah).
Namun dakwah di sini sesuai kemampuan. Karena demikianlah yang namanya kewajiban. Para ulama memberikan kaedah, “Kewajiban itu tergantung pada kemampuan”. Demikianlah dalam dakwah.
Kata Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam risalah beliau yang penuh faedah,
“Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai.”
Mengenai perintah untuk berdakwah sekaligus keutamaannya dijelaskan dalam ayat-ayat berikut ini,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imron: 110).
Bagaimana kita sebagai orang Muslim, memiliki tanggung jawab menyampaikan kebenaran termasuk pada orang-orang pedalaman tentunya. Harus ada yang mewakili untuk mendakwahi mereka, karena umat manusia adalah tanggung jawab bersama umat Muslim untuk menyerukan kebenaran. Sesuai dengan bahasan video sebelumnya QS. Al-Hajj ayat 78, yang mana dikatakan
“dan berjihadlah kamu dijalan Allah dengan jihad yang sebenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. Ikutilah agama pendahulumu Ibrahim. Dia (Allah) yang menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dulu, dan begitu pula dalam Alquran ini, agar rasul Muhammad ﷺ itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu menjadi saksi atas segenap umat manusia…”
Baik dakwah diterima atau tidak, setidaknya kita sudah menjalankan kewajiban dakwah tsb. Wallahu’alam
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.” (Yunus, 10: 47).
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
“Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang Rasul” (QS. Al Isra’, 17: 15).
Allah سبحانه و تعالى pasti memberi jalan misalnya seorang pendakwah, selain itu pula di hati masing-masing mereka tersebut pun hatinya tertaut dengan Allah karena Allah yang create mereka. Seperti kisah Robert Davilla, masuk Islam dan mimpi Rasullullah.
Setelah Nabi Muhammad ﷺ wafat, pewarisan tugas untuk menyerukan tauhid dan Islam yang diembannya jatuh kepada seluruh umatnya, wa bikhusus kepada kalangan ulama dan para da’i.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi para da’i untuk bersungguh-sungguh menyampaikan dakwah seluas-luasnya kepada seluruh manusia sehingga tidak ada lagi di antara mereka yang tidak mendapat informasi yang benar tentang ajaran tauhid. (QS. Ali Imran, 3: 104)
Mereka yang menjalankan pewarisan tugas dakwah ini akan memperoleh kebaikan yang demikian besar. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi hingga semut-semut di sarangnya, juga ikan di lautan benar-benar mendoakan para pengajar kebaikan untuk orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Kewajiban dakwah ini harus terus dijalankan; bahkan kepada umat yang paling ingkar sekalipun. (QS. Al-A’raf, 7: 164)
Sebaliknya, betapa besar dosa dan murka Allah Ta’ala kepada siapa saja yang menyembunyikan kebenaran yang sangat dibutuhkan oleh manusia. (QS. Al-Baqarah, 2: 159-160)
Kedua, menegaskan tentang kewajiban bagi setiap manusia untuk berusaha semaksimal kemampuannya dalam mencari informasi serta pengetahuan tentang kebenaran Islam.
Allah memberi bekal naluri keimanan dengan meminta kesaksian atas diri mereka di alam ruh. Allah juga telah membekali mereka dengan pendengaran, penglihatan dan hati untuk memahami ayat-ayat-Nya. (QS. An-Nahl, 16: 78)
Pendengaran dan penglihatan adalah sarana yang telah Allah Ta’ala berikan kepada manusia untuk belajar, sedangkan hati dan akal adalah tempat memutuskan apakah mereka mau menerima kebenaran yang telah diketahuinya atau tidak. Apapun pilihannya, ada tanggung jawab yang harus mereka persiapkan di hadapan keadilan Allah Ta’ala kelak di hari akhir.
Hanya saja, Allah Ta’ala amat murka kepada manusia yang tidak menggunakan pendengaran, penglihatan, dan hatinya untuk memahami ayat-ayat-Nya. (QS. Al-A’raf, 7: 179)
(Q27) Bagaimana cara menjelaskan tentang makna bahwa Allah سبحانه و تعالى memberikan petunjuk kepada siapapun yang Dia kehendaki? Karena beberapa orang berpikir bahwa ia belum dapat mengikuti perintah Allah dan berjalan di jalan Allah karena ia belum mendapatkan hidayah dari Allah.
Answer:
Salah satu caranya bisa dengan menjelaskan bahwa hidayah itu dijemput dan diperjuangkan bukan hanya ditunggu. Karena Allah takkan mengubah nasib suatu kaum melainkan mereka terlebih dahulu berusaha mengubahnya.
Meskipun yang berkehendak dan memberi hidayah adalah Allah tapi kita perlu memperlihatkan ikhtiar dan tekad, menunjukkan kesungguhan dan harapan akan diberinya hidayah itu pada Allah. Melalui ikhtiar dan berprasangka baik pada Allah, insya Allah hidayah dan taufik dapat diperoleh. Karena Allah takkan mengabaikan hamba yang ingin mendekatkan diri pada-Nya.
Dalam suatu hadist Rasulullah bersabda,
“Seandainya orang mukmin mengetahui siksa Allah, niscaya tak seorang pun mukmin yg tamak terhadap surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat Allah, niscaya tak ada seorang kafir pun yg berputus asa untuk mengharap surga-Nya.” (HR. Bukhari)
Makna hidayah yang secara harfiah bisa diartikan sebagai petunjuk dan pertanyaan ini pernah disampaikan di salah satu diskusi keislaman yang pernah diikuti, yang paling diingat adalah apakah hidayah ini “ditunggu” untuk datang atau sebenarnya bisa “diikhtiarkan untuk meraihnya”.
Dari hasil mentadabburi beberapa ayat-ayat Al-Qur’an akhirnya dari pertanyaan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa hakikatnya hidayah adalah hak prerogatifnya Allah namun untuk mendapatkan hidayah tersebut perlu “diikhtiarkan terlebih dahulu” untuk mendapatkan petunjukNya yang berarti di sini ada proses memilih dan tidak hanya ditunggu tanpa proses ikhtiar sebelumnya. Kita bisa melihat bahwa untuk beberapa case orang-orang yang convert ke Islam adalah orang-orang yang mengikhtiarkan akalnya untuk mencari kebenaran yang hakiki.
Dan di satu sisi yang lain tidak dipungkiri ada beberapa jenis hidayah dan setelah melakukan penelusuran di suatu karya ilmiah terkait dengan jenis-jenis hidayah, dapat disimpulkan bahwa inti dari pertanyaan yang diajukan di sini merefer ke jenis hidayah taufik yang merupakan suatu ilham (dalam hati manusia untuk mengikuti jalan yang benar) dan kelapangan dada untuk “menerima kebenaran serta memilihnya”.
Inilah hidayah (sempurna) yang mesti menjadikan orang yang meraihnya akan mengikuti petunjuk Allah SWT sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al Qashash ayat 56 yang artinya
“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad ﷺ) tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki Nya, dan Dia yang lebih mengetahui tentang “orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
Dan ketika ada beberapa orang yang berpikir bahwa ia belum dapat mengikuti perintah Allah dan berjalan di jalan Allah karena ia belum mendapatkan hidayah dari Allah, perlu dicek kembali apakah diri mereka mau memilih untuk mencari jalan yang haq dalam rangka mendapatkan hidayah atau enggan mengikhtiarkan proses untuk mendapatkan petunjuk.
(Q28) Video ini banyak memberikan pelajaran, semangat, dan harapan. Bagaimana hubungan atau kaitan antara harapan dan rasa takut?
Answer:
Harapan (raja’) dan rasa takut (khauf) pada Allah سبحانه و تعالى harus beriringan. Jika didominasi takut saja, akan mengarahkan seseorang pada keputusasaan dan pesimis. Sedangkan jika hanya harapan saja juga akan membuat lalai dan meremehkan dosa.
Hubungan khauf dan raja’ sering beriringan dalam satu ayat di Al-Qur’an yang menunjukkan hal yang beriringan dan harus diseimbangkan, salah satunya seperti pada QS. Al-A’raf ayat 167,
“Sesungguhnya Rabb-mu amat cepat siksa-Nya dan sesungguhnya Dia adalah MahaPengampun lagi Maha Penyayang.”
Analogi yang disampaikan kalau gak Ustadzah Yasmin Mogahed, Sh. Omar Suleiman, bahwa hubungan fear and hope itu seperti sayap.
Jadi harus terus bergerak bersama-sama, berirama, biar terus maju mencapai satu tujuan
Sama-sama berkaitan dengan sesuatu di masa depan. Yang perlu dipahami rasa takut di dalam Al-Qur’an itu menggunakan ism yang artinya tidak mengenal batasan waktu. tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak pula bersedih hati.
Maksudnya tidak ada ketakutan atas mereka bisa saja mereka merasa takut. Tapi sebenarnya atas mereka tidak ada ketakutan. Ustadz Nouman memberikan analogi seorang anak yang terbiasa bermain ular. Si anak mungkin tidak takut tapi orang lain takut kalau si anak digigit atau dililit si ular. Beda dengan seorang anak yang takut dengan teddy bear. Mungkin si anak takut dengan teddy bear, tapi sesungguhnya tidak ada ketakutan orang lain atasnya.
Ketika Allah سبحانه و تعالى menyebutkan tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak merasa bersedih hati jika mereka beriman. Artinya manusia itu akan terus menerus merasa takut (karena tadi kata takutnya “khoufun” menggunakan ism jadi tidak mengenal waktu), tapi Allah menjanjikan pertolongannya selama mereka beriman.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (QS. Al-Ahqaf ayat 13)
(Q29) Apa yang dimaksud dalam ayat “Berbahasalah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik.”? Karena dalam terjemahan bahasa Indonesia ada yang menerjemahkan ‘berdebat’. Sampai sejauh apa kita bisa membahasnya? Apakah kalau ilmu masih dangkal disarankan untuk diam saja dan me-refer? Atau bahasan ini dalam artian kata kita bisa sama-sama berdiskusi dan jadi situasi seperti ‘belajar bersama’?
Answer:
Makna Mujadalah berakar dari kata jaadala yang artinya berbantah-bantah, berdebat, bermusuh-musuhan, dan bertengkar. Secara istilah, kata “mujadalah” berarti berdiskusi dengan mempergunakan logika yang rasional dengan argumentasi yang berbeda. Namun, jika mengacu pada akar kata tersebut, mujadalah dapat berdampak positif dan negatif.
Ketika langkah ini diambil untuk berdebat dengan baik/positif, bisa jadi bermakna bahwa ketika terjadi perdebatan maka perdebatan yang konstruktif lah yang dibangun dalam suasana perbedaan argumen tersebut.
Dan jika pertanyaannya adalah sampai sejauh mana dibahas, selama kondisinya masih kondusif dan menghasilkan kesimpulan yang baik maka masih bisa dilanjutkan dengan metode ini.
Dan jika suasananya sudah mulai tidak kondusif maka dari yang menyeru perlulah menimang sikonnya dan sebaiknya memilih untuk lebih banyak mendengarkan sampai nantinya ada argumen yang lebih baik yang bisa disampaikan kepada objek yang diseru.
Dan ketika sikonnya sudah tidak diperlukan lagi metode debat maka diupayakan lagi dengan menggunakan jalan hikmah dan Mauizotin hasanah.
Terjadinya perdebatan itu disebabkan adanya perbedaan pemahaman yang belum ditemukan benang merahnya. Selama yang kita pegang adalah Al-Qur;an dan motif kita adalah sama-sama ridho Allah, idealnya tidak akan ada persoalan yang tidak bisa ditemukan benang merahnya.
Oleh karena itu opsi mendebat itu adalah opsi terakhir setelah opsi hikmah dan pengajaran yang baik. Artinya, ketika memang sudah semua hikmah dan pelajaran yang baik kita berikan, dan tidak ada lagi opsi yang bisa dilakukan, maka barulah kita diperintahkan Allah untuk mendebat.
Dalam melaksanakan opsi hikmah dan mauizotin hasanah dengan baik, jika yang terjadi adalah deadlock lebih memilih untuk cooling down dulu dan mengevaluasi diri. Apa yang menyebabkan objek dakwah mau menerima, istighfar kepada Allah, minta petunjuk, baru setelah itu mencoba melakukannya lagi.
(Q30) Apa yang membuat orang lain bisa menerima ajakan dakwah dan tergerak untuk melakukannya? Saya kira memahami hal ini penting sehingga sebelum kita menyampaikan kebenaran, kita memenuhi apa yang mereka butuhkan.
Answer:
Ketika diri kita sendiri sudah merasakan sendiri, tenangnya hati saat berada di majelis ilmu, insyaa Allah, Biidznillah, akan muncul rasa ingin mengajak orang-orang sekitar kita juga untuk bisa hadir di majelis ilmu, karena rasa sayang kita pada orang-orang sekitar agar juga mendapatkan ketenangan batin yang juga kita rasakan. Selalu ikhtiar meluruskan niat, memperbaiki adab majelis ilmu, agar Allah terus menambah niat kita berada di majelis ilmu.
Setelah berada di majelis ilmu, bagikan semua pengalaman kita kepada orang lain. Berdakwah bisa dengan banyak cara, ceritakan bagaimana tenangnya hati saat di majelis ilmu, biarkan dulu jika memang belum berjilbab dan ingin datang ke majelis ilmu, tenangkan hatinya, biarkan jika pernah membuat tato di tubuhnya, untuk datang ke majelis ilmu.
Rangkul dengan kasih sayang, supaya banyak orang juga bisa merasakan tenangnya hati ketika berada di majelis ilmu, ketika malaikat mendoakan setiap nama, ketika seluruh makhluk di bumi mendoakan setiap orang yang berjalan menuju majelis ilmu. Kita gunakan tangan kita untuk merangkul, bukan memukul. Berdoa sama Allah, kita bisa mencintai majelis ilmu, dan bisa mengajak orang di sekitar kita untuk merasakan nikmatnya majelis ilmu.
Quotes Diskusi Pekan Ketujuh
Proses pendampingan setelah proses hijrahnya seseorang itu penting banget. Karena istiqomah itu butuh lingkungan yang kondusif. Butuh lingkungan yang mendukung dan menyemangati. Bisa jadi proses hijrahnya ada yang di tentang orang tua ada yang di hujat keluarga dan lain-lain. Maka mendampingi dan memberi semangat adalah penting dalam proses ini. (Indah Wati Dewi Yusman)
Dan ketika ada beberapa orang yang berpikir bahwa ia belum dapat mengikuti perintah Allah dan berjalan di jalan Allah karena ia belum mendapatkan hidayah dari Allah, perlu dicek kembali apakah diri mereka mau memilih untuk mencari jalan yang haq dalam rangka mendapatkan hidayah atau enggan mengikhtiarkan proses untuk mendapatkan petunjuk. (Reza Aditya Suseno)
Rangkul dengan kasih sayang, supaya banyak orang juga bisa merasakan tenangnya hati ketika berada di majelis ilmu, ketika malaikat mendoakan setiap nama, ketika seluruh makhluk di bumi mendoakan setiap orang yang berjalan menuju majelis ilmu. Kita gunakan tangan kita untuk merangkul, bukan memukul. Berdoa sama Allah, kita bisa mencintai majelis ilmu, dan bisa mengajak orang di sekitar kita untuk merasakan nikmatnya majelis ilmu. (Alesha Iin Maylani)
Jadi apapun kejadian dan kondisinya, kuncinya ada pada ketenangan hati. Ketenangan hati itu yang menggerakan iman. Kontrolnya ada pada diri kita. Mau orang berbuat apapun, persepsi orang bagaimanapun. Kita tidak terbawa. Dan semoga malah kita bisa jadi cahaya. (Nur Amala)
Saat kita sudah berhasil mengajak mereka ke jalan Allah, tugas kita tak hanya sampai di situ. Kita tetap bisa membimbing dan saling mengingatkan mereka dalam kebenaran. Karena ketaatan akan lebih mudah dilakukan secara berjamaah (bersama-sama) daripada berjuang sendiri. Terlebih jika saat futur maka bisa saling support dan menasehati. (Rifka Afwani)
Bukankah dakwah yang ikhlas karena Allah? Jadi, endak usah lihat siapa orangnya, entah nanti diterima atau tidak, tapi apakah yang kita sampaikan itu benar sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Jika iya, maka berusahalah menyampaikan dengan baik kepada siapapun, jangan pernah bosan, karena kita tak tahu pesan yang mana yang akan mengetuk hati seseorang. (Sulthon Hanafi)
Resume Diskusi Pekan Ketujuh
Kata Ibnu Taimiyah rahimahullah, “Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma’ruf nahi munkar itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai.”
Mengenai perintah untuk berdakwah sekaligus keutamaannya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imron: 110).
Dengan melakukan amal kebaikan yang memang bisa dilakukan secara terang-terangan dengan niatan sebagai dakwah agar memotivasi untuk melakukan dan memiliki amalan yang mungkin hanya diri sendiri dan Allah yang tahu. Ikhlas dan sabar dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar seyogyanya selalu ditanamkan dalam-dalam pada diri masing-masing.
Al-Auza’i rahimahullah mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As-Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah surga.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:443)
Percaya ada balasan dari Allah kepada orang sabar.
Tetap melakukan kebaikan, tidak usah peduli sama hal lain yang negatif atau tidak menghargai. Manfaat dari melakukan kebaikan bukankah akan kembali pada diri sendiri. Pasti ada hal yang bermanfaat buat diri sendiri dan orang ketika melakukan sebuah kebaikan, setidaknya itu sudah ada pahala dari Allah, dan balasan yang terbaik itu dari Allah. Itu semua mutlak hak Allah, bukan urusan kita.
Kalau melakukan kebaikan karena Allah, maka tak ada masalah ataupun alasan untuk berhenti melakukannya, meskipun respon/feedback dari orang lain tidak baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Otomatis kita bisa bersabar dengan apapun hasilnya, karena ikhlas sangat berperan untuk mendapatkan kesabaran yang baik.
Hakikatnya kita diperintah oleh Allah untuk menyebarkan kebaikan sedangkan hidayah kepada yang disebar kebaikan adalah haknya Allah untuk memberikan, namun hidayah ini sebagai mana dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an diberikan bagi orang-orang yang memilih untuk mendapatkannya dan di sinilah kita bisa berperan agar bisa memastikan orang-orang yang disebarkan kebaikan kepadanya tetap mengupayakan untuk mengejar hidayahNya.
Islam itu mudah, janganlah kita mempersulitnya.
Because non-muslim don’t read the Qur’an, they don’t read the hadith, they read you. So be a good ambassador of Islam.
Wallahu a’lam bish-shawabi
-Tim Panitia Matrikulasi NAK-ID Batch 3-