Dokumentasi Pekan Ketiga dan Keempat Matrikulasi NAK-ID Batch 3


Kisi-kisi Video Pekan Ketiga

Di pekan ketiga ini kita akan mentadabburi ayat tentang ujian hidup dan hubungannya dengan keimanan hati. 

Di klip pertama, Ustadz NAK menjelaskan kandungan surat At-Taghabuun ayat 11, dimana Allah memberi ujian kepada siapapun yang Dia kehendaki. Ustadz juga menjelaskan attitude kita dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan, dimana attitude itu dimulai dari hati kita yang menyadari bahwa Allah-lah pemilik segala sesuatu di langit dan dunia.

Ustadz menceritakan di klip kedua kisah ibunda Musa ‘alaihissalam dalam surat Al-Qasas ayat 10, yang dengan pertolongan Allah Beliau mampu melalui ujian yang berat. Allah memberikan ibunda Musa kekuatan hati agar ikhlas melepaskan Musa di sungai, sesuatu yang amat berat dilakukan seorang ibu terhadap anaknya. Karena Allah teguhkan hatinya, ibunda Musa merasa cukup untuk kembali menjalani hidupnya setelah melewati masa sulit.

Surat Al-Hajj ayat 11 di klip ketiga menggambarkan kondisi keimanan seseorang ketika sedang mendapat kesenangan dan kesedihan. Allah bandingkan kedua kondisi tersebut dan memberi penekanan di akhir ayat bahwa mereka yang berpaling dari Allah dengan tidak menerima ujian yang diberikan, mereka berada di kerugian yang nyata.

Maka kita memohon kepada Allah agar selalu menegakkan hati untuk bersyukur dan memuji Allah dalam setiap keadaan. Alhamdulillahi ‘alaa kulli haal.

Kisi-kisi Video Pekan Keempat

Ustadz Nouman menjelaskan surat Az-Zimar ayat 53 di klip pertama. Di ayat ini, Allah mengatakan kepada hamba-Nya yang melampaui batas untuk kembali kepada-Nya karena Dia mengampuni semua kesalahan. Allah tidak melihat seberapa jauh batas yang dilalui, seberapa merasa bersalah hamba-Nya, Allah akan terima segala permohonan ampunan. Ampunan dan kasih sayang-Nya melebihi segala keputusasaan hamba yang dengan tulus memanggil-Nya.

Karena ampunan dan besarnya kasih sayang Allah, maka kesalahan kita di dunia yang hanyalah sementara dapat dihapuskan. Tetapi juga kenikmatan yang Allah berikan di dunia bersifat sementara. Kita percaya apa yang Allah janjikan di sisi-Nya kelak lebih baik dan abadi dari apa yang kita miliki saat ini. Semua kebaikan itu Allah akan berikan bagi orang-orang yang beriman. Apa tanda-tanda mereka yang beriman? Ustadz menjelaskan dua kriteria dari mereka di klip kedua dari surat Asy-Syuura ayat 36. 

Klip ketiga adalah tentang surat Ibrahim ayat 7. Ketika kita sedang mendapatkan ujian, mudah bagi kita untuk melampaui batas. Kita mempertanyakan sesuatu yang tidak kita inginkan dan merasa dapat melakukan apapun untuk menutupi ketidaknyamanan dalam ujian. Maka sebagai orang beriman yang ingin mendapatkan reward yang lebih baik dan abadi, solusinya adalah bersyukur atas segala hal yang terjadi. Syukur dari diri kita akan menghasilkan kesabaran untuk melewati setiap ujian yang menimpa.


Referensi Video Pekan Ketiga dan Keempat

Link video pekan ke-3

  1. https://www.youtube.com/watch?v=9Al_WqBbbKI&t=9s (8 menit) – Ujian
  1. http://www.youtube.com/watch?v=ycVa2iDzBU4 (5 menit) – Hati yang mampu melalui ujian
  1. http://www.youtube.com/watch?v=y0f06ZYzLNo (3 menit) – Berpaling dari Allah (tidak tahan ujian)

Link video pekan ke-4

  1. https://www.youtube.com/watch?v=Ls113rurn3Y (8 menit) – Kembali kepada Allah (mohon ampun)
  1. https://www.youtube.com/watch?v=OOz7v0mCkIE (7 menit) – Mampu kembali kepada Allah (menahan berbuat dosa) 
  1. https://www.youtube.com/watch?v=wGSGGNH3M7s (6 menit) – Syukur (dalam kondisi terberat apapun jangan melampaui batas – syukur solusinya)

QnA Diskusi Pekan Ketiga dan Keempat

BERSYUKUR

Q1. Bagaimana cara agar kita tetap bersyukur ketika ditimpa musibah, selayaknya ketika kita diberikan nikmat oleh Allah? Bahkan saat kita berpikir apa yang bisa kita syukuri, harus mulai dari mana untuk menumbuhkan rasa syukur itu?

Answer:

  • Menambah rasa syukur atau bersyukur merupakan sesuatu yang sebaiknya memang dilatih setiap hari. Aa Gym di satu kajiannya pernah menyampaikan: coba kita latihan bersyukur. lihat dapur, alhamdulillah ada air, ada bahan makanan, kompor, dll. Lihat kamar mandi, alhamdulillah ada pintunya, ada atapnya, ada air, dll. Lihat badan, masya Allah betapa isi tubuh kita yang kita nggak pernah lihat, tapi Allah mengaturnya dengan begitu baik dan detail. Usahakan latihan tiap hari dan berusaha melihat hal-hal yang kondisinya di bawah kita agar rasa syukur terus ada. 
  • Bersyukur saat menerima ujian memang bukan sesuatu yang otomatis. Tapi perlu latihan dan bertahap. Ayat ini bisa kita pegang QS. Al-Insyirah (94): 5-6

Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

Allah janji, kalau ada 1 kesulitan, pasti ada 2 kemudahan. Apa yang Allah takdirkan pada kita, apakah itu tampak baik atau buruk, insya Allah ada hikmah yang baik untuk kita.

  • Saat kita yakin bahwa ujian yang tampaknya buruk, ternyata ada kebaikan lebih baik yang Allah kehendaki. Saat kita berprasangka baik ke Allah, ini memudahkan kita untuk bersyukur dengan ujian-Nya. Karena kita yakin, Allah pasti sesuatu yang lebih baik dan lebih kekal untuk kita. Terus melatih diri untuk otomatis berprasangka baik ke Allah.
  • Syukur itu proses, sama seperti banyak hal dalam hidup ini, prosesnya naik turun, jatuh bangun. Menurut pengalaman, yang membuat kita bersyukur itu jika kita punya hubungan yang baik dengan diri sendiri dulu. “Barang siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya”. Proses berhubungan baik dengan diri juga berat tapi kalau kita merasa itu kebutuhan kita untuk menjalani hidup ini, tentu kita bersedia bersabar dengan diri sendiri dalam prosesnya, menerima lebih dan kurang diri, belajar dari banyak hal dalam hidup. Ketika kita kenal diri kita dan mengambil tanggung jawab hidup kita sendiri, insya Allah kita bisa lebih mudah bersyukur. Tentu berdoa mohon bimbingan-Nya juga.
  • Caranya bersyukur adalah dengan menghitungnya. Tulis nikmat-nikmat yang Allah beri untuk kita. Dimulai dari sesuatu yang bahkan tidak kita minta sebelumnya. Lama-lama kita akan sadar bahwa tidak akan pernah bisa kita menghitung nikmat-nikmat itu saking banyaknya. Dengan mengingat kebaikan-kebaikan yang Allah beri, insya Allah akan menambahkan kesyukuran dalam diri kita. 

Q2. Bolehkah jika kita bersyukur atas apa yang Allah berikan, tetapi kita meminta sesuatu yang kita inginkan lagi? Bersyukur tetapi langsung meminta sesuatu lagi pada Allah?

Answer:

  • Bersyukur dan meminta (doa) adalah hal yang Allah suka, insya Allah bisa saja dilakukan. Asalkan adab-adab meminta atau berdoa tetap diutamakan.
  • Boleh, karena Allah suka kita meminta kepada-Nya, kalau kita berhenti meminta kepada-Nya berarti kita termasuk orang yang sombong yang merasa tidak butuh Allah.
  • Boleh, sangat boleh. Kepada siapa lagi kita meminta kalau bukan pada Allah…bebas meminta apapun kepada Allah dan Allah senang dengan hamba-Nya yang meminta.

Q3. Apakah ketika merasa kesal akan suatu musibah atau cobaan itu adalah bentuk tidak bersyukur?

Answer:

  • Saat kita sudah ridho dengan ujian Allah, maka yang muncul adalah sabar, tidak lagi kesal atau mengeluh. Bahkan bersyukur Allah sudah mengujinya, karena Allah pasti akan memberinya ganti yang lebih baik.
  • Merasa kesal itu sesuatu yang sudah fitrah dari Allah, yang dihisab itu adalah tindakan yang kita ambil setelahnya. Allah sudah menciptakan rasa tenang, marah, kesal, sedih, takut dan lain sebagainya. Merasa kesal itu manusiawi, tapi kita harus mengontrol tindakan kita setelah merasa kesal.

Di kisah Nabi Yusuf, setelah saudara-saudaranya memasukkan Nabi Yusuf ke dalam sumur, Nabi Ya’qub bilang: 

“Sebenarnya hanya dirimu sendiri lah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”

Apakah Nabi Ya’qub tidak kesal? Pastinya kesal lah, kalau ada ayah yang anaknya ditinggalkan saudara sendiri sampai dimakan serigala pasti kesal. Tapi Nabi Ya’qub memilih untuk tidak membentak anak-anaknya.

Pun ketika Bunyamin juga diambil Yusuf ketika saudara saudara ke Mesir, Nabi Ya’qub bilang lagi, 

“Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

  • Kesal bagian dari proses berlatih hingga sampai pada bisa bersyukur pada awal musibah. Tentunya ketika sesuatu terjadi reaksi kita sebagai manusia kadang menolak, bisa karena kesal tadi. Karena sejatinya kita sayang sama diri kita, kita tidak mau merasakan hal yang tidak enak jadi reaksi menolak itu wajar di tahap awal belajar, ketika kita terus bersedia berlatih  insya Allah akan sampai pada syukur dengan tingkatan yang lebih tinggi. Berlatih saja terus setelah kesal lanjut dengan meyakinkan diri bahwa ini baik untuk pembentukan diri kita.

Q4. Mengapa keharusan bersyukur yang menjadi kunci dalam kehidupan?

Answer: 

“Manusia diuji dengan rasa takut, rasa lapar, rasa kekurangan harta, kehilangan saudara dan kekurangan produksi hasil kebun/ladang pertanian, dan sampaikanlah kabar gembira pada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155) 

  • Kunci sabar itu dengan mensyukuri keadaan, sesulit apapun pasti ada hikmahnya. Terkadang kita tidak pernah tahu jalan hidup kita seperti apa, tapi kalau kita selalu bersyukur apapun yang kita jalani kita selalu kuat karena percaya everything happen for a reason dan kita punya Allah, sehingga never losing hopes.
  • Karena kita sebenarnya lebih dahulu diberi yang baik oleh Allah. Dari awal kita ada dalam rahim ibu kita, bukankah nikmat Allah yang membuat kita bisa tumbuh? Kita tidak diberi ujian apa-apa. Kita bahkan diam saja, tapi kita selalu diberi nikmat oleh Allah. Allah yang membuat jantung kita berdetak, Allah yang mengalirkan nutrisi lewat tali pusar, Allah yang membuat kita tumbuh dan berkembang, Allah pula yang mengeluarkan kita dari rahim ibu kita. Jadi, sungguh wajar kalau dalam menjalani hidup kita kuncinya adalah bersyukur. Dan seperti kata ustaz Nouman, kita tidak akan bisa bersabar kalau kita tidak bersyukur. Kita tidak akan bisa melihat kebaikan dalam ujian, kalau kita tidak bisa melihat kebaikan yang jelas-jelas berbentuk kebaikan dari Allah.
  • Syukur itu membuat hidup lebih simple, mudah dan ringan. Karena kita tidak menyimpan dan membawa kemarahan, kekecewaan, kesal atau hal negatif lainnya kesana kemari setiap hari, perasaan-perasaan itu bikin berat dan ruwet hidup. Bersyukur itu menikmati hidup sebaik mungkin dengan apa yang Allah beri. Cak Nun pernah bilang “Sebelum kita berharap Allah ridho terhadap setiap ibadah kita, kita harus lebih dahulu ridho terhadap apa yang Allah berikan kepada kita. Karena jika kita sudah mampu ridho terhadap apapun yang Allah kasih, kita tidak perlu mencari-cari ridho Allah, Allah otomatis ridho sama kita.” lalu dimudahkan-Nya, diurus-Nya, dicukupkan-Nya setiap urusan kita.
  • Karena syukur itu didasarkan pada kesadaran (awareness) tentang pemberian dan takdir yang ditetapkan Allah. Jika sadar bahwa Allah tak pernah menzalimi hamba-Nya dan selalu memberi yang terbaik, maka bisa membentuk keyakinan yang positif tentang Allah, sehingga bisa menghasilkan kesabaran yang baik. selain itu seperti pada firman-Nya, jika bersyukur maka akan Allah tambahkan apa yang disyukuri itu berkali lipat dalam berbagai bentuk.

DOA

Q5. Apakah doa yang tepat untuk dibaca ketika sedang terkena musibah?

Answer:

 إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون

آمـنـت بـالله

Atau

Rabbi innī limā anzalta ilayya min khairin faqīr

Artinya: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”. (QS Al-Qashash: 24)

Perbanyak istigfar. Doa menggunakan bahasa Indonesia juga boleh. Sebelum doa kita harus banyak mengangungkan nama Allah, berzikir, dan bershalawat.

Sumber dari buku lapis-lapis keberkahan. Tentang kisah Nabi Yunus saat berada di perut ikan. Nabi Yunus tidak minta agar dikeluarjan dari perut ikan, tetapi mengakui segala kesalahan dengan berdoa, 

“Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzaalimiin.”

(Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya)

Jadi ketika mendapat musibah, ada baiknya kita memperbanyak istighfar dan introspeksi diri, karena bisa jadi musibah itu menimpa karena kelalaian kita.

Atau doa yang diucapkan nabi Musa, “Rabbii innii limaa anzalta ilayya min khairin faqiir.”

(Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.)

Doa yang dibaca Ummu Salamah radhiyallahu anha. ketika meninggal suaminya;

“Allahumma ajurniiy fii musibatiy wakhlufliy khairan minha.”

(Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”

Q6. Adakah doa agar dapat tetap bertahan dalam musibah?

Answer: 

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Artinya: “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.”

Pada surat Al-Hasyr, meminta dilapangkan hati, dijernihkan pikiran. Juga kuatkan hati, pasti semua ada banyak kebaikannya.

Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Q7. Adakah doa khusus agar selalu bersyukur?

Answer:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).”

Rabbi auzi’nī an asykura ni’matakallatī an’amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a’mala ṣāliḥan tarḍāhu wa aṣliḥ lī fī żurriyyatī, innī tubtu ilaika wa innī minal-muslimīn

Artinya: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al-Ahqaf: 15)

Doa Nabi Musa yang dipanjatkan ketika sampai di kota Madyan

فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰۤى اِلَى الظِّلِّ فَقَا لَ رَبِّ اِنِّيْ لِمَاۤ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ

“Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”

(QS. Al-Qasas 28: Ayat 24)

Pada ayat tersebut digunakan kata anzalta yang artinya kirim dalam bentuk lampau. Nabi Musa bersyukur atas nikmat yang telah dikirimkan oleh Allah kepadanya. Menemukan sebuah kota di tengah padang pasir, tempat berteduh, air, kesempatan untuk menolong orang lain, Nabi Musa sangat-sangat membutuhkannya saat itu, oleh karena itulah ia bersyukur daripada mengeluh. (Sumber: Buku Revive Your Heart by Ustaz Nouman)

(فَتَبَسَّمَ ضَاحِكࣰا مِّن قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِیۤ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِیۤ أَنۡعَمۡتَ عَلَیَّ وَعَلَىٰ وَ ٰ⁠لِدَیَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَـٰلِحࣰا تَرۡضَىٰهُ وَأَدۡخِلۡنِی بِرَحۡمَتِكَ فِی عِبَادِكَ ٱلصَّـٰلِحِینَ)

[Surat An-Naml 19]

Do’a Nabi Sulaiman, 

Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.”

Tidak ada doa khusus. Tapi kalau lagi ingin memakai doa khusus, bisa buka doa-doa di Al -Matsurat. Sangat bagus isinya terlebih pada bagian meminta penjagaan diri, mata, pendengaran, dan bisa kita tambahkan juga dijaga hati dan lisan.

Q8. Apakah ada amalan dan doa ketika kita belum terlepas dari trauma suatu musibah?

Answer:

للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan gelisah, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari belenggu hutang dan tekanan manusia”

Teringat doanya Nabi Musa. Al-Qasas ayat 24. 

“Apapun yang datang dari Allah, aku sangat membutuhkannya.”

Jadi sedikit saja ada kesempatan baik, kalau bisa kita yang bantu terlebih dahulu. Jadi selain doa, memang kita sendiri juga harus pro aktif. Trauma mungkin tidak bisa lepas 100%, tapi jangan sampai itu menghalangi kita untuk menjadi manusia bermanfaat dan menabur banyak kebaikan.

Masalah trauma memang bukan hal yang mudah untuk diatasi, berbeda dengan emosi-emosi yang biasa kita rasakan. Trauma bisa disembuhkan dengan menemukan hal dengan impact yang sama besarnya dengan rasa trauma tersebut. 

Tanamkan keyakinan pada Allah yang bisa menandingi rasa trauma, melalui dekat dengan Al-Qur’an dan mencari ilmu syar’i yang berhubungan dengan trauma. Dalam prosesnya kita akan secara otomatis terbimbing dengan benar dengan ilmu-ilmu tersebut, sehingga bisa menemukan solusi yang tepat dan trauma bisa sembuh dengan sendirinya.

Perbanyak istighfar, “Barang siapa yang rutin beristighfar maka Allah pasti memberi jalan keluar bagi setiap kesulitannya, dan memberi rasa senang (optimis) dari kekecewaannya, dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka” 

HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad.

Ketika kita sudah bersungguh-sungguh membersihkan hati, hanya Allah lah yang dapat mensucikannya. Tapi kitalah yang harus memulainya & mencobanya.

Dan video pekan ke-4 Az-Zumar: 53, Ust.Nouman menyampaikan bahwa “Biarkanlah yang sudah berlalu, yang penting kamu kembali kepada Allah bertaubatlah kepada Allah. Mulailah dari awal berbicaralah kepada Allah di malam hari. Ceritakanlah kepada Allah apa yang telah kamu lakukan. Dan menangislah kepada-Nya. Berbicaralah dengan bahasamu dengan sungguh-sungguh, hanya antara dirimu dan Allah saja, tidak ada orang lain. Dan percakapan itu haruslah kamu mulai.”

Untuk amalan selain doa bisa dengan berzikir, bersedekah, memudahkan/membantu orang lain karena Allah juga memudahkan seseorang yang suka memudahkan orang lain, dan baca Al-Qur’an supaya mendapat petunjuk dari permasalahan.

DOSA DAN ADZAB

Q9. Apakah syirik kecil termasuk dosa yang tidak diampuni? Contoh: lebih mementingkan main HP daripada shalat atau lebih bergantung sama utang daripada sama Allah yang Maha Memberi Rezeki.

Answer:

Syirik kecil tidak mengakibatkan murtad, selama manusia itu masih hidup dan segera bertaubat, maka Allah akan mengampuni. Bukankah banyak orang musyrik di masa Nabi? Lalu jika segara taubat dan kembali ke Allah, lalu jihad, taat dan masuk surga dan beberapa masuk surga tanpa hisab. (Pernah menyimak materi ini di video kajian Ustadz Adi Hidayat)

Semua dosa akan diampuni jika kita bertaubat nasuha selama kita hidup.

Taubat nasuha sendiri ada 3 unsur:

  1. Berhenti dari dosa yang dilakukan
  2. Menyesal
  3. Berazam tidak akan pernah melakukannya lagi

Jika tidak ada pengetahuan dan tidak ada unsur kesengajaan juga bisa dilihat hukum syariatnya apakah dzahir atau khafiy untuk menentukan apakah ada udzur atau tidak.

Perlu diketahui bahwa para ulama mengklasifikasikan syariat Islam menjadi dua:

  1. Dzahir (nampak/jelas)
  2. Khafiy (samar/tersembunyi)

Semua muslim tahu bahwa sholat adalah kewajiban dan sebagai rukun islam, maka sudah jelas sholat termasuk ke dalam hukum dzahir, jika melalaikannya dengan sengaja termasuk dosa besar.

Dan bergantung dengan utang (saya menyorot riba) adalah dosa besar.

Dalam videonya syirik kecil itu dosa-dosa yang kita tak menyadari bahwa kita sedang berdosa

Ust. NAK mencontohkan beberapa diantara dosa kecil seperti:

  • terburu-buru ketika sholat
  • tidak melakukan wudhu terbaik
  • tidak menundukkan pandangan ketika melihat yang bukan mahramnya
  • meledek seseorang sampai melewati batas
  • Dll

Jadi untuk contoh dosa di atas menurut saya itu bermasuk dosa besar yang harus ditinggalkan dan bertaubat nasuha.

Sebagaimana hadits shahih ini:

Perjanjian yang ada antara kami dengan mereka adalah shalat. Maka barangsiapa meninggalkannya, dia telah kafir. [HR. Tirmidzi, no: 2621; dll; Dishohihkan oleh syeikh Al-Albani]

Q10. Bagaimana dengan dosa syirik, yang orangnya gak sadar kalau dia sedang syirik? Misalnya dosa itu adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Seperti beberapa orang di beberapa daerah, mereka datang ke tempat-tempat keramat atau mengamalkan hal-hal tertentu. Yang mereka beranggapan bahwa itu mendekatkan diri mereka kepada Allah padahal secara praktik mereka justru menyekutukan Allah.

Answer:

Yang seperti ini harus benar-benar ditinggalkan. Kalau yang bersangkutan belum tahu bahwa praktik-praktik tersebut syirik, berarti tugas kita yang sudah lebih dulu tahu tentang itu untuk menyampaikan pada mereka, bahwa kebiasaan itu termasuk menyekutukan Allah. 

Pasti berat dan banyak tantangannya untuk mengedukasi bahaya syirik ini. Tapi kita umat Rasulullah, semestinya kita melanjutkan perjuangan beliau. Orang Quraisy pada masa jahiliyah pun bukannya tidak percaya Allah, tapi mereka mengada-adakan berhala yang mereka percaya dapat mendekatkan mereka pada Allah. Tidak jauh berbeda dengan kebiasaan yang disinggung di pertanyaan ini. 

Apabila pelaku dosa syirik besar dalam hal ini mendatangi tempat-tempat keramat maka syirik besar ini bisa membuat pelakunya keluar dari Islam dan kekal di neraka dan syirik besar ini tidak dapat dimaafkan kecuali dengan taubat. Jadi dalam hal ini apabila pelaku dosa syirik besar tidak “pahamagama” hanya dengan kekuasaan dan Rahmat Allah lah seseorang tersebut tidak akan dihisab. Wallahu alam.

Q11. Bagaimana cara mengetahui bahwa kenikmatan yang kita terima merupakan ujian atau rezeki yang Allah berikan ?

Answer:

Kenikmatan yang kita terima itu rezeki dari Allah, sekaligus ujian. Karena semua yang kita terima di dunia ini sebenarnya adalah ujian. 

Menyikapinya bukan dengan melihat nikmat itu sebagai rezeki yang kita pantas menerimanya atau ujian berbentuk nikmat semata, tapi dengan melihat bahwa dunia ini panggung ujian. 

Jadi kita menggunakan nikmat itu untuk mendekat pada Allah, untuk hal-hal yang Allah suka, bukan lantas merasa mendapat rezeki lalu berbuat sesuka hati. Karena yang Allah izinkan terjadi, selama kita berusaha taat, adalah baik. Prasangka baik sama Allah.

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Q12. Ketika kita bahagia terkadang kita lupa pada Allah. Ketika kita mendapat ujian justru baru mendekat kepada-Nya. Apa hal tersebut dapat dikatakan pula sebagai orang yang merugi ?

Answer:

“Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit.” (HR. Ahmad 2666)

Termasuk orang-orang yang merugi seperti yang dimaksud dalam surat Al Hajj ayat 11. Kalau kita lupa pada Allah saat kita bahagia, lalu bagaimana kita mencari-Nya saat kita merasa sedih? Ini pertanyaannya jadi pengingat banget. 

Dikatakan sebagai orang yang merugi, begitulah manusia ingat Allah ketika susah dan lupa ketika senang. Oleh karena itu, kita harus menjaga supaya tidak menjadi orang seperti itu. Berusaha tetap ingat Allah walau ketika sedih atau susah, banyak bersyukur dan bersabar.

Menjaga istiqomah untuk terus mendekat dengan Allah dalam setiap keadaan adalah yang harus selalu kita ikhtiarkan, salah satunya rutin mendatangi Majlis taklim meluruskan niat untuk mendapat ilmu Allah.

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

(QS Ar Rum: 54)

Q13. Bagaimana cara untuk menjaga keimanan agar tetap stabil? Suatu saat meninggalkan dosa namun ketika futur mengulangi lagi. Apakah Allah masih tetap mengampuni? Bagaimana cara untuk istiqomah meninggalkan dosa tersebut?

Answer:

“Hendaknya kalian berlaku jujur, karena jujur mengantarkan pada perbuatan baik, dan perbuatan baik akan mengantarkan pada surga.” (HR. Muslim).

Mengedepankan kata hati dalam menjalankan keislaman. Setiap akan melakukan kejahatan atau maksiat terlebih dahulu diskusi dengan hati. Karena memang hati yang suci tidak pernah berkata kecuali yang sejati. Lisan boleh berkata yang tidak nyata, tapi hati tidak bisa kontra dengan fakta.

Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa suatu hari Wabishah bin Ma’bad mendatangi Rasulullah. Setelah mengucapkan salam dan disambut jawaban salam dan senyum ceria dari Rasulullah, beliau langsung berkata kepada Wabishah, ”Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?”

Wabishah menjawab, “Iya benar, wahai Rasulullah.”

Beliau ﷺ kemudian bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebaikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hatimu, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus membenarkanmu.”

Rasulullah ﷺ menyatakan, bila ia tenang indikasi kebaikan, dan jika gelisah bermakna sebaliknya.

Merasa selalu diawasi Allah (Muraqabatullah)  itu salah satu cara ampuh kita untuk mawas diri ketika akan bermaksiat. Merasa nanti akan dibuka semua ini ketika di padang mahsyar. Seperti merasa ada CCTV yang selalu merekam dan mengikuti. 

Cara untuk tidak mengulangi dosa lagi adalah dengan menutup sumbernya. Menutup sumber yang mengawali pada dosa tersebut kalau sudah ditutup, akan mengurangi untuk terjerumus ke hal yang sama lagi. 

Untuk menjaga keimanan agar stabil perlu berada di lingkungan yang baik/ mencari teman yang mampu mengingatkan ketika kita lalai, karena ukhuwah yang akan mengikat sebuah perjalanan hijrah. 

Insya Allah, Allah akan mengampuni, tapi jangan pernah mempermainkan ampunan-Nya, seperti meremehkan dosa, berpikir nanti akan diampuni lagi, itu tipu muslihat syaitan, kita tidak tahu kapan meninggal, oleh karena itu harus menjaga keistiqomahan dalam kebaikan.

Q14. Bagaimana caranya menjauhi dosa-dosa kecil yang terkadang tidak terasa dan tidak disadari?

Answer:

Bila melakukan kesalahan, maka muncul perasaan takut dan tidak mau ketahuan orang. Sementara bila yang kita lakukan adalah sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran maka perasaan tenang dan nyaman menyelimuti hati. 

Rasulullah ﷺ bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah segala sesuatu yang menggelisahkan perasaanmu dan engkau tidak suka bila orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim).

Sejatinya pada perbuatan tidak baik, hati yang suci niscaya menolaknya. Hati yang terdalam dan sesuai fitrah pasti mengajarkan kebaikan dan menolak keburukan. Sanubari selalu jujur menyatakan yang sebenarnya. Karena fitrah hati sesuai dengan kehendak Allah, yaitu pada kebenaran dan kebaikan. Salah satu cara mengenal kebenaran ialah dengan fitrah, meminta fatwa hati.

Allah menanamkan kepada kita cinta kebaikan dan kebenaran. “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (QS. Ar-Rum [30] : 30).

Namun memang ada hati yang sudah jauh melenceng dari fitrah sejatinya, yaitu hati al-qalbu al-qasi (hati yang keras atau mati). Ada juga hati yang sakit, al-qalbu al-maridh. Inilah hati yang rusak, yang potensial susah atau tidak mungkin menyatakan kebaikan adalah baik. Karena betapa telah hebat tertutup dengan kejahatan, kemusyrikan, kekufuran, dan penyakit-penyakit hati lainnya.

Jagalah agar hati kita sehat atau al-qalbun as-salim. Yaitu hati yang menurut Imam Ibnu al-Qayyim adalah, hati yang salim dan baik adalah hati yang selamat dari segala bentuk ketidaktaatan kepada Allah, serta tulus murni semata-mata menghambakan diri kepada-Nya, baik dalam hal kehendak, tawakal, cinta, kembali, tunduk, khusyu, takut, dan harap. 

Allah سبحانه و تعالى berfirman, “Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”(QS. Asy-Syu’ara [26] : 87-89).

Ali bin Abi Thalib ra berkata “Medan pertempuranmu adalah dalam jiwamu. Jika kamu menang terhadapnya, maka pada yang lain kamu lebih mampu mengalahkan. Tapi jika kamu kalah darinya, maka pada yang lain kamu juga akan lemah tak berdaya. Maka berjuanglah menghadapi dirimu terlebih dahulu.” 

Dalam arti, pada hati gejolak keimanan dan sebaliknya berada, bila kuasa memenangkan identitas diri sebagai mukmin, maka kemenangan diraih. Sementara bila sebaliknya, maka dengan mudah menjadi pecundang yang kalah membela naluri kebaikan dari hati.

“Ya Allah, berikanlah kepada hati kami ketakwaan, dan sucikan hati kami, Engkau adalah Zat yang mensucikan hati, Engkau adalah Pemilik dan Tuan semua hati.” (HR. Muslim). 

“Wahai Pembolak balik hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu. Wahai Pemutar balik hati, tetapkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi).

Bisa pula dengan aktivitas muhasabah setiap sebelum tidur itu menjadi rutinitas yang merefleksi diri untuk sadar banyak kesalahan dan menjadi rem untuk hari esok. Dan yang terpenting adalah DOA. Berdoa agar Allah menjaga dari segala perbuatan keji dan mungkar.

Berusaha memahami kalau itu memanglah dosa, yang walaupun sekecil apapun tetap dosa, dan lama-lama numpuk bisa banyak dan dapat memberatkan timbangan amal juga. Perbanyak istighfar dan berusaha menjauhi perbuatan seperti itu ketika memang sudah tahu itu dosa.

ELABORASI AYAT

Q15. Dalam Surat Al Hajj:11 disebutkan jika seseorang melakukan kebaikan pun, maka kebaikannya tidak akan dihitung. Apakah mereka yang tetap menaruh iman pada Allah namun terkadang pesimis dan mengeluh pun masuk dalam kategori ayat tersebut? Atau hanya dikhususkan untuk orang-orang yang benar-benar berpaling dari Allah dan Islam?

Answer:

Tafsir Ibnu Katsir:

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy’as ibnu Ishaq Al-Qummi, dari Ja’far ibnu Abul Mugirah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu ada segolongan orang Badui datang kepada Nabi ﷺ lalu masuk Islam. 

Bila mereka telah kembali ke kampung halaman mereka, lalu mereka menjumpai musim hujan dan musim subur serta musim melahirkan anak yang banyak, maka mereka berkata, 

“Sesungguhnya agama kita adalah agama yang baik,” maka mereka berpegangan kepadanya. Tetapi bila mereka menjumpai tahun kekeringan dan paceklik serta jarang adanya kelahiran, maka mereka berkata, “Tiada suatu kebaikan pun pada agama kita ini.” Maka Allah سبحانه و تعالى menurunkan kepada Nabi-Nya firman- Nya surat Al Hajj ayat 11.

Dari penjelasan di atas, tahapannya sudah sampai perkataan “Tiada suatu kebaikan pun pada agama kita ini.” Kalau pesimistis dan mengeluhnya sudah sampai mengucap perkataan sejenis itu, mungkin termasuk golongan orang-orang di tepi. Allahu a’lam.

Q16. Dalam surat Al-Qashash: 10, “Seandainya tidak Kami teguhkan hatinya”. Yang dimaksud “Kami” dalam ayat tersebut apakah itu adalah Allah? Mengapa menggunakan kata ‘Kami’? Apakah maksudnya Allah itu jamak?

Answer:

Kata warabatnaa. Naa disana bermakna kami. Dan kami yang dimaksud memang adalah Allah.

Mengapa menggunakan dhomir (kata ganti) plural?

Maksudnya bukan plural secara hakiki, melainkan secara majazi.

Para ulama Al-Qur’an banyak membahas ini juga, misal Imam Qurthubi, beliau menyampaikan;

و إذ قلنا للتعظيم بصيغة الجمع

Ketika Allah menggunakan kata kami dalam Al-Qur’an, fungsinya sebagai lita’zhim. Untuk mengagungkan Allah.

Sedangkan Ustaz Nouman menjelaskan pada video yang membahas surat Al-Baqarah ayat 186 bahwa Allah menggunakan kata ganti “Aku” dalam situasi yang menunjukkan tingkat kedekatan yang spesial dengan hamba-Nya, menunjukkan kasih sayang-Nya. 

Q17. Dalam surat Al-Qashash: 10, mengapa Allah menggunakan kata ‘Kami’? Apakah maksudnya Allah itu jamak?

Answer:

  • Kalau diamati pada ayat-ayat lainnya, misal pada Al-Baqarah ayat 50, Allah menggunakan “Kami” pada  situasi di mana Allah menunjukkan kuasa-Nya, kebesaran-Nya. Dalam Al-Qashash ayat 10, Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam meneguhkan hati ibunda Nabi Musa a.s. 
  • Menurut Ust. Ammi Nur baits dan Ust Adi Hidayat, dalam bahasa Arab, kata ‘Kami’ tidak selalu dipakai untuk menunjukkan bilangan (jamak) tapi menunjukkan keagungan (ta’dzim) pihak yang berbicara. Jadi, dalam QS Al-Qashash 10, ‘Kami’ menunjukkan bahwa keteguhan hati ini diberikan oleh Allah yang memiliki keagungan.
  • Ust Adi hidayat juga berkata bahwa kata ‘Kami’ juga dipakai untuk menunjuk pada peristiwa / proses, bukan personanya.
  • Dari buku Divine Speech karya Ustadz Nouman Ali Khan dan Sharif Randhawa. Penggunaan kata “Kami” dibahas di Bagian Pertama (Micro Literary Features) di Bab 4 (Grammatical Shifts). Tepatnya di halaman 59 dan 60. Kita biasa memahami kata We sebagai first-person plural. Tapi kata We di sini bukan plural of actual number tapi merupakan “alat retorika” (rhetorical device) yang Allah gunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu dengan menekankan kewenangan (authority) atau keagungan (majesty) yang Allah سبحانه و تعالى miliki.

Teknik berkomunikasi seperti ini dikenal dengan istilah the “royal We” atau the “majestic plural” dalam Bahasa Inggris. Dengan memahami hal ini, tidak akan mengejutkan bahwa “bentuk jamak yang melukiskan keagungan” (majestic plural) adalah cara yang paling umum yang Allah gunakan untuk berkomunikasi di Al-Qur’an.

Allah menggunakan the majestic plural ini, khususnya dalam konteks yang menyoroti kemegahan (grandness), kekuasaan (power), atau “pemeliharaan alam semesta berikut bimibingan” (providence) yang Allah miliki atau berikan kepada kita.

Beberapa contoh yang dipilih Ustadz Nouman terkait kata “We” ini adalah: QS. Thaha, 20:55; QS. Al-Ma’idah, 5:44; QS. Al-Kahfi, 18:59; QS. Luqman :10.

Pada masing-masing contoh di atas, digunakan kata “Kami” atau bentuk first-person plural untuk menyesuaikan situasinya, di mana keagungan dan kebesaran Ilahi (divine majesty and grandeur) dimunculkan sesuai dengan peristiwa yang terjadi di ayat-ayat tadi: penciptaan, turunnya wahyu, dan pemberian ganjaran.

Sebagai tambahan, kata “Kami” sebagai kata ganti bentuk pertama (first person) digunakan untuk menekankan hubungan antara Kalam Ilahi (Divine Speech) dengan kejadian-kejadian tersebut, yang melukiskan “keterlibatan” Allah dengan dunia dan seluruh umat manusia. Pertimbangan semacam itu mendasari semua contoh penggunaan majestic plural di Al-Qur’an.

Q18. Musibah yang dimaksud dalam QS At-Taghabun ayat 11 itu, apakah termasuk musibah yang kita peroleh akibat ulah kita sendiri (perbuatan buruk) ?

Answer:

Yang perlu disadari pertama kali ketika kita mendapat musibah yaitu bahwa musibah ini sudah menjadi qadha dan qadar-Nya pada kita. Dan atas apa yang terjadi pada kita itu sudah pasti baik. Apabila kita bisa bersabar atas ujian itu, Allah akan memberikan petunjuk-Nya. 

Selama proses menyadari ini, hal yang penting adalah muhasabah. Kesalahan apa yang sudah kita lakukan, kekurangan apa yang belum kita maksimalkan, apakah kita sudah zalim terhadap diri sendiri atau orang lain.

Seperti kisah nabi Yunus a.s., ketika ditelan ikan Paus, beliau berdoa, 

“Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin.” 

(Artinya: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya).

Sebagai seorang nabi beliau menyadari bahwa musibah yang beliau terima (mungkin) akibat perbuatan beliau yang zalim.

Selain itu bisa kita ingat dari ayat ini: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).

Q19. Mengapa Allah menggunakan kalimat ‘melampaui batas’? Apa maksudnya?

Answer: 

Karena sebenarnya Allah sudah menetapkan batasan-batasan tertentu. Apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh. Jadi, siapapun yang melanggar ketentuan Allah, bisa dikatakan melampaui batas-batas yang sudah Allah tentukan. Kalimat melampaui batas ini lebih general.

Kata “melampaui batas” yang dipakai dalam surah Az-Zumar: 53 menurut Ibnu Katsir adalah orang-orang yang durhaka, yang melanggar batasan yang sudah diberikan Allah, dan hanya menuruti hawa nafsunya. Sehingga menimbulkan dosa-dosa dan perbuatan yang mengundang murka Allah. 

Melampaui batas atas apa yang Allah sudah berikan batasan nya, hadits arbain nomor 6

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَان بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الَحرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ أَلاَّ وِإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ – رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمٌ

Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599].

Q20. Perihal kata “Inna ‘adzābī lasyadīd” pada ayat 7 surah Ibrahim yang dikatakan bahwa secara tata bahasa bukan merupakan kausalitas dari kalimat “Walain kafartum”, jadi, berarti adzab yang disebutkan di sini adalah adzab pedih secara umum? Bukan adzab pedih yang dikhususkan untuk suatu kekufuran? Apakah ada kisah pada masa Rasul atau sahabat yang relevan yang menggambarkan ini?

Answer:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ‘ażābī lasyadīd

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Dalam videonya, Ustadz Nouman menjelaskan bahwa Allah tidak melanjutkan kalimat-Nya, tapi Allah melanjutkan dengan kalimat yang baru. Sehingga kalimatnya menjadi tidak berhubungan.

Ust. Nouman juga menjelaskan bahwa ini bukan pernyataan sebab akibat, ada perbedaan dalam bahasa Arabnya.

Ada sebuah kisah oleh Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya. Ia menceritakan ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh Nabi, namun ia tolak karena hanya sebutir biji kurma.

Lalu datanglah pengemis yang lain, ketika ia diberi kurma oleh Nabi, ia mengucap terima kasih dan Nabi menambahkan 40 dirham untuknya.

Q21. Apakah dosa besar tidak termasuk yang dimaksud di QS Az-Zumar 53?

Answer:

  • Melampaui batas termasuk dosa besar juga seperti yang disebutkan dalam ayat ini.
  • Doa besar seperti syirik, membunuh, berzina, dll.
  • Semua dosa, bahkan dosa orang yang munafik jika mereka masih di dunia dan bertaubat pasti Allah mengampuni.

KIAT-KIAT DAN PENGALAMAN PESERTA

Q22. Bagaimana cara mengetahui bahwa diri kita telah berpaling dari Allah saat ujian menimpa kita?

Answer:

  • Sibuk mencari orang yang bisa disalahkan. Tanpa sadar merunut setiap kejadian zahir yang menjadi sebab musibah terjadi. Lupa istighfar, sibuk mencari bantuan ke makhluk, lupa mengadu ke Allah سبحانه و تعالى
  • Bersikap semakin lalai dan tidak taat, pesimis, dan berpikiran negatif tentang musibah/ujian yang dialami. Berputus asa tentang pertolongan Allah, tidak ridha dan protes atau mengeluh mengapa Allah menimpakan ujian tersebut pada diri.

Q23. Apa musibah terbesar yang teman-teman alami hingga membuat teman-teman semakin dekat dengan Allah?

Answer:

  • Kehilangan kesempatan mengajar di sebuah kampus di Surakarta. Sempat down dan merasa bersalah karena tidak bisa menepati janji kepada teman yang ada di sana. Namun, setelah itu Allah memberi kesempatan mengajar di Bandung.
  • Dalam menyelesaikan pendidikan, harus mengumpulkan beberapa requirement. Terpenuhinya requirement ini multifaktor sekali sifatnya, perlu ada partisipasi dari pembimbing dan partner belajar juga di sana, selain tentunya Allah yang menentukan kapan lulusnya. Requirement terakhir di satu departemen susah sekali ketemunya, sampai perpanjangan masa studi dan akhirnya yang di putaran akhir mengejar di departemen itu. Sedih rasanya kok tertinggal gitu. Saat itu rasanya seperti musibah yang entah kapan berakhir. 
  • Musibah seperti penyakit akut yang pernah diderita, kesulitan-kesulitan hidup yang ketika orang lain bisa menyelesaikannya dengan cukup mudah sedangkan diri sudah berusaha semampunya tapi belum bertemu jalan keluarnya, dll.

Q24. Bagaimana cara kita memberikan pemahaman tentang pemaknaan ayat-ayat pada pekan ke-3 ini kepada teman kita yang sedang ditimpa musibah, tanpa melukainya dan tanpa seolah mengguruinya?

Answer:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 125)

  • Kalaupun video-nya dibagikan, review-nya diberikan, orang yang dalam musibah belum tentu mau menyimak. Pilihan pertama harus menjadi pihak yang dipercaya untuk mendengarkan masalah musibahnya. Setelah itu, kita baru bisa sharing tentang ayat ini.
  • Dengan menumbuhkan Al-hubb (rasa cinta) yakinlah bahwa musibah yang terjadi merupakan bentuk cinta dari Allah, lalu timbulkan rasa khauf kepada Allah yang membuat seseorang tunduk, patuh, dan taat kepada sesuatu yang ia takuti adalah bagian ibadah yang hny boleh ditujukan kepada Allah. Q.S. Al-Imran: 175. Terakhir timbulkan rasa harap (ar-raja’) berharap bahwa musibah yang terjadi itu kita peroleh dari apa yang ada di sisi Allah berupa ridha, pahala, dan surga-Nya tanpa rasa putus asa. Sehingga akan bersemangat untuk beramal Shalih. (Q.S. Az-Zumar : 53).
  • Jika dikaitkan dengan pertanyaan di atas maka dalam konteks memberikan pemahaman perlu diniatkan untuk menasehati menggunakan pendekatan hikmah yang merupakan kata kunci dalam hal ini. Hikmah ini bisa sangat bermakna luas dan salah satu pengertian yang dapat pengajarannya adalah bagaimana menyampaikan ilmu kepada yang disampaikan ilmu adalah menyampaikan dengan empati terhadap kondisinya. Jika dalam hal ini dirinya sedang ditimpakan musibah maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah kitanya bisa berempati terlebih dahulu terhadapnya akan kondisi yang sedang dihadapi dengan mengetahui apa yang sedang in dalam dirinya dan bisa jadi dalam konteks ini kita tidak langsung memberikan pemahaman 3 ayat yang ada di dalam video Ustad NAK. 
  • Kemudian jika dirinya sudah mau menerima kita dan dalam kondisi yang tenang maka bisa jadi perlahan demi perlahan mulai memberikan pemahaman 3 ayat tersebut disesuaikan mana yang pas sebelumnya
  • Dan yang terakhir seperti yang dijabarkan dalam ayat terakhir surat Al-Ashr bahwa dalam rangka memberikan pemahaman hal sabar merupakan kunci agar tidak melukai perasaannya. 

Q25. Bagaimana cara memberikan nasihat kepada saudara kita yang masih berpacaran bahwa pacaran adalah dosa besar.

Answer:

  • Diberi keteladanan. Kalau sudah menikah tanpa pacaran, diberi gambaran hubungan baik dengan suami/istri. Kalau menikah dengan pacaran dan setelah menikah baru tahu bahwa pacaran dosa., diberi insight bahwa diri ini menyesal telah pacaran. 
  • Memahamkan dengan baik, dengan tidak menggurui. Mungkin dengan memberikan contoh dulu. Mendekatkan dan mengajak dalam kebaikan, perlahan dipahamkan tentang Islam. Mungkin nanti dapat mencari waktu yang tepat untuk membicarakan hal tersebut ketika memang sudah paham dengan nilai-nilai Islam.
  • Sebenarnya orang yang tepat memberi nasehat atau pengawasan adalah orang tua anak tersebut. Karena pacaran sulit untuk kita hindari di lingkungan kita. Jadi memang harus orang tualah yang sebaiknya mengatakan dan mendidik anaknya untuk lebih patuh terhadap perintah Allah dan sungguh Allah Maha Pengasih, Penyayang, dan Pengampun. Karena sesungguhnya ada hak anak salah satunya yaitu untuk mendidiknya dengan baik. Ana rasa kalau misalnya saudara yang umurnya sebaya agak sulit tapi bisa dengan berusaha menghadirkan orang yang dihormatinya seperti ortu atau guru, ustadz/ustadzah.

Q26. Apakah teman-teman punya cara yang unik dalam bersyukur dan merasakan kesan sendiri setelah melakukannya?

Answer:

  • Awal melatih rasa syukur memang membingungkan karena belum terbiasa. Berlatih dengan menyebut satu saja rasa syukur dari sesuatu hal. Lalu melatih diri melihat kebaikan orang lain. 
  • Dilanjutkan dengan menulis rasa syukur setiap hari. 
  • Divariasikan caranya. Ketika sedang istirahat siang, bertanya ke diri sendiri: dari subuh tadi sampai jam 9, apa syukurmu? Diganti-ganti saja waktunya: tadi malam apa syukurmu? dll.
  • Memberi hadiah kepada orang-orang sekitar yang sukses melakukan hal yang kita harapkan. Misal, ingin khatam hafalan Al-Qur’an. Kita memberikan hadiah sederhana kepada teman-teman yang sudah mengkhatamkan hafalan Al-Qur’annya sambil meminta doa agar bisa seperti mereka.

Q27. Bagaimana cara menguatkan hati agar tidak jatuh pada kesalahan/dosa yang sama ketika telah kembali pada Allah?

Answer:

  • Perlu niat yang kuat, mencari lingkungan baru, mencari komunitas yang mendukung pada kebaikan, mengurangi interaksi dengan orang-orang yang memberi stimulus negatif, perbanyak sedekah, dan selalu berdoa meminta dijaga Allah dan diberi keistiqomahan.
  • Cara untuk tidak mengulangi dosa lagi, menutup sumbernya. Menutup sumber yang mengawali pada dosa tersebut kalau sudah ditutup, akan mengurangi untuk terjerumus ke hal yang sama lagi. 
  • Untuk menjaga keimanan agar stabil perlu berada di lingkungan yang baik/mencari teman yang mampu mengingatkan ketika kita lalai, karena ukhuwah yang akan mengikat sebuah perjalanan hijrah. 
  • Insya Allah, Allah akan mengampuni, tapi jangan pernah mempermainkan ampunan-Nya, seperti meremehkan dosa, berpikir nanti akan diampuni lagi, itu tipu muslihat syaitan, kita tidak tahu kapan meninggal, oleh karena itu harus menjaga keistiqomahan dalam kebaikan.
  • Mencari Ilmu Syar’i yang dapat memunculkan rasa takut kepada Allah dan menambah keimanan dalam hatinya.
  • Memperbanyak amal shalih dan ini merupakan terapi paling mujarab dalam menjaga kestabilan iman seseorang.
  • Banyak dzikrul maut
  • Melakukan ziarah kubur
  • Merasa khawatir terhadap su’ul khotimah
  • Variasi yaitu mengerjakan berbagai macam ibadah
  • Mengikuti majelis-majelis dzikir (pengajian dan kajian Ilmu)
  • Memahami dan merenungi hakikat asma dan sifat Allah
  • Membaca, mendengarkan dan merenungi makna Al-Qur’an

Q28. Bagaimana caranya untuk menghilangkan perasaan tidak layak mendapatkan ampunan yang seringkali muncul. Adakah kisah masa lalu yang bisa menjadi referensi belajar?

Answer:

Para pemanah di perang Uhud bisa kita jadikan pelajaran. Ketika selesai perang Uhud, Rasulullah dengan tiga luka di kepalanya, sampai patah giginya dan terus mengucurkan darah dari lukanya namun harus menyampaikan pidato lagi di depan umat muslim dengan bekas luka di wajahnya. Para pemanah yang turun walaupun sudah diperingatkan untuk tetap bertahan di bukit pastinya deg-degan, was-was, kalang kabut.

“Duh, Rasulullah pasti menyalahkan kita yang sudah turun dari atas bukit, kita yang harus tanggung jawab atas kematian 70 orang sahabat yang gugur ketika perang Uhud, pasti kita bakal dikenai qishash. Jangan sampai seperti Bani Israil yang disuruh bunuh diri.” Pikiran-pikiran itu (mungkin) terlintas di benak mereka, tapi apa yang Allah katakan? 

“Fa’fu ‘anhum wastaghfirlahum  wasyawirhum” maka maafkanlah mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka.

Justru Allah memerintahkan Rasulullah  untuk berlaku lemah lembut karena kalau Rasulullah kasar, kaburlah semua pemanah yang merasa bersalah sudah turun bukit. Justru karena kelemahlembutan Rasulullah, mereka semakin beriman.

Sahabat saja masih dimaafkan oleh Rasulullah, selagi masih beriman, apalagi Allah yang Maha Pemaaf. Jadi jangan putus asa.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu akan dicampakkan ke dalam kerak neraka dan kamu tidak akan melihat mereka memperoleh penolong baginya. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar,” (QS: 4: 145-146).

Perasaan tidak layak mendapatkan ampunan ini justru harus kita pelihara supaya jadi motivasi untuk terus bertaubat. Kita jadi sering istighfar kalo tiba tiba terkenang kejadian di masa lalu yang sebetulnya kitanya sendiri malu untuk mengingat itu. Dan barengi dengan ilmu serta hafalkan/dawamkan ayat tentang jangan putus asa dari rahmat Allah. 

Perasaan tidak layak bisa muncul karena kita tak benar-benar percaya pada sifat Maha Pengampun dan Penyayang Allah. Jadi bisa mencoba terus untuk menanamkan dan meluruskan keyakinan terhadap sifat Allah setidaknya yang satu ini. Antara perasaan takut (khauf) dan harap (raja’) pada Allah harus seimbang, karena jika terlalu takut menyebabkan keputusasaan, sedangkan jika terlalu sedikit bisa menyebabkan kelalaian.

Jika tidak minta ampunan pada-Nya, lalu mau pada siapa lagi kita meminta? Siapa lagi yang bisa memberi petunjuk? 

Imam Syafii berkata:

“Tatkala hatiku keras dan jalanku sempit. Maka kujadikan harapanku terhadap ampunan-Mu sebagai tangga. Dosa-dosa ku semakin banyak, tapi saat ku sejajarkan dengan ampunan-Mu, maka ampunan-Mu jauh lebih besar.”

MENGHADAPI UJIAN

Q29. Bagaimana caranya menemukan hidayah dari Allah سبحانه و تعالى untuk menghadapi suatu ujian?

Answer:

Berdasarkan penjelasan Ustaz Nouman, sekecil apapun koneksi (ibadah) kita dengan Allah سبحانه و تعالى pasti bisa menjadi hidayah untuk mendekat kepada-Nya. Secara umum penyebab ujian adalah dosa.

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS An-Nisa: 79). 

Amalan sederhana (ibadah) yang telah dilakukan dapat menjadi hidayah. Paling tidak, Allah akan memberi hidayah untuk bercerita dan mendekati kepada Allah سبحانه و تعالى

Penyebab ujian juga bisa cara Allah سبحانه و تعالى untuk menaikkan derajat hamba-Nya. Ini terjadi pada para nabi dan orang-orang yang makrifat kepada-Nya. 

Selain itu dengan segera mencari tahu apa hikmahnya. Stop bertanya ‘Kenapa ini terjadi pada saya? ‘ dan mulai menggali ‘apa hikmahnya?’ 

Q30. Ujian yang kita hadapi bisa berupa ujian yang tidak kita sukai dan ujian yang kita sukai. Bagaimana cara menghadapi ujian yang kita sukai (ujian kesenangan)?

Answer:

  • Perbanyak syukur dan manfaat pada segala karunianya, salah satunya dengan merawatnya. Memperbanyak manfaat akan mengundang keberkahan. 
  • Menangani ujian yang kita sukai adalah dengan bersyukur. Dan tidak berlebihan menyikapinya (terlalu bahagia sampai lupa bahwa apa yang kita dapat sejatinya pemberian dari Allah). Q. S Al-Hadid : 22 – 23. Bisa dilihat di ayat 23 nya, bahwa ujian yang Allah beri itu tujuannya agar kita tidak bersedih terhadap apa yang luput dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Allah. 

Q31. Apa ikhtiar yang bisa dilakukan agar kita mendapatkan keteguhan hati seperti yang ibunda Nabi Musa a.s. dapatkan dalam surat Al-Qashash ayat 10?

Answer:

Terkait ikhtiar agar mendapatkan keteguhan hati seperti ibu Nabi Musa a.s. dalam QS. Al Qashash: 10. Masih berkaitan dan berkelanjutan dalam surat Al-Qashash yakni pada ayat ke 7 dan 13. 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاَ وْحَيْنَاۤ اِلٰۤى اُمِّ مُوْسٰۤى اَنْ اَرْضِعِيْهِ ۚ فَاِ ذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَ لْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَا فِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚ اِنَّا رَآ دُّوْهُ اِلَيْكِ وَجٰعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

“Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul.”

(QS. Al-Qasas 28: Ayat 7)

فَرَدَدْنٰهُ اِلٰۤى اُمِّهٖ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلٰـكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

“Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 13)

Allah telah berjanji pada ibu Nabi Musa a.s. dan ibu Nabi Musa mengimani akan hal itu. 

Jadi bisa diambil pelajaran, bahwa  janji Allah itu pasti. 

Wajib bagi kita untuk mengimani dan berhusnudzon pada Allah.

Q32. Setiap manusia yang mendapatkan musibah pasti akan sedih. Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda terhadap musibah dan membutuhkan waktu yang berbeda-beda pula untuk bisa ikhlas menerimanya. Kapan kita dapat dikatakan ikhlas terhadap musibah yang kita hadapi?

Answer:

Ikhlas itu tidak dapat dipastikan secara pribadi. Keikhlasan terasa kalau Allah سبحانه و تعالى sudah menghadirkan takdir lain yang lebih baik dan menyelamatkan kita dari dampak negatif orang lain atau situasi lain bila ujian itu tidak datang. Sejatinya ujian itu datang sebagai cara Allah سبحانه و تعالى untuk meraih hamba-Nya agar hati hamba-Nya tidak diisi oleh selain Dia. 

Q33. Amalan apa yang paling utama saat kita tertimpa musibah?

Answer:

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS. Al-Baqarah : 155-156)

  • Perbanyak istighfar dan sedekah.
  • Tetap menjaga aqidah kita agar senantiasa meyakini apa-apa saja yang dititipkan kepada kita hakikatnya hanya titipan dan seyogyanya adalah kepunyaan Allah yang bisa diambil dalam kondisi apapun sebagai bentuk ujian bagi orang-orang yang bersabar.

Q34. Bagaimana mengaplikasikan materi video tentang ujian ini ke dalam kondisi pandemi saat ini?

Answer:

Di tengah kondisi pandemi seperti ini, efek yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah dampak ekonomi yang tentunya bisa menjadi musibah/ujian bagian mayoritas masyarakat yang mengalami yang menyebabkan sebagian besar masyarakat berputus asa atas kondisi ini.

Namun bagi kita sebagai seorang mukmin Allah telah memberikan jawaban-Nya atas ujian tersebut dengan surat At-Taghabun ayat 11, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dalam ayat ini Allah telah menetapkan di suatu musibah yang menimpa seseorang di tengah kondisi seperti ini yang perlu kita yakini Sebagai orang beriman adalah kejadian ini merupakan kehendak dari Allah. Dan suatu hal yang lumrah ketika dikaitkan kepada Allah, sebagian akan menerima dengan berbahagia dan sebagian yang lain pasti akan mempertanyakan dimanakah Maha Penyayangnya Allah. 

Bagi orang yang berbahagia atas kehendak Allah dengan kondisi ini maka terujilah keimanan-Nya, karena dirinya berkeyakinan bahwa Allah telah menetapi/menargetkan ujian ini pada orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Namun bagaimana dengan Allah yang tidak berbahagia dengan ketetapan ini? Maka pada surat Alhajj: 11 Allah berfirman “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”. 

Disini Allah tegaskan bahwa Allah tetapkan dirinya adalah termasuk orang-orang yang merugi dan ditekankan pada surat ini dengan kata khusron yang berarti orang paling merugi (kerugian dari yang paling rugi), naudzubillah khi mindzalik.

Dan di surat At-Taghabun ayat 11 tersebut Allah memberikan suatu hadiah yang tidak ada penggantinya ketika seseorang menerima musibah atas kehendak Allah dan menetapi keimanan seperti dia beriman sebelum ditimpa dengan musibah yakni hadiah berupa bimbingan petunjuk untuk hatinya dimana hadiah ini adalah hadiah yang sangat berharga dan tidak bisa digantikan oleh apapun juga (Yahdi Kolbahu), Insya Allah. 

Di sini kita bisa melihat bahwa ada hikmah disetiap musibah yang Allah berikan, ada pengujian dibalik setiap musibah dan ada hadiah bagi hamba-hamba yang mengakui Takdir Allah akan dirinya.

Allah akan memberikan ujian sesuai dengan kemampuan hamba-Nya dan tidak pernah melebihkan batas kemampuan hamba-Nya. Ketika Allah memberikan ujian melalui virus COVID sekarang ini yakinlah bahwa banyak sekali hikmah balik ini semua. 

Saat inilah Allah ingin kita semua kembali. Kembali untuk berdoa lebih banyak, sholat yang khusyu, baca Al-Qur’an dengan mentadaburinya lebih banyak lagi. Melalui virus COVID ini, banyak sekali waktu yang Allah berikan untuk kita manfaatkan agar lebih bersyukur dan bersabar.

Q35. Musibah/ujian pasti datang dari Allah, namun tetap terasa berat. Bagaimana agar tetap tenang menghadapi segala ujian dan musibah yang terasa sangat berat?

Answer:

  • Kita mungkin bisa belajar banyak dari kisah-kisah nabi dan para sahabat zaman itu mungkin cobaan mereka sangat berat namun apa yang mereka lakukan untuk selalu bertahan dan mampu melewati semua cobaan adalah dengan selalu mengingat Allah. Ingatlah berapa banyak nikmat yang diberikan kepada kita. 
  • Kita bisa membaca lagi Surah Ar-Rahman tentang Berapa Nikmat Allah kepada Manusia. 
  • Kalau bisa di-list kan mungkin bisa dibandingkan juga berapa cobaan yang diterima berapa nikmat diterima. Insya Allah lebih banyak nikmat yang Allah berikan.
  • Musibah/ujian memang selalu tepat sasaran sesuai kapasitas orang yang diuji. Ujian terasa berat karena Allah ingin mengupgrade kapasitas diri kita jadi lebih baik dari sebelumnya, selain bonus pahala yang diberikan-Nya karena sabar dan ikhtiar yang dilakukan. Selain itu, Allah jika mencintai hamba-Nya, Dia akan mengujinya. Hal ini seperti yang terjadi kepada para nabi/rasul dan orang-orang beriman sebelumnya.
  • Juga coba kita renungi ayat berikut ini, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah: 286), lanjutan ayat ini berisi pernyataan dan doa.

Q36. Kita telah sering melihat ujian yang menimpa manusia dalam bentuk bencana maupun kesenangan. Namun, bagaimana cara menghadapi ujian keimanan? Karena beberapa tahun silam ada fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana ada beberapa saudara muslim kita yang rela meninggalkan Iman dan Islam-nya hanya karena tergoda oleh iming-iming harta dari penganut agama lain (Kristenisasi). Jadi benarlah bahwa kefakiran dekat dengan kekufuran.

Answer:

Kalau mencermati penggalan kalimat terakhir berkaitan dengan Kristenisasi ini dan pernah mendengarkan kisah perjuangan salah seorang da’i yang berusaha untuk mengatasi hal tersebut, perihal ujian keimanan tersebut merupakan bentuk ujian nyata bagi saudara-saudara kita yang secara tingkatan kesejahteraan bisa jadi tidak lebih baik dari kita yang menyebabkan mereka tergadai aqidahnya dengan harta yang sedikit (istilah yang banyak sering didengar adalah menukar keimanan dengan sebungkus indomie). 

Dan di sini sebenarnya perlu solusi kongkrit yang bijak karena bisa jadi saudara-saudara kita yang terancam secara aqidahnya tersebut tidak tertarik untuk mendengarkan ayat-ayat atau ceramah karena kondisinya adalah masalah kefakiran.

Solusi konkrit yang bisa menjadi approach serta membantu menjaga keimanan mereka adalah dengan menyelesaikan masalah ekonomi mereka terlebih dahulu sebelum menjelaskan dari aspek penguatan spiritual, yang dimana solusi mengatasi masalah ekonomi ini bisa dilakukan secara bersama oleh kita sebagai umat Islam. 

Karena bagaimanapun seperti dibahas di surat An-Nahl ayat 125 bahwa untuk menyeru kepada jalan Rabb adalah menyeru dengan hikmah dan bagi saya pribadi hikmah di sini bisa jadi sesuatu yang bisa menjadi solusi atas permasalahan yang dirasakan bagi objek yang diseru (dalam hal ini saudara-saudara kita yang sedang mendapatkan ujian seperti yang disebutkan dalam pertanyaan). 

Q37. Apa yang harus dilakukan untuk meneguhkan diri tetap di jalan yang lurus saat menghadapi musibah?

Answer:

  • Keteguhan atau ketetapan hati untuk bisa tetap benar dalam menghadapi musibah yaitu dengan mengupayakan diri selalu dekat dengan Allah melalui ibadah yang dilakukan. Baik ibadah wajib ataupun sunnah. Selalu dekat dengan Al-Qur’an, karena ia bisa menjadi petunjuk dan juga obat hati dalam situasi pelik. Tetap percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita dan akan memberikan sesuatu yang lebih baik setelah musibah tersebut.
  • Mencari tempat atau orang yang dipercaya untuk ‘curhat’, karena bisa jadi kita juga tidak bisa langsung melihat bright side dari suatu kejadian, dan itu juga prinsip dalam Islam, hidup saling menolong dan melindungi.
  • Memperbanyak Amal shalih dan ini merupakan terapi paling mujarab dalam menjaga kestabilan iman seseorang.

NABI MUSA

Q38. Bagaimana sejarah tentang Ibu Nabi Musa hingga ustadz menyebut bukan nabi tapi adalah orang yang beriman?

Answer:

Ibu Nabi Musa diberikan ujian untuk menghanyutkan bayi Nabi Musa di sungai. Karena pada saat itu seluruh bayi laki-laki yang baru lahir akan dibunuh oleh Firaun. Jadi pilihannya saat itu melihat bayi Musa dibunuh atau mengikuti perintah Allah dengan menghanyutkan di sungai. Ibu Nabi Musa adalah orang biasa, tapi orang beriman. 

Dengan keimanannya beliau mengikuti perintah Allah, yang secara logika tidak masuk akal. Bagaimana bisa bayi dihanyutkan di sungai akan selamat, karena bisa hanyut atau dimakan hewan buas. Tapi ibu nabi Musa dengan keimanannya tetap menjalankan perintah Allah. Beliau mengikuti perintah Allah dengan menghanyutkan Nabi Musa bayi di sungai dan memerintahkan kakaknya Nabi Musa untuk mengikuti selama di sungai itu. Ternyata dengan dihanyutkan di sungai, justru Nabi Musa selamat di istana Firaun. Dan ibu Nabi Musa dalam hitungan jam bisa ketemu kembali.

Pesan ustadz, orang biasa juga bisa melewati ujian selama ada keimanan di hatinya. 

Q39. Bagaimana cara agar kita tetap bertahan di saat cobaan yang begitu larut seperti ibu Nabi Musa bahkan sampai bertahun-tahun berpisah?

Answer:

Seseorang yang kuat terhadap cobaan sesuai dengan video kemarin pembahasan surat At-Taghabun: 11 yaitu dengan iman, percaya bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah dan dipenjelasan kemarin agar untuk selalu bersyukur. Karena tanpa syukur apa rasa sabar tak akan muncul.

Agar tak semakin larut dalam ujian. Kita perlu positive thinking, meyakini adanya hikmah di setiap peristiwa yang Allah berikan. Bisa saja di balik ujian yang Allah berikan, Allah ingin menghindarkan kita dari keburukan dan ingin mendekatkan kita dengan kebaikan. Dan syarat membaca hikmah, kita perlu terlebih dulu melapangkan hati dengan tazkiyatun nafs.

TAUBAT

Q40. Bagaimana cara menjaga agar taubat saya tidak naik turun? Saya sering terjebak dalam rasa berputus asa dan itu menghanyutkan.

Answer:

Hijrah dan taubat dari hal-hal maksiat dan dosa memang tak pernah jadi jalan yang mudah, karena itu jangan kita bermindset taubat itu bisa instan. Setiap orang punya proses dan waktu yang berbeda-beda, jadi yang bisa kita lakukan jangan hanya terfokus dengan banyak hal yang belum bisa diubah dan hasil saja, tapi fokuslah pada proses dan pelajaran/hikmah yang bisa didapatkan dari kondisi yang jatuh-bangun itu. 

Karena Allah itu melihat proses dan perjuangan seseorang, sedangkan hasilnya Allah yang tentukan. Selain itu berusahalah tanamkan rasa percaya bahwa Allah menghargai setiap langkah kecil kita untuk jadi lebih baik karena-Nya. Jangan lupa untuk meminta kemudahan dan petunjuk pada Allah dalam usaha untuk taubat. Dan jadikan surah Az-Zumar ayat 53 sebagai reminder dan harapan dalam berikhtiar.

Caranya dengan segera bertindak/bergerak. Mulai dari hal-hal yang mudah dilakukan, lalu konsisten. Misalnya segera istighfar ketika membuat kesalahan, perbaharui lagi taubatnya

Q41. Bagaimana memunculkan rasa takut atas dosa yang telah kita perbuat, harap atas ampunan Allah, sekaligus cinta terhadap Allah? Sehingga dosa-dosa kecil tidak sempat kita sepelekan dan juga kita senantiasa bertaubat kepada Allah setiap harinya.

Answer:

Untuk menumbuhkan rasa cinta, takut dan harap, bisa dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa, bukan tentang seberapa kecil dosa yang dilakukan tapi tentang siapa yang tidak kita patuhi saat berbuat dosa atau maksiat, yaitu Allah. 

Cinta bisa ditumbuhkan melalui rasa syukur dan memikirkan seberapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan-Nya yang bahkan tak terhitung, dan seberapa luas ampunan-Nya terhadap dosa-dosa.

Tentang sifat khauf (takut) dan raja’ (harap), 

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Aku lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr: 49-50).

Cara memunculkan rasa takut pada Allah (khauf), harap dan cinta adalah dengan menanamkan:

  • iman dalam hati (‘amalul qalbi, yaitu berserah diri kepada Allah (al-istislam), 
  • ketundukkan hati kepada kepada perintah dan larangan Allah (al-inqiyad), 
  • mengikhlaskan niat untuk mencari Ridha Allah semata (Al-Ikhlas), 
  • mencintai Allah (al-mahabbah), 
  • berharap kepada Allah (ar-raja’), 
  • bergantung kepada Allah (at-tawakal), 
  • menerima ketentuan Allah dengan lapang hati (ar-ridha dan ash-shabr), 
  • kesabaran dalam menjalankan perintah, 
  • menjauhi larangan dan menerima ujian Allah (ash-shabr), 
  • rendah hati (at-tawadhu’), termasuk di dalamnya meninggalkan kesombongan, riya’, sum’ah, ujub, dan yang dilarang oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah

Q42. Apa ciri atau tanda bahwa taubat kita telah diterima oleh Allah?

Answer:

Untuk memastikan diterima atau tidaknya taubat agak sulit, akan tetapi hal-hal yang bisa dijadikan indikasi bahwa taubat seseorang diterima Allah diantaranya:

  • Membaiknya kondisi keagamaan orang tersebut setelah taubat sehingga menjadi lebih taat dan rajin beribadah.
  • Adanya penyesalan atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya walau ia telah bertaubat.
  • Ia lebih menjauhi dari dosa tersebut maupun sebab-sebab yang menghantarkan kepada dosa tersebut.
  • Ia cenderung bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauh dari teman-teman buruknya di masa lalu. Dalam bahasa lain, menjauhi orang yang punya potensi mengajak untuk melakukan dosa lagi. 
  • Tetap istiqomah dalam menjalankan agama Allah.
  • Mendapatkan taufik dari Allah untuk beramal shalih. Orang yang merasa dirinya diberi taufik untuk beramal saleh hendaknya berbahagia karena ia merupakan pertanda kecintaan Allah atas dirinya, namun jangan sampai lupa untuk waspada dan senantiasa minta keistiqomahan dari Allah dan khusnul khotimah.
  • Ia tidak menganggap dirinya tak terbebas dari maksiat. Jadi sangat hati-hati agar tidak terjerumus dalam maksiat lagi. Sibuk mencari kesalahan sendiri. Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “beruntunglah orang yang sibuk mencari aibnya sendiri dan lupa aib orang lain.”
  • Ia menganggap kesenangan dunia bisa menjauhkan dari Allah سبحانه و تعالى Sebaliknya, orang yang tobatnya diterima beranggapan bahwa hidup susah dan riyadhoh atau tirakat bisa mendekatkan diri kepada Allah.
  • Ia melihat sedikit amal akhirat yang banyak dan melihat banyak harta dunia yang sedikit. Sehingga terus semangat beramal baik setiap hari. Orang model ini merupakan sosok yang qanaah alias menerima setiap pemberian dari Allah سبحانه و تعالى. 
  • Ia memandang diri sendiri terlalu sibuk masalah dunia seperti sibuk mengurusi rezeki yang sudah ditanggung Allah. Cara pandang ini membuat seseorang tobatnya diterima lantaran zuhud dan wara’.

Q43. Apakah harapan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa meskipun kita sudah jauh dari Allah, tidak membuat seseorang lengah dan merasa tidak mengapa berbuat dosa, toh nanti akan bisa bertobat dan Allah akan mengampuni?

Answer:

– قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

Setiap Dosa Bisa Diampuni | Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam maksiat, baik dalam dosa kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali pada Allah. 

Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya. Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak mungkin terhitung). 

UJIAN / MUSIBAH

Q44. Musibah adalah bagian dari takdir Allah. Terkait hal itu, musibah termasuk Qada’ atau Qadar? Jika termasuk Qada’, apakah semua musibah dapat diubah (dicegah)?

Answer:

Perlu disamakan dulu pengertian qada’ dan qadar’.

Qada adalah ketetapan Allah.

Qadar adalah kadar yang telah ditetapkan oleh Allah.

Qada adalah hal-hal yang terjadi di luar kontrol & kehendak manusia

Tugas kita sebagai manusia adalah mengimaninya, ikhlas menerimanya, dan fokus pada apa yang dapat kita lakukan dengan kontrol kita.

Jika sudah terjadi berarti namanya Qadar. Jika belum terjadi, ada kemungkinan bisa diubah dengan ikhtiar-ikhtiar kita. Seperti dengan sedekah, karena sedekah akan menolak bala. 

Q45. Dalam 3 video yang telah kita tonton, ujian yang disebutkan adalah ujian yang berat (musibah). Apakah hal itu juga termasuk ujian kesenangan? Apakah ujian kesenangan juga musibah?

Answer:

Tergantung outcome-nya, kalau dengan ujian kesenangan itu dia menjadi semakin dekat kepada Allah, misal jadi semakin besar syukurnya, semakin banyak amal sholehnya, semakin banyak sedekahnya, dll, insya Allah itu adalah ciri bahwa kesenangan tersebut adalah berkah.

Tapi kalau dengan kesenangan itu justru dia jadi semakin jauh kepada Allah, misal: lalai, sombong, kikir dll, seperti kata Ustadz M. Nuzul Zikri kesenangan itu sebenarnya adalah musibah, bahkan azab. 

Q46. Kapan kita tahu bahwa ketika sesuatu yang buruk sedang terjadi itu merupakan ujian atau azab? Bagaimana cara kita membedakannya?

Answer:

Ujian dan musibah sama namun memiliki sedikit perbedaan. Perbedaannya kalau ujian itu bisa sesuatu yang sifatnya menyenangkan makanya kata ujian itu di dalam bahasa hadist disebut dengan bala. Bala itu kalau kita membuka di dalam mukjam / kamus ada 3 makna: nikmat itu ujian, kemudian cobaan ibtila, dan makruh sesuatu yang dibenci oleh jiwa kita. Itu ujian. Makanya ujian itu tidak selalu menyedihkan kalau konteksnya ujian. Tapi sesungguhnya ujian itu bisa jd konteksnya yang menyenangkan

Beda dengan musibah, musibah itu disebut didalam Al-Qur’an 10x dan tidak ada diantara 10x ketika Allah mengulang kata musibah kecuali maknanya dari kata musibah itu. Maknanya satu. Maknanya apa dari kata musibah itu maknanya adalah sesungguhnya musibah itu adalah sesuatu yang dibenci oleh jiwa yaitu kehilangan, sakit, menderita. Itu namanya musibah. Dan sesungguhnya ujian dan musibah itu identik dengan identitas yang ditimpakan oleh orang yang beriman. Semakin tinggi imannya semakin berat ujiannya. 

Tapi ingat pertolongan Allah lebih besar daripada ujian yang Allah berikan. Makanya orang beriman walaupun ujiannya banyak kenapa masih bisa tersenyum karena pertolongan Allah lebih besar daripada ujian yang dia dapatkan.

Kalau adzab itu identitas yang diberikan kepada orang kafir karena kemaksiatan mereka dan kemungkaran mereka dikasih adzab sama Allah. Itu namanya adzab. Adzab itu dibagi 2 yaitu adzab istisha yaitu adzab yang Allah matikan semuanya dan tidak disisakan dan adzab itu sudah tidak ada setelah adanya nabi. Adzab yang ada itu apa pak? Adzab yang diberikan sisanya itu apa? Diberikan adzab dan masih ada yang hidup untuk menjadi peringatan. 

Q47. Apa tanda bahwa musibah dari Allah merupakan cara dia menguji dan mencintai kita?

Answer:

Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya, “Tidaklah seorang muslim dirundung musibah dan penyakit melainkan Allah menghapus dosa dosanya sebagaimana dedaunan pohon yang gugur.” Baca, Shahih Muslim (V/2.138)

Berbagai macam musibah lahiriah dimaksud sebagai penyadaran dan peringatan ilahi. Sebagian diantaranya menghapus dosa-dosa, sebagian lainnya melenyapkan kelalaian, membuat seseorang merasakan sisi kelemahannya sebagai manusia, serta mendorong untuk merasakan pengawasan Allah dalam batas tertentu. Untuk itu, penyakit-penyakit sejenis musibah pada hakikatnya bukanlah musibah, tapi merupakan pemuliaan (ikram) ilahi dan pembersih dosa sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, yang maknanya sebagai berikut: “Kesalahan-kesalahan orang sakit yang menderita demam berguguran setiap kali ia merasakan gemetar, seperti halnya buah-buah matang berjatuhan dari pohon dengan menggoyang-goyangnya.”

Q48. Apakah sikap tidak mampu menerima musibah termasuk dalam penyakit mental?

Answer:

Untuk bisa masuk kategori ‘sakit mental’ itu tidak semudah itu. Sama seperti sakit fisik lainnya, kanker paru-paru misalnya. Sedangkan ‘tidak mampu menerima musibah’ masih merupakan gejala umum, misal batuk.

Jadi tidak bisa serta merta kita bilang karena kita ‘batuk’ berarti kita ‘kanker paru-paru’. Bisa mengarah ke sana, tapi masih jauh dan bisa sekali diobati.

Dengan menyadari kalau kita rasanya ‘berat’ setiap ada musibah, lalu kemudian kita introspeksi diri, dan terbuka untuk berubah, itu menunjukkan kalau kita sebenarnya sehat mental. 

Q49. Bagaimana kaitan antara sikap sabar dalam menerima musibah dengan kesehatan mental manusia? Apakah orang yang selalu sabar dalam menghadapi musibah sudah pasti memiliki kesehatan mental yang baik?

Answer:

Orang yang bersabar dengan kesabaran yang baik cenderung bisa memiliki kesehatan mental yang terjaga karena tahu cara menyikapi keadaan dengan benar dan lebih baik. Emosi dan pikiran akan cenderung lebih terkontrol untuk tetap positif. 

Sikap tidak mampu menerima musibah bisa menjadi pemicu masalah mental hingga penyakit mental yang serius. Seperti kegelisahan (anxiety), panic disorder, victim mentality, self-harm, depresi. 

Orang yang selalu sabar ketahanan mentalnya akan terus terlatih dan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai cobaan. Salah satu manfaat sabar adalah menjadikan kita orang yang lebih stabil dan lebih tangguh menyikapi kenyataan.

Q50. Apakah azab kubur termasuk azab yang dapat menggugurkan dosa orang yang beriman?

Answer:

Adzab kubur yang menimpa orang-orang beriman yang berbuat maksiat. Adzab yang mereka dapatkan sesuai dengan dosa mereka.

“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.” (QS. Ghafir: 40)

Q51. Orang-orang yang berada di tepi ini yaitu orang yang hanya menyembah Allah ketika ia nyaman, tetapi menjauh ketika ditimpa ujian. Bagaimana jika sebaliknya, saat senang lupa Allah, lalu ingat ketika ditimpa kesusahan?

Answer:

“Kenalilah (ingatlah) Allah  di waktu senang pasti Allah  akan mengenalimu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi)

Hadits tersebut menjadi inspirasi doa tambahan saat sujud yaitu agar Allah membantu untuk dapat mengingat-Nya dikala waktu senang juga sulit.

Baik kesenangan ataupun musibah/cobaan menjadi hal yang bisa mendekatkan atau menjauhkan seseorang dari Allah. QS.Al-Hajj ayat 11 hanya menjelaskan salah satu kondisinya saja. Justru di kenyataan kita banyak melihat orang-orang yang taat saat musibah dan jauh/lupa  Allah saat senang, karena dilalaikan oleh kondisi yang tercukupi. 

Contohnya seperti pada ayat ini:

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 12).

Q52. Jika semua musibah yang menimpa kita sudah tertulis untuk kita, apakah berarti musibah-musibah itu bukan disebabkan perbuatan dosa yang kita lakukan?

Answer:

Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa musibah adalah buah dari perbuatan dosa.

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30).

Tapi yang perlu diingat, tak ada satu kejadianpun di dunia ini yang luput dari ijin Allah.

“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)….” (QS Al-An’aam: 59). 

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS Al-Hadiid: 22)

Kembali pada iman dan husnudzon pada Allah, bahwa Allah lah yang mengatur kehidupan makhluk-Nya dan rencan-Nya selalu baik. 

Musibah terjadi tidak hanya karena dosa atau keburukan saja, tetapi Allah berkehendak berdasarkan kebijaksanaan-Nya. Banyak musibah-musibah yang terjadi memiliki banyak hikmah dan pelajaran yang bisa bermanfaat oleh manusia. 

Contohnya seperti dengan adanya suatu wabah dan bencana menjadi kemudahan buat orang-orang yang wafat saat itu termasuk mati syahid, atau dengan dampak kesulitan/ujian yang dialami saat ini ternyata justru menghindarkan kita dari situasi yang lebih buruk dan membekali kita untuk menghadapi masa mendatang lebih baik. 

Yang perlu diingat bahwa tak ada keputusan-Nya yang sia-sia dan tidak tepat, jadi tumbuhkan rasa percaya dan positive thinking terhadap Allah.

Q53. Apakah seseorang akan diuji hal yang sama seumur hidupnya? Misalnya diuji masalah harta, tahta, atau wanita.

Answer:

Jika dikaitkan dengan ujian dari Allah, Allah سبحانه و تعالى berfirman pada di dalam Al-Qur’an, 

”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta” (QS Al Ankabut: 2-3).

Jika mengacu pada tafsir ibnu katsir disana dijelaskan bahwa ayat ini menggambarkan mengenai kadar ujian yang berbeda beda yang diberikan kepada mukmin sesuai dengan kadar keimanannya masing-masing, sejalan dengan hadist,

“Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseroang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.”

Hadits ini diriwaytkan oleh At-Tirmidzi (2/64), Ibnu Majah (4023), Ad-Darimi (2/320), Ath-Thahawi (3/21), Ibnu Hibban (699), Al-Hakim (1/40, 41), Imam Ahmad (1/171, 172, 180, 185) dan Adh-Dhiya dalam Al-Mukhtarah (1/349).

Dan jika diberikan kisah-kisah para pendahulu, bisa disimpulkan bahwa berkaitan dengan ujian bisa dibagi ke dalam 3 jenis case:

  1. Allah akan memberikan ujian yang berulang terus menerus jika hambanya tidak lulus terhadap ujian-Nya

Contoh case ini adalah kisah Qarun yang Allah uji dengan hartanya yang melimpah namun karena tidak lulus, Allah mengujinya dengan hartanya tersebut kembali hingga dia meninggal dan ditenggelamkan oleh Allah bersama hartanya. 

  1. Allah akan memberikan ujian dalam bentuk yang sama namun bobotnya semakin besar sesuai dengan tingkat keimanannya

Contoh case ini bisa diambil dalam kisahnya Abdurrahman bin Auf, dimana ketika hijrah Allah mengujinya dengan harta yang memiliki omset jika disetarakan dengan saat ini bisa merupakan gabungan senilai Telkom, PLN, Pertamina dan BUMN besar lainnya. Namun dirinya lulus ujian ini dengan meninggalkan semua hartanya di Mekah dan beliau memilih hijrah ke Madinah, lalu beliau memulai usahanya dari 0, dan ketika tiba masa perang, beliau diuji kembali oleh Allah untuk mensedeqahkan hartanya dan beliau lulus kembali dari ujian Allah.

  1. Allah akan memberikan ujian kepada hamba-Nya dengan berbagai macam bentuk sesuai dengan kadar keimanannya

Contoh case ini adalah kisahnya Umar bin Khattab, seperti kisah ketika beliau berfastabiqul khairat dengan Abu Bakar beliau siap mengorbankan setengah hartanya beliau lulus dari ujian ini lalu Allah uji beliau dalam bentuk lain yakni amanah tahta sebagai Amirul Mukminin (Pemimpin Umat Islam) yang menguasai dua pertiga dunia dan beliau menjalankan amanah ini sampai akhir hayatnya dan lulus akan ujian ini. 

TOPIK LAINNYA

Q54. Apa tanda seseorang telah dibimbing hatinya oleh Allah?

Answer:

Berdasarkan QS Al-Fatihah, jalan yang lurus itu adalah jalan orang-orang yang telah di beri nikmat oleh Allah.

Menurut QS Annisa 69. Orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah itu adalah:

Para nabi, shiddiqin, para syuhada, dan para sholihin.

Sehingga ciri orang yang telah dibimbing hatinya oleh Allah adalah jalan hidupnya menyerupai jalan hidup para nabi, shiddiqien, syuhada, dan sholihin.

Q55. Apakah jika hati sudah lapang untuk menerima apapun itu pertanda Allah sayang kepada kita? Baik hal tersebut kita suka atau tidak suka, tapi hati ini entah kenapa merasa lapang aja. Terkadang bingung, apakah perasaan ini antara hati yang lapang atau memang hanya masa bodoh dengan hasilnya.

Answer:

Membedakan antara masa bodoh dengan hasil, kalau ini salah. Mungkin bedanya lapang dan masa bodoh adalah ketika itu masa bodoh dengan hasil mungkin kiat dalam pencapaian usahanya juga masa bodoh atau tidak serius. Sedangkan Allah meminta hamba-Nya untuk berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Kalau lapang itu sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan menerima hasil yang Allah berikan.

Jiwa yang lapang bisa menjadi salah satu ciri bahwa hati telah mendapat petunjuk, baik dalam perkara yang disukai atau tidak. Tapi kita bisa cek dulu apakah kelapangan itu karena petunjuk dan kekuatan yang diberikan Allah, atau “lapang” karena sudah pesimis, tidak peduli, dan sudah tak mau berusaha. 

Coba dicek lagi, kalau kelapangan karena rasa percaya dan tawakal itu akan terasa damai dan justru memperjelas pandangan kita menghadapi masalah, tapi kalau lapang karena sudah menyerah dan pesimis, biasanya justru merujuk pada pelarian dari kenyataan, pandangan tetap keruh menanggapi masalah.

Q56. Bagaimana agar yakin bahwa ujian yang kita lalui ini akan berakhir dengan indah dan yakin akan ada rencana Allah yang lebih baik dan pilihan Allah-lah yang terbaik?

Answer:

Dengan menanamkan keyakinan itu. keyakinan juga tidak bisa secara instan, tapi dengan pengetahuan dan kesadaran akan janji Allah, bahwa Allah tidak akan menguji manusia melebihi kesanggupannya, balasan terbaik Allah untuk orang-orang yang sabar, dan kesadaran bahwa Allah selalu memberi yang terbaik pada hamba-Nya walau dalam bentuk kemudahan ataupun musibah.

Q57. Kiat-kiat terbaik apa yang dilakukan para Nabi terdahulu dalam menjaga keistiqomahan dan keimanan ketika ditimpa ujian?

Answer:

  • Bersyukur, tanamkan kesadaran akan nikmat Allah begitu banyak dibandingkan musibah/kesulitan yang menimpa. Contoh: sikap Nabi Ayyub a.s. saat tertimpa musibah.
  • Sabar, sangat berkaitan dengan rasa syukur. Karena kesabaran yang baik bisa diperoleh dengan adanya rasa syukur. Contoh: hampir semua kisah para nabi berisi nilai kesabaran.
  • Berdoa meminta petunjuk, kemudahan dan kekuatan pada Allah. Seperti pada surah Al-Baqarah ayat 286.
  • Percaya akan akhir yang baik, optimis, ridha, dan tetap menjaga hubungan dengan Allah. Karena sejatinya ujian memang diberikan untuk menguji keimanan/kepercayaan pada Allah.

Quotes Diskusi Pekan Ketiga dan Keempat

Jadi sebenarnya itu adalah jebakan pemikiran dari Syaithan, sehingga akhirnya manusia merasa aman dari dosa, hingga akhirnya menunda-nunda untuk taubat, bahkan hingga akhirnya jadi ragu sendiri apakah dirinya perlu bertaubat atau tidak. Ketika ragu itu sudah masuk akhirnya Syaithan meniupkan angan-angan (dunia) dan diapun mengikutinya. Hingga akhirnya bahkan tidak ada lagi concern dalam dirinya tentang urusan akhirat. Hingga jadilah dia seperti orang yang digambarkan dalam Quran surat Al Hadid ayat 13… Nauzubillahi min zalik. (⁨Affan Arif Nurfarhan⁩)

Kuncinya agar bisa bangkit dari rasa lemah agar senantiasa bersyukur yakni respon berikutnya yang akan dihisab oleh Allah, mau berkeluh kesah dan tetap lemah dalam musibah atau bisa bangkit dari kelemahan diri atas musibah dan tetap bersabar agar senantiasa bersyukur karena bagaimanapun sebagaimana quotes yang beredar “sabar itu ilmu tingkat tinggi, belajarnya setiap hari, latihannya setiap saat, ujiannya sering mendadak, sekolahnya seumur hidup” (Reza Aditya Suseno⁩)

Ada hubungan antara sabar dengan kesehatan mental yang baik, apalagi jika sabar dilandasi dengan keyakinan yang besar terhadap Allah سبحانه و تعالى. Jadi bukan hanya sabar, namun ada perasaan yakin bahwa ini semua kehendak Allah dan menerima sepenuhnya musibah tersebut. Banyak juga yang mengatakan bahwa orang-orang dengan keyakinan yang besar pada Allah memiliki ketahanbantingan lebih besar juga dibanding orang-orang yang memiliki keyakinan rendah atau tidak memiliki keyakinan pada Allah. (Nadira Erawan)

Saya sedang membiasakan diri saya untuk rutin menulis jurnal syukur. Mengingat apa yang hari ini terjadi dan memaafkan diri saya sebelum tidur. Mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri sesering mungkin. Kesannya.. Saya jadi lebih menghargai diri saya, mood saya jadi lebih baik dan orang-orang sekitar saya terlihat lebih baik juga. Semuanya terasa berjalan dengan lancar. Meskipun ada yang tidak sesuai harapan itu menjadi tidak masalah, saya tetap bisa mensyukuri hal lainnya. Jadi lebih terfokus untuk mencari-cari apa yang bisa disyukuri daripada mencari-cari kesalahan dan membuat semuanya menjadi rumit. (Indah Safika)

Kita harus setiap hari bertaubat karena secara tidak sengaja setiap hari kita selalu berbuat dosa. Bukankah menunda sebuah taubat itu tidak baik? Karena kita tidak pernah tahu usia kita sampai kapan. Jadi harus kita tanamkan di dalam diri bahwa bisa jadi hari ini adalah hari terakhir kita di dunia. Ini adalah motivasi bagi diri kita agar selalu bertobat pada Allah. (Yolan Oktarika)

Perasaan tidak layak mendapatkan ampunan ini justru harus kita pelihara supaya jadi motivasi untuk terus bertaubat. Kita jadi sering istighfar kalau tiba tiba terkenang kejadian di masa lalu yang sebetulnya kitanya sendiri malu untuk mengingat itu. Dan barengi dengan ilmu serta hafalkan/dawamkan ayat tentang jangan putus asa dari rahmat Allah. (Peny)


Resume Diskusi Pekan Ketiga dan Keempat

Manusia mendapatkan nikmat dan cobaan kehidupan dunia. Keduanya adalah cara Allah untuk menguji kualitas hamba-Nya, karena di dalamnya terdapat balasan kebaikan bagi yang sabar, ikhlas, dan pandai bersyukur, dan begitupun juga adanya balasan keburukan karena keingkaran. Sebagai orang yang beriman, tentu kita ingin mendapatkan kebaikan dari apa yang kita kerjakan terhadap segala nikmat dan cobaan. Namun, dalam prosesnya, kita perlu untuk selalu mengingat dan memperbaiki diri atas kesabaran dan keikhlasan agar rasa berterima kasih kita tetap terjaga.

Menghadapi ujian

Kita perlu menyadari bahwa setiap nikmat dan cobaan adalah berasal dari apa yang kita lakukan. Cobaan berasal dari dosa, sementara Allah ingin menguji keikhlasan syukur kita dalam beramal dan ketika mendapat nikmat. Allah menyampaikannya di QS. An Nisa: 79, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” Dengan kesadaran ini, kita akan selalu mengingat dosa-dosa yang telah dilakukan dan memperbaiki diri untuk tidak mengulangnya kembali, dan menginat syukur kita ketika mendapatkan nikmat.

Di samping perbuatan dosa yang telah dilakukan dan kita menyesali itu, ada sisi baik lainnya yang kita dapat syukuri. Setiap evaluasi diri akan membuat kita bersyukur atas segala nikmat yang diberikan. Menambah rasa syukur atau bersyukur merupakan sesuatu yang sebaiknya memang harus selalu dilatih di setiap nikmat dan cobaan. Saat kita yakin bahwa ujian yang tampaknya buruk, ternyata ada kebaikan lebih baik yang Allah kehendaki. Saat kita berprasangka baik ke Allah, ini memudahkan kita untuk bersyukur dengan ujian-Nya. Kita yakin, Allah pasti akan memberi sesuatu yang lebih baik dan lebih kekal untuk kita. 

Ketika menghadapi ujian dan kemudian kita sertai dengan ikhlas dan syukur, kita bisa selalu meminta agar tidak hanya dimudahkan dalam menjalani ujian, tetapi juga meminta kebaikan lainnya. Meminta kebaikan harus dilakukan terus-menerus, dalam setiap kondisi dan situasi, dan ini adalah cara kita untuk meningkatkan kesabaran karena kita yakin kebaikan-kebaikan akan datang di setiap keburukan.

Agar tak semakin larut dalam kesedihan, kita perlu positive thinking, meyakini adanya hikmah di setiap peristiwa yang Allah berikan. Bisa saja di balik ujian yang Allah berikan, Allah ingin menghindarkan kita dari keburukan dan ingin mendekatkan kita dengan kebaikan. Dan syarat membaca hikmah, kita perlu terlebih dulu melapangkan hati dengan tazkiyatun nafs.

Doa

Spesifik dalam kondisi mengalami musibah, ada beberapa doa yang dapat dipanjatkan ketika sedang tertimpa agar dapat bertahan untuk mengadapinya.

Kita dianjurkan untuk selalu mengingat Allah kapanpun dan dimanapun, termasuk ketika mengalami musibah. Allah menyampaikan di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 156, kita berucap

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون

Kita juga memperbanyak istighfar dan introspeksi diri, karena bisa jadi musibah itu menimpa karena kelalaian kita. Seperti kisah Nabi Yunus saat berada di perut ikan. Nabi Yunus tidak minta agar dikeluarjan dari perut ikan, tetapi mengakui segala kesalahan dengan berdoa, 

“Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzaalimiin.” (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya)

Ada juga beberapa doa yang dipanjatkan oleh nabi-nabi dan sahabat. Doa yang dibaca Ummu Salamah radhiyallahu anha ketika meninggal suaminya: “Allahumma ajurniiy fii musibatiy wakhlufliy khairan minha.” (Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”

Agar selalu bersyukur ketika mengadapi musibah, kita panjatkan doa 

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

(Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).

Belajar dari Nabi Musa

Ibu Nabi Musa diuji ketika diperintahkan untuk menghanyutkan bayi Nabi Musa di sungai. Karena pada saat itu seluruh bayi laki-laki yang baru lahir akan dibunuh oleh Firaun. Jadi pilihannya saat itu melihat bayi Musa dibunuh atau mengikuti perintah Allah dengan menghanyutkan di sungai. Ibu Nabi Musa adalah orang biasa dengan iman yang kuat. 

Dengan keimanannya beliau mengikuti perintah Allah, yang secara logika tidak masuk akal. Bagaimana bisa bayi dihanyutkan di sungai akan selamat, karena bisa hanyut atau dimakan hewan buas. Tapi ibu nabi Musa dengan keimanannya tetap menjalankan perintah Allah. Beliau mengikuti perintah Allah dengan menghanyutkan Nabi Musa bayi di sungai dan memerintahkan kakaknya Nabi Musa untuk mengikuti selama di sungai itu. Ternyata dengan dihanyutkan di sungai, justru Nabi Musa selamat di istana Firaun. Dan ibu Nabi Musa dalam hitungan jam bisa ketemu kembali.

Dari kisah ini, ibu nabi Musa menunjukkan bahwa orang biasa seperti beliau juga bisa melewati ujian, bahkan tidak hanya melewati tetapi juga mampu menjalaninya dengan ihsan, selama ada keimanan di hatinya. 

Begitupun kisah nabi Musa alaihissalam, ketika beliau sampai di kota Madyan dan bertemu dua orang wanita, saat kabur dari kerajaan Firaun. Nabi Musa berdoa 

فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰۤى اِلَى الظِّلِّ فَقَا لَ رَبِّ اِنِّيْ لِمَاۤ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ

“Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”

(QS. Al-Qasas 28: Ayat 24)

Pada ayat tersebut digunakan kata anzalta yang artinya sent/kirim dalam bentuk lampau. Nabi Musa bersyukur atas nikmat yang telah dikirimkan oleh Allah kepadanya. Menemukan sebuah kota di tengah padang pasir, tempat berteduh, air, kesempatan untuk menolong orang lain, Nabi Musa sangat-sangat membutuhkannya saat itu, oleh karena itulah ia bersyukur daripada mengeluh. 

Dosa

Ketika menghadapi ujian, tentu akan ada konsekuensi jika kita tidak mampu melewatinya dengan baik. Konsekuensi itu dapat berupa dosa, dan termasuk dalam perbuatan dosa adalah syirik.

Dosa bisa dibagi menjadi dosa kecil dan dosa besar. Ustadz Nouman mencontohkan beberapa di antara dosa kecil seperti terburu-buru ketika sholat, tidak melakukan wudhu terbaik, tidak menundukkan pandangan ketika melihat yang bukan mahramnya, meledek seseorang sampai melewati batas, dan lain sebagainya. Sementara dosa besar, termasuk di dalamnya adalah menyembah selain kepada Allah dan riba.

Ketika melakukan perbuatan dosa, maka muncul perasaan takut dan tidak mau ketahuan orang. Sementara bila yang kita lakukan adalah sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran maka perasaan tenang dan nyaman menyelimuti hati. 

Rasulullah ﷺ bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah segala sesuatu yang menggelisahkan perasaanmu dan engkau tidak suka bila orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim).

Sejatinya pada perbuatan tidak baik, hati yang suci niscaya menolaknya. Hati yang terdalam dan sesuai fitrah pasti mengajarkan kebaikan dan menolak keburukan. Sanubari selalu jujur menyatakan yang sebenarnya. Karena fitrah hati sesuai dengan kehendak Allah, yaitu pada kebenaran dan kebaikan. Salah satu cara mengenal kebenaran ialah dengan fitrah, meminta fatwa hati.

Allah menanamkan kepada kita cinta kebaikan dan kebenaran. “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (QS. Ar-Rum [30] : 30).

Namun memang ada hati yang sudah jauh melenceng dari fitrah sejatinya, yaitu hati al-qalbu al-qasi (hati yang keras atau mati). Ada juga hati yang sakit, al-qalbu al-maridh. Inilah hati yang rusak, yang potensial susah atau tidak mungkin menyatakan kebaikan adalah baik. Karena betapa telah hebat tertutup dengan kejahatan, kemusyrikan, kekufuran, dan penyakit-penyakit hati lainnya.

Kita ingin memiliki hati yang sehat atau al-qalbun as-salim, yaitu hati yang menurut Imam Ibnu al-Qayyim adalah, hati yang selamat dari segala bentuk ketidaktaatan kepada Allah, serta tulus murni semata-mata menghambakan diri kepada-Nya, baik dalam hal kehendak, tawakal, cinta, kembali, tunduk, khusyu, takut, dan penuh harap. 

Kita bisa juga  bermuhasabah setiap sebelum tidur, menjadikannya rutinitas yang merefleksi diri untuk sadar banyak kesalahan dan menjadi rem untuk hari esok. Dan yang terpenting adalah doa agar Allah menjaga dari segala perbuatan keji dan mungkar.

Tobat

Semua dosa akan diampuni jika kita bertobat dengan ikhlas. Kita menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan, berhenti melakukannya dan berjanji untuk tidak akan pernah melakukannya lagi.

Hijrah dan taubat dari hal-hal maksiat dan dosa memang tak pernah mudah. Setiap orang punya proses dan waktu yang berbeda-beda, jadi yang bisa kita lakukan adalah tidak hanya terfokus dengan banyak hal yang belum bisa diubah dan hasil saja, tapi fokuslah pada proses dan pelajaran/hikmah yang bisa didapatkan dari kondisi yang jatuh-bangun itu. 

Karena Allah melihat proses dan perjuangan seseorang, sedangkan hasilnya Allah yang tentukan. Selain itu kita berusaha menanamkan rasa percaya bahwa Allah menghargai setiap langkah kecil kita untuk jadi lebih baik karena-Nya. Kita juga harus meminta kemudahan dan petunjuk pada Allah dalam usaha untuk bertobat. Allah jadikan surah Az-Zumar ayat 53 sebagai reminder dan harapan dalam berikhtiar dan bertobat.

Untuk memastikan diterima atau tidaknya tobat kita memang agak sulit, akan tetapi hal-hal yang bisa dijadikan indikasi bahwa taubat seseorang diterima Allah diantaranya adalah membaiknya kondisi keagamaan orang tersebut setelah tobat sehingga menjadi lebih taat dan rajin beribadah, adanya penyesalan atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya walau ia telah bertobat, menjauhi dosa tersebut maupun sebab-sebab yang menghantarkan kepada dosa tersebut, cenderung lebih senang dan mudah bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauh dari teman-teman buruknya di masa lalu (dengan kata lain, menjauhi orang yang punya potensi mengajak untuk melakukan dosa lagi), dan tetap istiqomah dalam menjalankan agama Allah.


Wallahu a’lam bish-shawabi 

-Tim Panitia Matrikulasi NAK-ID Batch 3-

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s