[MFA2020] Cahaya di Atas Cahaya – Muchamad Musyafa


اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Surah An-Nur Q.S 24 : 35

Nuurun ‘alaa nuur.. 

Masih terdengar jelas olehku lantunan merdu dari Mevlan Kurtishi saat membacakan ayat ini, An-Nur : 35. Sebuah ayat yang sangat begitu indah, tentang cahaya, tentang lampu minyak, tentang tabung kaca yang berkilau seperti bintang, dan tentang minyak zaitun yang hampir saja menyala. Semua itu tersusun baik oleh Allah Swt. untuk memberikan gambaran bagi hamba-Nya tentang sebuah perumpamaan yang khas. Sebuah perumpamaan bagaimana cahaya Allah swt. bereaksi dengan ruh kita di dalam rongga dada.

Ketika cahaya bertemu di atas cahaya, 

Memori memori tentang ayat ini berputar dan berhenti tepat ketika Ustaz NAK menjelaskan maksud dari ayat ini dengan apik. Allah adalah cahaya langit dan bumi – tanpa cahaya mustahil bagi manusia untuk bisa melihat langit dan bumi seisinya. Karena Allah swt. lah kita bisa melihat dan memahami segala fenomena yang terjadi di langit dan di bumi. Dengan adanya wahyu Allah swt. lah kita bisa membedakan baik dan buruk. Dunia akan terasa gelap tanpa adanya cahaya nur dari Allah swt. sebagai petunjuk kita.

Di ayat ini Allah swt. mempermisalkan cahaya-Nya seperti sebuah “misykat” – sebuah cekungan di dinding – dimana di dalamnya terdapat sebuah lampu minyak. Lalu lampu minyak itu ada di dalam tabung kaca yang jernih transparan, crystall clear. Yang tabung kacanya sendiri sudah berkilauan seperti sebuah bintang yang besar. Lampu minyak tersebut berbahan bakar yang berasal dari pohon zaitun. Yang pohon zaitunnya sendiri tidak berasal dari bumi bagian barat atau pun bagian timur. Sehingga pohon zaitun ini disinari langsung di bawah sinar matahari. Sehingga semua bagiannya tersinari matahari. Minyak zaitun ini sangat murni dan sangat mudah menguap sehingga hampir menyala-nyala walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya.

Lalu apa maksud dari semua perumpamaan ini?

Jika kita perhatikan pada zaman dahulu bentuk misykat dibuat berbentuk seperti rongga dada. Melengkung bagian atasnya dan menjorok cekung ke dalam dinding. Di dalamnya lah orang-orang menaruh lampu minyak sebagai penerang ruangan. Dan memang begitulah rongga dada kita mirip seperti gambaran misykat itu sendiri.

Rongga dada kita bagaikan sebuah misykat 

Di dalam rongga dada kita tersimpan hati (heart) kita sebagai lampu minyaknya

Hati kita bagaikan sebuah lampu minyak (mishbah

Hati kita ini digambarkan oleh Allah swt. ada di dalam fitrah manusia yang sangat bersih, sangat murni dan transparan seperti kaca tabung dari lampu minyak. Dan ia sangat berkilau seperti bintang yang besar.

Fitrah kita bagaikan sebuah tabung kaca 

Lampu minyak itu berbahan bakar dari minyak zaitun. Ruh kita bagaikan minyak zaitun ini. Ia tidak berasal dari bagian bumi manapun, bukan dari barat atau pun dari timur. Ruh kita tidak berasal dari belahan bumi manapun, ruh kita berasal langsung dari Allah swt.

Ruh kita bagaikan minyak zaitun 

Lebih jauh, ruh kita ini seperti minyak zaitun yang sangat jernih, yang sangat mudah menguap. Sehingga berpotensi akan menyalakan cahaya ketika terpantik oleh api. Sehingga bisa kita katakan bahwa minyak zaitun yang jernih ini memiliki cahaya potensial. Pun begitu pada setiap manusia yang memiliki ruh, maka mereka juga memiliki potensi untuk bercahaya di dalam jiwanya.

Lalu ada pula jenis cahaya lainnya yang berasal dari wahyu Allah swt., yang sudah kita bahas di atas bahwa tanpa cahaya ini maka langit dan bumi akan terasa gelap bagi kita. Cahaya wahyu ini turun dan senantiasa dibacakan ke manusia. Ia datang untuk memantik tiap-tiap minyak zaitun dari lampu, ia datang untuk memantik tiap-tiap ruh didalam diri manusia.

Sebagian manusia hatinya terasa hampa karena cahaya ruhnya telah padam, mereka sangat merindukan datangnya cahaya wahyu ini. Ketika wahyu dibacakan, sang ruh melompat kegirangan, ia melompat dan menumbuk cahaya wahyu. Saat-saat indah inilah dua cahaya akhirnya bertemu.

Nuurun ‘alaa nuur 

Cahaya potensial dari ruh manusia bertemu dengan cahaya wahyu dari Allah swt. Ruh tadi akhirnya menyerap cahaya wahyu itu sehingga ruh bisa kembali bersinar. Saat itulah sebuah hati bisa merasakan nikmatnya iman.

Beruntunglah bagi tiap-tiap orang yang senantiasa membersihkan tabung kaca di dalam dadanya, sehingga ketika ruh ini bersinar, maka sinar itu pun keluar dengan luar biasa terangnya. Di dalam tabung kaca yang kotor maka cahaya ruh tak akan bisa mengeluarkan sinarnya dengan maksimal. Segala amal buruk bisa mengotori tabung kaca ini kapanpun, dengan senantiasa berdzikir dan berdoa kita berharap agar tabung kaca ruh kita selalu bersih.

Begitulah Allah swt. memberikan perumpamaan yang indah khas bagi kita. Allah swt. memimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki. Dia maha mengetahui segala sesuatu, Dia maha tahu jiwa-jiwa mana yang merindukan wahyu dan jiwa-jiwa mana yang tak peduli dengan dibacakannya wahyu.

Misykat, lampu minyak, tabung kaca, dan minyak zaitun.

Bagiku ayat ini sungguh luar biasa, Allah swt. menerangkan bagaimana ruh ini diciptakan dengan kualitas dan kekuatan cahaya potensial terbaiknya. Dengan wahyu-Nya, dengan tuntunan-Nya, cahaya potensial itu menjadi nyata. Ia bersinar menembus dinding-dinding kristal tabung kaca. Cahayanya cemerlang mengusir kegelapan. Cahaya di atas cahaya.

I closed this writing after looking at my little sleeping girl. I named her Kamisykatin Fiha Mishbah.

The one who has a pure heart inside her rib cage

 

Source: https://youtu.be/6dMllapsjP8

.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s