Bismillah.

Semua ayat dalam Al-Qur’an adalah super amazing. Semakin dipelajari, semakin banyak memberi redefinisi-redefinisi baru dalam hidup. Adapun untuk kondisi #stayathome saat ini, saya terngiang dengan ayat-ayat awal pada surat An-Naba:

Ayat 6:

اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًاۙ

Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan,

Ayat 12:

وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًاۙ

dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh,

Ayat 13:

وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًاۖ

dan Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari),

Kenapa ayat ini favorit? Karena mengingatkan saya untuk tadabur, meskipun hanya dengan melihat sekeliling keadaan rumah, yakni ruangan, plafon, hingga lampu. 

---

Saya teringat menonton video lecture surat An-Naba ini saat ramadan 3 tahun lalu, saat Ustaz membahas juz amma series: 

http://stream.bayyinah.tv/share/watch/ramadan-2017/5449770106001/01-al-naba—part-1—ramadan-2017

Dalam surat An-Naba’, Allah mengingatkan akan orang yang bertanya secara sarkastis tentang hari kiamat. Allah tidak menjawab pertanyaan sarkastis tersebut, namun menjelaskan dengan “menunjukkan bukti” akan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Ustaz Nouman menyampaikan dalam kajiannya bahwa ayat di atas mengajak kita untuk berfikir tentang besarnya kuasa Allah, dengan mengambil perumpamaan dari hal yang dekat dengan manusia.

Hal yang perlu di-highlight adalah: Ketidakmampuan manusia vs kekuasaan Allah.

Allah mengajak manusia untuk melakukan refleksi. Dan inilah yang dibahas dalam lecture Ustad Nouman.

• Antara ruangan tembok vs hamparan bumi kuasa Allah

Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan yang luas

Refleksi:

Saat ini saya berada di sebuah ruangan. Hanya sebatas ruangan, dan itulah yang mampu dibangun manusia sebagai shelter. Ruang geraknya terbatas, hanya sebatas itu. 

Sekalipun ruang yang saya diami itu nyaman, namun ruangan tersebut hanya sebagian kecil dari hamparan yang Allah buatkan.Siapa yang membuat hamparan lebih baik? Bahkan Allah membuat hamparan untuk kehidupan makhluk di laut dalam sekalipun.

• Antara plafon rumah vs langit kokoh kuasa Allah

dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh,

Refleksi:

Manusia itu seringkali merasa memiliki banyak kuasa, namun sebenarnya tidak ada apa-apanya. Coba tatap ke atas kamar, yang dilihat adalah plafon kamar. Pendek dan terbatas. 

Sejago-jagonya kemampuan manusia, tetap kuasa Allah luar biasa. Bandingkan antara langit kamar dengan langit yang Allah ciptakan. Mana yang lebih berkuasa dan menakjubkan?

• Antara lampu rumah vs pelita yang amat terang (matahari)

Dan kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). 

Refleksi:

Coba bandingkan kemampuan manusia yang hanya bisa mengonstruksi dan memasang lampu. Tatap lampu kamar di mana saat ini berada. Lampu itu tidak bisa bertahan lama, sinarnya terbatas hanya berkisar di ruangan saja, dan nanti akan redup.

Lihatlah bahwa “langit” yang Allah buat itu terdapat “lampu”. Lampu yang menyinari terus-menerus dalam intensitas dan kisaran suhu yang sama, yang ditujukan untuk kehidupan manusia. 

Bayangkan jika matahari padam, bagaimana jadinya manusia?

Manusia sungguh amat lemah, dan Allah Maha Kuasa.

Final notes …

Refleksi tidak harus selalu tentang hal yang besar. Bahkan kita bisa mengambil hikmah luar biasa dengan melihat tembok, plafon dan lampu, dan bandingkan dengan besarnya kuasa Allah yang sesungguhnya.

Terhubung bersama Al-Quran, meskipun ramadan saat ini #dirumahaja, membantu kita untuk semakin sadar diri.

Atas apa yang kita rasakan, yang kita lihat, yang kita pijak, semoga berbuah rasa syukur atas kuasa dan kasih sayang Allah. Semoga kita selalu diberikan hidayah oleh Allah.. 

Allahummarhamna bil quran, waj’alhulana imaman wa nuron, wa hudan wa rohmah.

Ya Allah rahmatilah kami dengan Al-Qur’an. Jadikan ia imam kami, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi kami.