بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyimpang kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Karunia).” [QS. Ali Imran 3:8]
Hati, bisa dibilang dia adalah organ yang paling lelah. Bagaimana tidak? Hati bekerja setiap saat, merespon setiap tindak, dan sering berubah-ubah cepat atau lambat. Paginya taat, siangnya sudah minggat. Kadang lupa, kadang ingat. Hati juga sering menyimpang secara perlahan, tanpa kita sadari.
Kita sebagai seorang hamba begitu lemah dan seringkali lalai. Dan hanya Allah lah yang bisa menolong kita. Bukanlah kita merasa takut jika hati ini berpaling dari kebenaran? Bukankah kita juga takut jika hati yang sudah merasa dekat dengan Tuhan-Nya ini tiba-tiba saja berubah dan menjauh lagi?
Ketika Bulan Ramadhan seperti ini kita merasa hati ini begitu dekat dengan Allah, dan merasa selalu diawasi oleh-Nya. Merasa semangat dalam beribadah dan melakukan amal sholeh. Tapi bagaimana dengan hari-hari sesudah Ramadhan nanti? Apakah keadaannya akan sama seperti bulan Ramadhan ini? Apakah kedekatan hati kita dengan Allah akan bertahan di luar Ramadhan nanti? Dan melakukan ibadah dan amal saleh sebanyak di bulan suci ini? Kenyatannya kiita sendiri pun tidak bisa menjamin akan keistiqomahan hati ini di waktu-waktu mendatang. Ada perasaan khawatir jika kebiasaan di bulan Ramadhan tidak akan bertahan lalu hati ini kembali kepada kelalaian.
Kabar baiknya, hati ini ada pemiliknya. Maka sebagai seorang hamba yang lemah, mintalah kepada Sang Pemilik Hati, Allah swt. Mintalah untuk selalu menjaganya dan meneguhkannya pada jalan yang diridhai oleh-Nya.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً َنَنََّ
Ustadz Nouman Ali Khan menyebutkan bahwa dalam kalimat “la tuzigh qulubana”, arti kata “zagha” dalam Bahasa Arab adalah kompilasi sesuatu yang agak melengkung, namun kita tidak menyadarinya. Semua yang berjalan lurus, namun tidak dapat dicapai jika Arahnya ternyata sudah berbelok, sehingga menyimpang dari garis yang dimaksudkan; orang inilah yang disebut sebagai “zaygh“.
Allah tahu iman manusia naik-turun. Doa ini memberikan definisi bahwa Allah – sang pemberi akan memberikan rahmat yang tak terbatas, dan memberikannya berulang kali, lagi dan lagi. Saat seseorang dalam kesesatan Allah menariknya kembali untuk mendekat kepada-Nya. Lalu menjauh lagi dan Allah menarik kembali, begitu terjadi secara berulang-ulang.
Saya membaca ayat ini sebagai do’a setiap harinya setiap selesai sholat lima waktu. Saya juga berusaha untuk menjaga hati agar selalu dalam ketaatan dengan menyibukkan diri dengan kebaikan. Menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat dan bisa mengotori hati.
Hanya dengan pertolongan dan Hidayah dari Allah hati ini bisa istiqomah. Di dalam ayat tersebut kita meminta keteguhan hati di dalam agama-Nya, dijauhkan dari hati yang berubah perlahan tanpa kita sadari kemudian menuju kesesatan. Mintalah juga petunjuk-Nya karena tiada yang memberi petunjuk selain Allah.
__
Video referensi: https://youtu.be/vFdRxh9ABps
Ditulis oleh: Siti Julpia Kirana