“Nanti, alangkah lebih baik jika kamu tidak mem-posting momen lebaran bersama keluarga. Karena tidak sedikit dari saudara-saudaramu yang mudiknya tertunda. Sakit terasa seakan babak belur dihajar rindu karena Covid-19 belum mereda,” kataku dalam hati.
Pemerintah Indonesia resmi melarang mudik lebaran tahun ini bagi seluruh warga Indonesia. Setelah sebelumnya melarang mudik bagi ASN, TNI, POLRI, dan Pegawai BUMN. Larangan mudik berlaku mulai Jumat 24 April 2020. Demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Sebagai perantau yang dibayangi kerinduan akan kampung halaman. Serta hangatnya momen lebaran Idulfitri bersama keluarga yang hanya terjadi sekali dalam setahun. Keputusan pemerintah melarang mudik bagi warga yang berasal dari kota dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuatku sedih.
Saat ini, aku kuliah, bekerja, dan merantau di kota yang sedang menerapkan PSBB. Keputusan pemerintah tersebut secara langsung merampas hak rindu untuk bertemu. Menghabisi semua rencana-rencana menyenangkan selama merayakan lebaran Idulfitri atau hari kemenangan bareng keluarga di kampung nanti. Apapun itu, aku harus percaya bahwa lahirnya keputusan ini jelas untuk membidani kebaikan bersama.
Pandemi Covid-19 memang musibah bagi warga dunia. Tidak hanya berdampak pada tatanan ekonomi. Namun semua sisi kehidupan ikut terdampak. Ibadah-ibadah pada bulan Ramadan yang biasanya dilakukan berjamaah dan penuh gelora di masjid atau musala, seperti salat tarawih dan tadarus Al-Qur’an. Dengan sangat terpaksa ibadah-ibadah tersebut harus dilakukan di rumah. Bagi yang di rumah bersama keluarga masih bisa melakukannya secara berjamaah. Namun bagaimana dengan perantau yang jauh dari keluarga dan sendiri di ruang kos-kosan? Sungguh sebuah musibah.
Dalam ceramahnya Ustaz Nouman Ali Khan menyampaikan salah satu ayat dari Al-Qur’an tentang menjaga iman saat tertimpa musibah.
مَاۤ أَصَابَ مِن مُّصِیبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن یُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ یَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ
“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun, 64:11)

Kata ‘ashoba’ أَصَابَ dalam bahasa Arab berarti “menargetkan”. Segala sesuatu yang terjadi memang sudah secara khusus ditargetkan kepada kita. Dan musibah tersebut akan selalu tepat mengenai targetnya, bi idznillaah. Dengan izin Allah.
Barang siapa yang dapat menjaga keimanannya selama mendapat musibah, Allah akan memberikan karunia-Nya. Jika kita memiliki keimanan itu, maka kita tak butuh apa pun lagi. Yahdi Qolbahu. Allah akan membimbing hatinya. Tidak ada yang lebih berharga di dunia ini daripada jaminan Allah untuk memberikan bimbingan-Nya, bukan? Hingga setiap kali jantung berdetak, kita akan selalu mengingat Allah. Ini adalah hal yang menakjubkan.
Semoga kita semua dapat menghadapi wabah Covid-19 dengan penuh keimanan kepada Allah. Tidak membuat kita murung dalam melaksanakan ibadah-ibadah pada bulan ibadah ini. Tidak selalu mengeluhkan kesendirian dan kebosanan karena di rumah aja. Utsman bin ‘Affan pun pernah dikurung di kediamannya selama empat puluh malam lamanya. Terhalang ke masjid, terhalang dari sahabat-sahabatnya, terhalang dari air dan pemenuhan kebutuhannya, karena ada pemberontakan. Bercermin dari Utsman ra. maka mengeluhkan segala tindakan untuk mencegah penularan Covid-19 seperti ibadah dari rumah, bekerja dari rumah, dan belajar dari rumah sungguh tidak mencerminkan sikap yakin bahwa semua terjadi atas izin Allah. Bi idznillaah.
Semoga ikhtiar kita dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan menunda mudik menjadi amal baik. Semoga dengan jaminan bimbingan-Nya kita tetap on fire dalam meningkatkan ibadah khususnya di bulan suci Ramadan. Meski semuanya dikerjakan dari rumah.

Maka dengan memiliki keyakinan bahwa musibah ini terjadi karena izin Allah, aku tidak akan sedih jika nanti melihat teman-teman yang bisa merayakan hari kemenangan bersama keluarga, mem-posting kebersamaan mereka di berbagai akun sosial media. Selain karena tidak baik bersedih melihat orang lain bahagia. Tetapi juga karena bi idznillaah larangan mudik ini tidak hanya menimpa pundakku. Jutaan pundak yang lain juga tidak mudik sepertiku. Sekali lagi, semua atas izin Allah dan on target. Tepat mengenai sasaran.
—
video referensi: https://m.youtube.com/watch?v=yh3P4J9tm98