Dokumentasi Pekan Pertama Matrikulasi NAK-ID Batch 3


Alhamdulillah, Matrikulasi Komunitas Nouman Ali Khan Indonesia Batch 3 sudah dimulai. Total peserta matrikulasi kali ini adalah 100 orang, yang dibagi 2 menjadi grup A dan grup B.

Kami berharap manfaat dari matrikulasi ini tidak hanya dirasakan oleh peserta dan panitia, tapi juga menyebar lebih luas lagi. Berikut dokumentasi tertulis pekan pertama (4-10 Mei 2020):

Kisi-kisi Video Pekan Pertama

Fondasi keimanan terletak pada kemampuan berpikir kita. Allah menyebutkan beberapa tandanya dalam Al-Qur’an dengan kata-kata “agar kalian berpikir”, “tidakkah kalian berpikir?”. Dari pemikiran muncul pengetahuan, yang ditandai dengan kata-kata “jika kalian mengetahui”, “tapi sebagian manusia tidak mengetahui”, dan lain sebagainya. Setelah pemikiran dan pengetahuan, iman terlengkapi dengan ketaatan setelah mendengar, “kami mendengar dan kami taat”. 

Kita mampu berpikir namun memilih tidak acuh dan tidak peduli, bahkan sebelum mengetahui dan mendengar, sehingga kita tidak mampu merealisasikan keimanan. Sebagian kita memilih peduli dan beriman tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya. Dan kita memang bertanya bagimana caranya?, sedang hati masih saja terasa hampa. Klip pertama membahas bahwa cara untuk mengimani adalah memahami. Memahami ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an, tidak sekadar membacanya dalam lisan, juga disertai perenungan hati adalah kunci keimanan. 

Klip kedua membahas bagaimana hati yang seharusnya terhubung dengan Al-Qur’an. Memahami dan merenungi mungkin membutuhkan proses yang panjang, tetapi menyadari bahwa Allah berbicara langsung dengan kita dalam Al-Qur’an dapat mengisi hati yang kosong. Allah mampu mengisi kekosongan hati kita dengan ayat-ayat-Nya, hanya jika kita mau peduli dan memahami. Jika tidak, Allah mampu membiarkan hati kita kosong. Hati kita menjadi keras.

Tetapi Allah-lah Sang Pemilik Hati. Dia mampu melunakkan yang keras, sebagaimana Dia menghidupkan kembali yang mati. Maka eratkanlah hubungan yang renggang itu, antara hati dan Al-Qur’an. Untuk menghubungkan keduanya, tidak ada waktu terbaik selain pada waktu ketika Al-Qur’an diturunkan, Bulan Ramadan.


Referensi Video Pekan Pertama

Betapa Pentingnya Memahami Al Quran – Nouman Ali Khan Subtitle Bahasa Indonesia

(Subtitle Indonesia) – Nouman Ali Khan – ‘Juz 27 – Hati Yang Terikat Dengan Al Quran’


QnA Video Pekan Pertama

Q1. Bagaimana pendekatan terbaik untuk memahami dan mentadaburi Al-Qur’an?

Answer: 

  • Berdoa kepada Allah agar diberikan kedekatan dengan Al-Qur’an dan kemudahan untuk memahaminya.
  • Tilawah, seperti yang dijelaskan ustadz Nouman di video pertama. 
  • Berusaha mencari lingkaran yang selalu mengadakan kegiatan tadabbur. Karena kemampuan bertadabbur itu juga butuh latihan dan keistiqomahan. 
  • Pelan-pelan belajar bahasa Arab.
  • Membaca Tafsir Al-Qur’an
  • Tanamkan niat terlebih dahulu
  • Tetapkan tujuan (Bisa dengan menuliskannya dan tempel di tempat yang setiap hari kita lalui seperti kamar tidur)
  • Setelah dua poin diatas kita ketahui insya Allah bismillahirrahmanirrahim, usaha seperti mendengar, membaca, menulis akan lebih dapat dipahami
  • Jangan pernah bosan, mungkin kita pernah merasa bingung terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tapi dari kebingungan itu sebenarnya kita menjadi orang yang selalu mencari pemahaman yang pada akhirnya kita menjadi mengerti untuk kita.
  • Perbanyak mengulang dan berguru. Sehingga diselingan waktu kesibukan tetap ada pengingat untuk tetap istiqomah
  • Sesering mungkin berinteraksi dengan Al-Qu’ran
  • Menonton video kajian yang relevan dengan surat yang sedang dipahami
  • Mendownload aplikasi Al-Qur’an bantuan di hp.
  • Mengidentifikasi apa yang membuat kita sulit memahami Al-Qur’an. 
  • Merubah mindset kita bahwa sebenarnya kita tidak mampu untuk memahami Al-Qur’an, tapi karena Allah yang memampukan kita untuk memahami Al-Qur’an. 

Q2. Seberapa penting belajar bahasa Arab ketika kita ingin mulai belajar memahami al Quran? 

Answer:

  • Sepenting Ayat Al Al-Qur’an ketika menjelaskan tentang bahasa Arab
  • Alat utama untuk membuka pintu-pintu keilmuan dalam bidang agama dan keilmuan syar’i lainnya

Q3. Bagaimana cara memperbaiki hubungan dengan Al-Qur’an dan melatih hati selalu terhubung, selalu dekat, dan punya ikatan emosional setiap berinteraksi dengan Al-Qur’an dan merasakan kenikmatannya? 

Answer:

  • Kita harus memiliki perasaan yang benar saat kita membuka Al-Qur’an
  • Karena kita ingin hati kita terhubung dengan Al-Qur’an dan hati adalah tempat perasaan berada maka kita harus memiliki perasaan yang tepat saat sedang berinteraksi dengan Al-Qur’an. 
  • Menyadari bahwa Al-Qur’an adalah tentang diri kita sendiri
  • Semua cerita, sejarah, dan semua bagian dalam Al-Qur’an itu terhubung dengan kita.
  • Coming to the Qur’an with Humility. Kita harus datang kepada Al-Qur’an dengan kerendahan hati, tidak untuk mengkritiknya (mengajukan petanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal). 
  • Menyadari bahwa Al-Qur’an adalah nasihat untuk kita yang merupakan petunjuk dari allah
  • Melakukan interaksi 2 arah antara kita dengan Allah melalui Al-Qur’an
  • Al-Qur’an adalah hubungan dua arah antara kita dengan Allah. 
  • Memperbaiki cara berpikir kita dalam memandang Al-Qur’an

Q4. Apakah cukup hanya dengan berdo’a dan meminta kepada Allah SWT untuk melembutkan hati seseorang? Atau dengan usaha seperti apa? Bagaimana menyadarkan orang lain tentang spiritual emergency?

Answer:

Selain berdoa dan meminta sama Allah untuk melembutkan hati seseorang, kita juga perlu berikhtiar. Ikhtiarnya adalah: 

  • Memperbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu
  • Memperbaiki interaksi dengan Al-Qur’annya, memperbaiki akhlak tentunya
  • Memperbaiki cara bergaul dengan orang lain
  • Melakukan komunikasi
  • Mengajaknya untuk melaksanakan kegiatan positif seperti sholat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, kajian masjid taklim

Q5. Ada orang Quraisy dan kafir yng mendengarkan Al-Qur’an mereka menangis, apakah itu membuat mereka masuk Islam?

Answer:

Ada, Umar bin Khattab ra.. setelah mendengar bacaan Al-Qur’an adiknya, ia kemudian bersyahadat.

Q5.1. Bagaimana dakwah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang cocok bagi orang Quraisy dan juga cocok bagi muslim?

Answer:

Menyampaikan kebenaran dengan penuh ketulusan dibarengi dengan sikap akhlaqul karimah.

Q6. Adakah saran bagaimana “memahamkan” Al-Qur’an untuk anak-anak dan balita?

Answer:

Memahamkan Al-Qur’an untuk anak-anak dan balita bisa dicoba dengan langkah-anak berikut: 

  • Rutin melantunkan ayat suci Al-Qur’an setiap harinya sehingga pendengarannya terbiasa dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dapat memudahkan nantinya untuk menghafal Al-Qur’an
  • Menanamkan jiwa Qurani dengan menceritakan cerita menakjubkan di dalam Al-Qur’an. Menceritakan pada anak tentang kisah-kisah luar biasa dalam Al-Qur’an, yang pada saat ini juga sudah banyak sekali kisah Al-Qur’an yang terbukti secara ilmiah seperti batas bertemunya kedua lautan yang tak bercampur membuktikan kebenaran pada ayat Al-Qur’an yakni Surat Ar Rahman ayat 19 dan 20. Dengan cerita-cerita di dalam Al-Qur’an ini semakin meyakinkan anak2 kita bahwa Al-Qur’an itu tidak pernah berbohong akan isinya, benar2 nyata dan nampak oleh mata. 
  • Membangun kebiasaan baik yaitu baca Al-Qur’an setiap hari. Tentunya dimulai dari diri kita sendiri sebagai orang tua karena kita sebagai contoh yang baik buat anak-anak kita. Seorang anak yang telah terbiasa dengan membaca Al-Qur’an setiap hari, maka ia akan merasa aneh dan merasa belum lengkap ketika sehari saja tidak membaca Al-Qur’an. Sehingga insha Allah kebiasaan baik ini akan terus istiqomah dilakukan anak tersebut.
  • Menjadikan keluarga hafidz sebagai pedoman keluarga kita. Menjadikan keluarga hafidz yang menurut kita sangat menginspiratif dan mencari tahu bagaimana mereka mendidik dan menjadikan anak-anak mereka sangat menyenangi Al-Qur’an. 
  • Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu diantara pilar-pilar Islam sehingga mereka bisa tumbuh diatas fitrah.

Pointnya rasa cinta terhadap Al-Qur’an itu harus terlebih dahulu ditanamkan pada anak, karena dengan menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an maka dalam proses menghafal akan secara otomatis juga mengamalkan ilmu Al-Qur’an. 

Namun ketika rasa cinta Al-Qur’an ini tidak ditanamkan maka akan menjadi hal yang sia-sia saja ketika seorang anak menghafalkannya.

Q7. Apa tanda-tanda hati yang sudah mati?

Answer:

  • Berani meninggalkan sholat “Tarkush Sholah”
  • Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar. “Adzdzanbu bil farhi”
  • Tidak tersentuh hatinya bahkan menjauhi ayat-ayat Al-Qur’an “Karhul Qur’an”
  • Terus menerus berbuat maksiat. “Hubbul ma’asyi”
  • Sibuknya mengumpat, fitnah, dan berburuk sangka “Asikhru”
  • Sangat benci dengan nasihat baik dan para ulama “Ghodbul ulamai”
  • Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan, dan akhirat “Qolbul hajari”
  • Gilanya pada dunia tanpa peduli dosa “Himmatuhul bathn”
  • Senang melihat orang susah dan menderita “Anaaniyyun”
  • Tidak pernah bersyukur kepada Allah ”Kufur Nikmat”

Q7.1. Bagaimana agar hati tetap lembut, hidup, dan tidak layu? 

Answer:

  • Rajin membaca Al-Qur’an dan maknanya
  • Aktif mengikuti kajian baik offline dan online
  • Sharing dengan teman yang punya tujuan yang sama
  • Selalu kenang kebaikan orang tua
  • Muhasabah menghitung nikmat Allah yang kita rasakan
  • Jangan lepas dari dzikrullah

Q8. Apa maksud kata-kata “…masa yang panjang…” dalam Al-Hadid ayat 16? Lalu, bagaimana kalau membahas aspek Asbabun Nuzul ayat-ayat didakwahkan di video seperti surah Al-Hadid ayat 16-17?

Answer:

Makna Masa panjang dalam surat Al Hadid ayat 16: 

  • Tenggang waktu di mana dakwah terus dilakukan oleh Nabi tapi keimanan umat muslim yang naik turunnya cenderung berada di level lemah
  • Masa yang panjang berarti masa yang dialami Ahli Kitab setelah menerima kitab, hingga akhirnya mreka mengganti kitabullah dan hati menjadi keras.
  • Masa yang panjang dan kosong dari kekhusyukan

Q8.1. Apa Asbabun Nuzul surat Al-Hadid ayat 16-17?

Answer:

  • Dari tafsir Tahir wa Tanwir, Ibnu Asyur dari sisi Asbabun Nuzul, diturunkan tahun 4/5 kenabian. Artinya ayat ini turun di Mekkah.
  • Ditujukan kepada umat muslim yang imannya masih lemah agar selalu ingat kepada Allah SWT.

Q9. Apakah mengetahui arti bacaan sholat sama dengan memaknainya? Atau juga perlu dihafal untuk mencapai keimanan yang utuh? 

Answer:

Mengetahui bersifat statis, mengacu pada fakta yang berbeda. 

Sementara memahami bersifat aktif, menggambarkan kemampuan untuk menganalisis dan menempatkan fakta-fakta tersebut di dalam konteks untuk membentuk gambaran besar.

Untuk menghapal tergantung kebutuhan dan tujuan kita.

Q10. Terkadang kita membutuhkan jawaban atas masalah yang sifatnya spesifik, adakah cara bagi kita untuk tahu jawaban tersebut dari Al-Qur’an secara cepat dan tepat?

Answer:

  • Mencari ayat-ayat yang sesuai dengan permasalahan melalui indeks Al-Qur’an yang akan memudahkan kita untuk menemukan ayat-ayat yang berkaitan. Indeks Al-Qur’an ini ada yang berbentuk buku ataupun aplikasi untuk memudahkan pencarian.
  • Niatkan dalam hati ingin mendapatkan petunjuk dan ketenangan kemudian baca Al-Qur’an yang kamu lihat pertama kali
  • Mengambil ibrah dari kisah-kisah di Al-Qur’an
  • Bertanya kepada ulama yang kompeten

Q11. Di video pertama disinggung turunnya QS 62:2 itu di Madinah, artinya ayat tersebut cocok untuk orang Quraisy dan orang Muslim. Adakah kaitan tempat turunnya ayat dengan suatu kaum? 

Answer:

Biasanya berkisar tentang keadaan dan waktu.

Q11.1. Apakah surat Makkiyah berkaitan dengan kaum-kaum tertentu juga?

Answer:

Surat Makiyyah secara umum tak spesifik berkaitan dengan suatu kaum tapi mengisahkan berbagai kaum terdahulu.

Q12. Bagaimana cara menjaga konsistensi dalam membaca dan mendalami pemahaman Al-Qur’an di tengah waktu yang padat dan akses yang sulit?

Answer:

  • Terlebih dahulu kita harus mengetahui dan mempelajari keutamaan membaca Al-Qur’an 
  • Buat komitmen pada diri sendiri
  • Bergaul dan berteman dekat dengan orang yang mempunyai visi yang sama
  • Bisa bergabung dengan komunitas yang mendukung kita untuk mencintai Al-Qur’an quran seperti ODOJ (One Day One Juz).
  • Mencintai Al-Qur’an dan memiliki hasrat untuk mempelajari Al-Qur’an
  • Meminta sama Allah untuk diberikan keberkahan waktu

Q13. Apakah jika kita membaca Al-Qur’an tapi ada beberapa ayat yang salah dalam melafaskannya, lalu kita berdosa?

Answer:

Dikatakan berdosa kalau kita dengan sengaja salah membaca atau kita dengan sengaja tidak mau berusaha mempelajari bagaimana cara membaca yang benar. 

Karena beda sedikit saja bisa merubah arti dan akan dimaafkan oleh Allah jika memang kita tak tau kalau kita sudah membaca dengan salah karena Allah tidak akan menghukum seorang hamba yang salah karena ketidaktahuannya.

Q14. Apa faktor pemicu terbesar untuk selalu dekat dengan Al-Qur’an walau ramadhan telah berlalu?

Answer:

  • Berniat dan memohon supaya hidayah dan taufik selalu Allah berikan kepada kita
  • Harus ada tekat untuk menjadikan kebiasaan baik di bulan ini menjadi kebiasaan nantinya di luar ramadhan
  • Mengatur waktu dalam ibadah selama bulan Ramadhan ini kita kuatkan agar menjadi kebiasaan di luar bulan ramadhan
  • Menganggap bahwa Ramadhan kali ini sebagai ramadhan terakhir kita 
  • Perbanyak istighfar. Sebab kalam Allah itu suci, akan hadir pada hati-hati yang bersih.
  • Mengingat manusia itu Al Insan, pelupa. Maka perlu dekat dengan Al-Qur’an yang merupakan pengingat tak hanya saat Ramadhan tapi sepanjang hidup di dunia
  • Mengikuti halaqoh-halaqoh Al-Qur’an (Mencari lingkungan yang kondusif untuk istiqomah bersama Al-Qur’an)
  • Menjadi manusia bertaqwa

Q15. Bagaimana cara cepat mengetahui sudah berada di arah yang benar dan telah beriman? 

Answer:

  • Dilakukan dengan cara terus belajar lebih jauh tentang Islam dan mencari tahu bagaimana keimanan yang benar sesuai syariat
  • Melihat kisah para nabi dan orang-orang shaleh terdahulu 

Q15.1. Apakah yang beriman belum dikatakan benar-benar beriman?

Answer:

Dikatakan orang yang beriman di lisan seperti orang Arab Baduin, yang mana iman belum masuk ke hati, dikatakan muslim.

Sedangkan yang beriman pada lisan dan hatinya, maka dikatakan mumin

Q16. Kenapa hari ini ilmu Al-Qur’an atau tafsir tak begitu populer atau diminati untuk dipelajari?

Answer:

Bisa dilihat dulu tren pendaftar kelas Bahasa Arab di lembaga pendidikan formal maupun non formal.

Atau mudahnya mungkin jumlah peminat tiap tahunnya jurusan Tafsir di perguruan tinggi negeri swasta, dalam maupun luar negeri.

Buat teman-teman yang pendidikannya dari kecil jalur negeri mungkin emang agak asing ya.

Kalau untuk teman-teman di pesantren, yang kuliah di LIPIA, Ma’had, dll. Mungkin ilmu Al-Qur’an itu sudah jadi ilmu dasar sebelum ambil jurusan ilmu Syariat lainnya.

Q17. Jika kita sudah tau manfaat membaca Al-Qur’an dan pentingnya memahami ayat Al-Qur’an tapi kita masih belum tergerak untuk melakukannya, apa yang harus dibenahi?

Answer: 

  • Istighfar sebanyak mungkin, solat taubat dan aplikasikan dzikir pagi dan petang 
  • Kita harus menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak produktif dan memperkuat niat serta keyakinan bahwa berinteraksi dengan Al-Qur’an itu adalah meraih cintanya Allah
  • Segera mengambil tindakan. Mulai membaca serta mulai mencari tahu apa yang belum kita tahu
  • Mencari teman yang mau saling mengingatkan ketika kita lupa/ ketika semangat kita mulai pudar
  • Minta pada Allah agar kita dipersatukan dengan orang-orang yang mencintai Al-Qur’an

Q18. Adakah survei tentang banyaknya jumlah orang yang pernah khatam baca terjemahan Al-Qur’an, mengingat Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim?

Answer:

Bisa di tanyakan ke teman-teman admin ODOJ, ada opsi tarjim-nya juga (baca terjemahnya saja).

Pengolahan data untuk evaluasi dari mereka sudah bagus sekali.

Q19. Bagaimana agar kita tetap dapat memperbanyak kuantitas bacaan (khatam berkali-kali) namun tidak pula terlepas dari tujuan fundamentalnya (memahami)?

Answer:

  • Punya niat dan target harian
  • Belajar membagi waktu
  • Berdoa meminta kepada Allah diberi kemudahan dan kekuatan
  • Berada di lingkaran yang mempunyai satu visi

Q20. Bagaimana cara penyampaian Al-Qur’an dulu oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada para sahabat, sedangkan pada Al-Qur’an surah Al-Jumu’ah ayat 2 Allah menurunkan Rasul kepada kaum yang sebagai besar tidak bisa membaca dan menulis?

Answer:

Dengan cara murajaah (pengulangan hafalan) dari surat ke 1 sampai surat ke 114. Nabi Muhammad murajaah ke Jibril, sahabat murajaahnya ke nabi, dst.


Quotes Diskusi Pekan Pertama

“Al-Qur’an hadir bukan hanya menjadi solusi bagi diri kita. Tapi solusi bagi level keluarga, masyarakat, bumi ini. Begituluh dulu fungsi Al-Qur’an bekerja. Sebagaimana cahaya. Ia hadir dalam lingkup kecil, lalu menyinari jazirah Arab, menyinari berbagai penjuru bumi dan menyibak kegelapan (kejahiliyahan).” 

—Abu Sa’id

“Dalam dakwah, Rasulullah tidak memaksa. Rasulullah mengedukasi dengan baik dan penuh kesabaran, menyampaikan kebenaran dengan penuh ketulusan dibarengi dengan sikap keteladanan dengan akhlakul karimah. Sehingga mudah menyentuh hati orang yang didakwahi.”

—Nur Amala

“Setiap saya sedang merasa lemah iman dan terlena dengan dunia, selalu saya paksa diri saya utk ingat tentang hebatnya Allah, asiknya nonton/hadir kajian, ingat rasa tenangnya baca Al-Qur’an. Jadi meskipun sedang futur, saya sadar saya lagi di keadaan yang merugi.”

—Fadhila Astari

“Kita harus menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak produktif. Dan memperkuat niat serta keyakinan bahwa berinteraksi dengan Al-Qur’an itu adalah meraih cintanya Allah. Segera mengambil tindakan. Mulai membaca serta mulai mencari tahu apa yang belum kita tahu. Mencari teman yang mau saling mengingatkan ketika kita lupa/ ketika semangat kita mulai pudar. Minta pada Allah agar kita dipersatukan dengan orang-orang yang mencintai Al-Qur’an.”

—Peni Fauziah

“Segala sesuatu yang menurut kita mustahil, kalau Allah yang menolong kita, semuanya jadi niscaya. Jadi peringatan juga buat saya untuk selalu tawakkal dan minta pertolongan Allah dalam keadaan apapun.”

—Hana Mumtazia Nurhaq

Resume Diskusi Pekan Pertama

Menghubungkan hati dengan Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hati. Ia turun untuk membentuk hati yang bersih dan sehat (qalbun saliim). Konsep ini kemudian memberi arti bahwa Al-Qur’an adalah tentang kita, tentang diri sendiri. Jawaban-jawaban atas semua perkara hidup ada pada Al-Qur’an karena diri kita yang memiliki kemurnian hati dalam menghadapi perkara-perkara itu.

Kita ingin memiliki hati yang terhubung dengan Al-Qur’an dan hati adalah tempat perasaan berada. Maka kita harus memiliki perasaan dan sikap yang tepat saat sedang berinteraksi dengan Al-Qur’an. Kita harus datang kepada Al-Qur’an dengan kerendahan hati, tidak untuk mengkritiknya dengan mengajukan petanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal. 

Pola pikir yang baik lainnya adalah hubungan dua arah antara kita dengan Allah. Ketika kita membacanya, kita sedang berkomunikasi dengan Allah.  Kita sedang mengharapkan nasehat dan petunjuk langsung dari Allah untuk membangun hati yang bersih dan sehat.

Pendekatan terbaik untuk memahami dan mentadaburi Al-Qur’an

Tidak ada cara baku dalam mendalami isi dari Al-Qur’an. Setiap orang punya caranya masing-masing untuk menjadikan Al-Qur’an penerang hatinya dan petunjuk bagi setiap perkara yang dilakukan di dunia.

Cara-cara yang dilakukan dimulai dari penanaman niat yang ikhlas untuk memahami Al-Qur’an. Niat ini harus disertai tujuan tulus untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Untuk mendukung niat, doa terbaik bisa juga dipanjatkan dengan harapan mendapat kemudahan dalam memahami ayat-ayat Allah. Tidak lupa juga untuk memohonkan ampunan karena dosa-dosa yang dimiliki bisa menjadi penghalang kebaikan yang kita terima.

Kemudian, aksi konkrit yang dapat dilakukan adalah: tilawah Al-Qur’an, mencari lingkungan pertemanan untuk menjaga ke-istiqomah-an, mempelajari bahasa Arab, membaca kitab tafsir ulama terdahulu, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan mengulang hafalan (muraja’ah), menonton video kajian yang relevan, memiliki aplikasi Al-Qur’an di HP sebagai “backup” mushaf, mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang didapat ketika memahami.

Kita juga harus memiliki pola pikir yang baik bahwa kita tidak mampu untuk memahami Al-Qur’an, tapi karena Allah yang memampukan kita untuk memahami Al-Qur’an. Dengan pola pikir yang baik, maka ketika merasa “down”, bosan, bingung terhadap ayat-ayat-Nya, kita bisa menyadari bahwa sebenarnya kita menjadi orang yang selalu mencari pemahaman yang pada akhirnya membantu pemahaman kita untuk menjadi lebih baik.

Pentingnya bahasa Arab

Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Dalam suatu bahasa, terdapat aturan-aturan yang mengikat dalam penggunaannya, dalam hal ini bahasa Arab memiliki ilmu dan konsep seperti tajwid dan tempat keluarnya huruf (makharijul hurf). Mempelajari bahasa Arab berarti berusaha untuk mendapat pemahaman yang dimulai dari membacanya. Bacaan yang dilakukan tentu harus terikat dengan aturan-aturan tersebut sehingga pembacanya tidak melakukan kesalahan.

Al-Qur’an adalah ilmu yang luas. Ia kemudian menurunkan ilmu-ilmu yang mendukung pemahaman lebih lanjut, seperti ilmu tafsir dan azbabun nuzul. Ilmu-ilmu ini telah ditulis oleh ulama terdahulu dan penulisannya dibuat dalam bahasa Arab. Maka memahami bahasa Arab menjadi lebih penting untuk menguasai ilmu-ilmu turunan Al-Qur’an tersebut.

Mengetahui dan memahami bacaan sholat

Hubungan kita dengan Al-Qur’an terjadi setiap saat. Saat kita membacanya, kita sedang terhubung dengannya. Ketika di luar bacaan pun, hati yang terhubung dengan Al-Qur’an menuntun kita untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Kita jadi merasa senang dan ikhlas ketika berbuat baik dan hati akan merasa tidak nyaman ketika melakukan perbuatan buruk.

Namun, hubungan yang paling utama kita dengan Al-Qur’an adalah ketika kita sholat, ketika kita membacakan ayat-ayat-Nya di dalam sholat. Maka kembali lagi, kita perlu mengetahui memiliki pemahaman tentang Al-Qur’an. Dalam konteks mengetahui Al-Qur’an, kita mengacu pada fakta-fakta tentangnya, seperti menyadari surat dan ayat apa yang dibaca. Namun mengetahui itu saja tidaklah cukup. Ketika membaca surat dan ayat kita perlu pemahaman secara aktif, Pemahaman ini berupa kemampuan untuk menganalisis dan menempatkan fakta-fakta tersebut di dalam konteks surat dan kontek yang dibaca. Pemahaman ini membutuhkan pengetahuan turunan ilmu Al-Qur’an yang kita pelajari.

Usaha-usaha lainnya untuk melembutkan hati seseorang

Ada kalanya ketika kita ingin memperbaiki hati orang lain, kita tidak tahu cara yang tepat untuk melakukannya. Kita berujung pada friksi yang pada akhirnya merusak hubungan baik kita dengan orang lain.

Maka sikap yang tepat dibutuhkan sebelum mengusahakan diri untuk melembutkan hati seseorang. Kita perlu meluruskan niat kita, untuk apa kita ingin melembutkan hati orang lain. Apakah benar untuk memperbaiki karakter mereka? Atau kita memiliki perasaan ingin mendominasi orang lain dengan memiliki perasaan hati yang paling benar dan orang lain yang salah?

Kemudian aksi-aksi yang kongkrit bisa dilakukan: memperbaiki cara bergaul dengan orang lain, melakukan komunikasi yang baik, mengajak mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti kajian taklim, dan lain sebagainya.

Belajar dari Rasulullah SAW dalam berdakwah.

Aksi konkrit lainnya setelah memiliki niat yang lurus untuk melembutkan hati orang lain adalah mempelajari cara Rasulullah dalam berdakwah. Hal ini penting karena Beliau-lah manusia terbaik dan caranya dalam berdakwah adalah cara terbaik. 

Beliau menyampaikan kebenaran dengan penuh ketulusan dibarengi dengan sikap akhlaqul karimah. Selain itu, cara pendakwahan yang baik adalah dengan hikmah. Hikmah bukan tentang perkataan secara verbal, melainkan non-verbal. Hikmah adalah setiap tindakan baik yang kita lakukan sehingga orang lain dapat melihat dan menirunya. Untuk bisa menyampaikan dengan hikmah, kita membutuhkan hati yang bersih dan ikhlas dari dalam diri kita masing-masing. Kembali lagi, pemahaman yang baik bahwa Al-Qur’an adalah tentang diri kita mampu mendukung penyampaian hikmah yang ditujukan pada orang lain.

Hati yang mati

Menjauhi Al-Qur’an memiliki akibat yang buruk bagi seseorang. Hati menjadi keras. Ia mati, sehingga berujung pada penolakan ajaran-ajaran kebenaran dan kebaikan yang bersumber dari Al-Qur’an itu sendiri.

Untuk mengetahui hati yang mati, ada beberapa tanda-tanda yang dapat menjadi indikatornya: berani meninggalkan sholat (Tarkush Sholah), tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (Adzdzanbu bil farhi), tidak tersentuh hatinya bahkan menjauhi ayat-ayat Al-Qur’an (Karhul Qur’an), terus menerus berbuat maksiat (Hubbul ma’asyi), sibuk mengumpat, fitnah, dan berburuk sangka (Asikhru), sangat benci dengan nasihat baik dan para ulama (Ghodbul ulamai), tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan, dan akhirat (Qolbul hajari), gilanya pada dunia tanpa peduli dosa (Himmatuhul bathn), senang melihat orang susah dan menderita (Anaaniyyun), tidak pernah bersyukur kepada Allah (Kufur Nikmat).

Maka introspeksi diri kita. Adakah tanda-tanda tersebut dalam diri kita masing-masing?

Mencari jawaban atas permasalahan

Apakah Al-Qur’an dapat memberi jawaban dari semua permasalahan kita? Al-Qur’an adalah petunjuk yang dimana permasalahan memiliki solusi yang dapat ditemukan dari hati yang bersih dan sehat. Ini konsep awal yang harus dipahami sebelum mencoba menemukan secara spesifik surat dan ayat yang berkaitan dengan masalah keduniawian kita.

Pendekatan yang dapat dilakukan adalah, diantaranya pelurusan niat untuk mendapatkan petunjuk, menganalisa kisah-kisah permasalahan umat terdahulu dalam Al-Qur’an untuk mencari solusinya, menemukan keterkaitan ayat di dalam indeks Al-Qur’an, dan bertanya pada ahli yang memiliki ilmu dan kompeten.

Menjaga konsistensi (istiqomah)

Ketika kita merasa bosan, kurang semangat, capek, atau hal-hal lain yang menghambat usaha pemahaman kita terhadap Al-Qur’an, disanalah saat kita harus menjaga konsistensi (istiqomah) untuk selalu tetap terhubung dengannya.

Cara-cara yang dapat dilakukan adalah, diantaranya kembali mengingat komitmen yang sudah dibuat, memiliki teman yang saling mengingatkan atau bergabung dengan komunitas Al-Qur’an, dan memohonkan doa untuk keberkahan waktu dan usaha yang dilakukan.

Menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an setelah Ramadhan

Dalam bulan Ramadhan, semangat untuk melakukan kebaikan selalu tinggi, termasuk dalam mempelajari dan memahami Al-Qur’an. Lalu ketika bulan suci telah berlalu, muncul kembali perasaan-perasaan yang dapat menurunkan konsistensi hubungan kita dengan Al-Qur’an.

Memahami konsep Ramadhan adalah bulan dimana kita melakukan “training” yang akan melatih kedekatan dengan Al-Qur’an di luar Ramadhan adalah penting. Di bulan Ramadhan, kita membiasakan diri untuk mengatur waktu dan prioritas ibadah sehingga setelah Ramadhan, kebiasaan itu seharusnya dapat dijaga dan diteruskan.

Memanfaatkan kesempatan selama Ramadhan untuk membersihkan hati juga dapat dilakukan. Kita memohon ampunan untuk membersihkan hati. Kita juga memohonkan keberkahan yang terus mengalir setelah Ramadhan.

Perbaikan diri secara terus-menerus

Pada akhirnya, kita telah paham bahwa kita membutuhkan Al-Qur’an untuk menjaga kesucian hati. Tapi hati kita masih terasa kaku untuk selalu menjaga hubungan kita dengan Al-Qur’an. Maka bagaimana solusinya?

Perbanyak istighfar, memohon ampunan pada Allah SWT. Hati yang masih keras menutup kemungkinan masuknya ilmu dan hikmah, sehingga dengan istighfar hati akan menjadi lunak atas izin Allah SWT.

Lakukan shalat taubat. Kita tidak lepas dari kesalahan dan perbuatan dosa. Pahami dan introspeksi diri untuk menjadi kesalahan-kesalahan tersebut kemudian bertobat untuk tidak melakukannya kembali. Ampunan Allah lebih luas daripada banyaknya dosa yang kita lakukan.

Ingatlah Allah sepanjang waktu. Jangan lepaskan satu momen pun ketika lisan tidak menyebut-Nya. Dzikir pagi dan sore bisa menjadi sarana untuk melatih kebiasaan ini.

Hilangkan pemikiran-pemikiran negatif yang dapat menjauhkan diri dan hati dengan Al-Qur’an. Seketika itu muncul, seketika itu pula kita ingat bahwa kita sedang dan akan selalu memperbaiki hati dan pikiran sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.

Miliki orang lain yang mengingatkan sepanjang waktu. Bergaullah dengan sesama ahlul Quran. Mereka yang membantu kita ketika kita sedang jatuh. Mohonkan pada Allah agar kita dipersatukan dengan orang-orang yang mencintai Al-Qur’an. Mereka akan selalu mengingatkan pentingnya hubungan yang kuat antara hati dengan Al-Qur’an.

Salam,

Panitia Matrikulasi Komunitas NAK-ID Batch 3

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s