[MFA2020] Cinta Allah Memelukku – Relung Fajar Sukmawati


Aku pernah mengidap penyakit hingga membuatku jatuh pada lubang kesedihan, tiada hari tanpa diisi oleh ketakutan, kekhawatiran, dan pula tangisan. Aku mencoba untuk menceritakan kekalutanku pada orang lain yang kurasa mampu membantu. Aku justru bingung sendiri karena terlalu banyak masukan yang kudapat. Akhirnya, aku menjadikan media sosial sebagai tempat untuk mencurahkan segala bentuk kegundahan. Harapanku semoga akan ada satu atau dua orang teman yang sempurna memahamiku.

Suatu ketika, tanpa sengaja aku melihat postingan salah satu teman yang berisi kalimat-kalimat ustadz Nouman Ali Khan tentang reconnect with al-Quran. Aku tertarik, mengikuti akun instagram NAK Indonesia dan mensubscribe channel youtube beliau yang bersubtitle Indonesia. Aku suka penjelasannya, masuk akal dan mengena di hati. Aku hampir menonton semua kajian ustadz Nouman, sampai pada tema yang menjelaskan tentang bolehnya bersedih.

Bermula dari pertanyaan saudara-saudara nabi Yusuf kepada nabi Yakub yang tak berhenti bersedih semenjak kepergian nabi Yusuf. Nabi Yakub menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ ﴿٨٥﴾ قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٨٦﴾

“Mereka berkata, “Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau (mengidap penyakit) berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa. Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”

(QS. Yusuf (12): 85-86)

Sesungguhnya, hanyalah Allah yang mampu memahami segala bentuk emosi manusia. It’s oke to be sad. Tetapi, sebisa mungkin jangan sampai kita menangis di depan manusia. Menangislah di hadapan Allah swt. Allah swt. tidak pernah sekalipun menolak kesedihan seorang hamba. Seberapa kecil atau remeh masalah kita, Allah swt. tetap akan menghibur. Ia tak mungkin meninggalkan atau mengolok kita sebagai manusia lemah yang banyak mengeluh.

Deep, sangat dalam

Sejak itu aku sadar terlalu sering mengandalkan manusia untuk menyelesaikan masalahku. Harapan yang terlampau tinggi pada bantuan manusia membuatku terluka. Belum lagi ketika aku mendengar ucapan bahwa aku perempuan lemah, suka curhat di medsos, dan terlalu mudah terbawa perasaan.

Aku tak ingin terus-menerus seperti ini, aku mulai melatih diri untuk senantiasa menambah keyakinan pada Allah Swt, memperbanyak tadabur al-Qur’an, menambah pemahaman tentang hakikat shalat, mendengar kajian tentang bagaimana caranya menambah kenikmatan beribadah, terutama saat membaca kalam-kalam Allah Swt.

Lambat laun, slow but sure, aku mulai merasa ada perubahan di hidupku. Frekuensi curhat di media sosial mulai berkurang bahkan semakin jarang dan insyaallah akan mendekati “tidak pernah”. Saat ini aku aktif menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah dengan membagikan tulisan-tulisan. Setiap kali ada masalah, aku berusaha memecahkannya sendiri, menangis seorang diri sembari menceritakan pada-Nya.

Setiap kali duka menyapa, ambil dan bacalah al-Qur’an. Paksa lisan untuk melantunkannya secara  perlahan, bimbing hati agar turut serta meresapi. Maka insyaallah, kedamaian akan kita rasakan, perubahan besar dalam menyikapi hidup akan kita saksikan. Barangkali, ketiadaan konektivitas kita pada al-Qur’an karena kita hanya sekedar melafadzkannya saja, ditambah dengan tempo membaca yang terlampau cepat.

 

 

Penulis: Relung Fajar Sukmawati

Sumber inspirasi:  https://youtu.be/zPc8VM5tuWY

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s