Akhir-akhir ini sangat digencarkan kampanye hidup bersih dan sehat. Bahkan ada hikmah yang bisa kita petik dari wabah yang mengerikan ini.
Sayangnya, kampanye untuk kesehatan mental masih belum terlalu gencar, ya.
Seperti orang asam urat yang harus mulai pilah pilih makanan, maka saya juga merasa perlu untuk mengetahui seni untuk mengendalikan diri agar mental tetap sehat.

Salah satu ayat Al-Qur’an yang saya rasa cukup signifikan mengubah pola pikir dan cukup membantu saya adalah ayat berikut:
وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ
“Dan kami lenyapkan segala dendam (ghill) yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (Al-Hijr: 47)
Sebuah video di channel YouTube Ustaz NAK menjelaskan bagaimana kata “ghill” yang di Al-Qur’an terjemahan Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “dendam” ternyata punya makna kata yang jauh lebih dalam. Kata tersebut juga digunakan untuk menggambarkan lapisan dalam baju zirah, yang bertugas melindungi tubuh dari gesekan bahan metal, namun sangat tidak nyaman dipakai. Akar kata ghill juga digunakan untuk menggambarkan cairan yang keluar dari tanaman busuk yang pasti rasanya masam tidak karuan. Dapat disimpulkan bahwa kata ghill bukan hanya soal dendam, tapi rasa tidak nyaman, dan rasa masam di hati kita yang disebabkan perbuatan orang lain.
Dan ghill jelas memiliki imbas kepada kesehatan mental. Terbayang saja, seseorang yang dizalimi terus-menerus, atau merasa seperti itu, sangat mungkin, di satu titik, ia akan runtuh secara mental.
Lalu, apa kaitan ayat ini dengan perubahan pola pikir saya dalam menghadapi masalah?
1. Menyadari bahwa Allah Ar-Rahman Ar-Rahiim tidak berharap kita menjadi superhuman. Allah Maha mengetahui ciptaan-Nya. Kelak Allah lah yang akan mengangkat ghill dari hati kita. Hati kita milik Allah, sehingga apapun yang terjadi di dalam-Nya adalah kehendak-Nya. Jadi, saya minta ketenangan hati, dan minta agar hati bersih dari ghill hanya kepada Allah SWT.
2. Ketika kita merasa ada rasa “asam” dan “tidak nyaman” di hati kita, alias ghill (saya sengaja tidak menggunakan kata “dendam”, karena dendam cenderung memiliki konotasi bahwa ada niat buruk di dalamnya), it’s normal. Bahkan, hey, manusia yang masuk surga pun tidak bebas dari ghill. Dan itu lumayan membantu saya untuk lebih mudah menerima dan memaafkan diri saya sendiri. Dan memotivasi saya untuk lebih banyak belajar lagi. Karena ternyata, kurangnya pengetahuan justru bisa merugikan diri sendiri.
3. Apabila kita terlibat konflik, yang menyebabkan hadirnya ghill di hati kita, bukan berarti orang tersebut jahat sepenuhnya. Di video penjelasan ayat tersebut Ustaz NAK juga mengatakan, bahwa seburuk-buruknya perbuatan seseorang, terlalu berlebihan jika kita berharap ia sampai disiksa di neraka, selamanya.

Indeed, jika kita mulai merasa tidak nyaman terhadap orang lain yang membuat masam hati kita, bukankah lebih baik kita mendoakan dia saja. Toh kelak jika Allah izinkan kita bertemu dia lagi di janah, kita akan duduk berhadap-hadapan, dengan hati yang telah dibersihkan oleh Allah swt. dari perasaan tidak nyaman itu.
Memaafkan diri sendiri dan orang lain belum pernah terasa lebih mudah sebelumnya. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan tuntunan kepada manusia.
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah swt. Happy Fasting Ramadan 2020.
__
Video referensi: https://youtu.be/kkHw9EiLa-w
Ditulis oleh: Widya Emilia
will be my favorite ayat,thank u ❤️
LikeLike