Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdulillah 4 hari yang lalu (Sabtu, 25 April 2020, 20.30–22.00) Yayasan Bayyinah Quran Indonesia (YBQI) telah mengadakan Kulwap “Tetap Bahagia Ketika #dirumahaja” Bersama Pariman.
Sebelum masuk ke resume kulwap, kita kenalan dulu yuk sama narasumber kita.
Sekilas Tentang Narasumber
Pariman adalah seorang psikolog, yang juga sekaligus penulis.
Beberapa buku hasil karyanya:
- MASTER from minder (Bisa Sukses dengan Kemampuan Terbatas);
- Langkah SMART: Jadi Pribadi Hebat, Banyak Manfaat;
- Bismillah Kami Menikah; dll.
Selain tertarik dengan pengembangan diri, dia juga tertarik dengan dunia parenting dengan mengembangkan Modul Supportive Parenting.
Sebelum menggagas Psikologi Menjawab www.psikologimenjawab.com, ia bersama rekan sejawat menginisiasi forum bulanan terapi “Mind Freedom” dan “Mind Happiness” untuk memberikan bantuan dalam penyelesaian hambatan-hambatan psikologis dan peningkatan optimalisasi potensi diri.
Materi dari Mas Pariman
Sebelum sesi diskusi, kami diberi bekal materi sebagai berikut:















Selain berupa slide, Mas Pariman juga menjelaskan secara sangat ringkas, materi 14 slide tersebut di channel Youtube-nya yang berdurasi sekitar 40 menit.
Itulah materi dan penjelasan yang padat bergizi dari Mas Pariman, Alhamdulillah merasa mulai tercerahkan dan mendapat energi positif ya. Sekarang kita lanjut ke sesi tanya-jawab.
Q&A — 1
Q: Bagaimana caranya bisa tetap bahagia, atau setidaknya menjaga diri dari pikiran-pikiran negatif yang berlebihan, saat orang-orang di sekitar kita sedang mengalami kekhawatiran dan kesusahan?
A: Bahagia dan sedih adalah bagian dari kehidupan. Yang terpenting adalah tidak berlebih-lebihan dan menghilangkan produktivitas. Wajar merasa bahagia/tidak bahagia. Yang harus kita jaga adalah perasaan positif.
Letakkanlah bahagia di dalam hatimu bukan pada benda atau sesuatu yang ada di luar dirimu.
Agar kemanapun kita bahagia tetap kita bawa. Karena bahagia adalah keputusan batin kita sendiri.
Seorang ulama besar, Ibnu Taimiyyah, beliau dipenjara tanpa ada proses pengadilan, tapi beliau gunakan saat-saat di penjara untuk merenung dan tetap berdakwah menyampaikan kebaikan kepada orang-orang di situ. Masya Allah.
Sesungguhnya surgaku ada di hatiku. Ke manapun aku pergi dia selalu bersamaku. Apabila aku dipenjara maka itu adalah khalwatku (berduan-duaan) dengan Allah, apabila aku dibunuh maka syahadah (kesyahidan) bagiku, dan apabila aku diusir maka itu merupakan syiyahah (perjalanan di jalan Allah).”
— Ibnu Taimiyyah
Jadi cara menjaga pikiran kita ketika kita berada di lingkungan negatif adalah
- Clear-kan informasi yang kita terima. Benar/salah. Konfirmasi dari sumber yang terpercaya.
- Jika membutuhkan bantuan, carilah orang yang ahli di bidangnya.
Q&A — 2
Q: Saya lagi rutin “meditasi” tiap hari. Bentuk meditasinya adalah dengan duduk di lantai dengan tenang, dan bernafas saja, tapi dengan “sadar”, menyadari nafas, dengan tujuan diantaranya untuk melatih mindfulness dan ketenangan. Sebenernya dalam pandangan Islam, bentuk olah nafas/meditasi seperti itu, hukumnya apa ya? Apakah mubah/boleh? Atau haram/tidak boleh dilakukan?
A: Kalau tentang hukum ini di luar kapasitas saya. Tetapi dari apa yang saya pahami (silakan nanti cari referensi lainnya), jika sesuatu itu bukan untuk ibadah maka menurut saya boleh-boleh saja.
Bagi saya meditasi tertinggi adalah kita tetap mindful di dalam keramaian. Kita masih terhubung dengan Allah di saat keramaian, seperti dalam sholat. Ketika kita selalu terhubung dengan Allah itulah saat kita di fase mindful. Di saat kita menanggalkan ego kita, maka alasan kita beraktivitas hanya karena Allah. Kita akan berpikir yang akan membalas kita adalah Allah bukan orang lain.
Kadang yang membuat kita tidak bahagia adalah tuntutan.
Contohnya: ketika kita mencintai seseorang maka orang tersebut harus mencintai balik. Juga ketika kita berbuat baik pada orang, kita berharap orang itu juga akan berbuat baik pada kita. Itu yang membuat kita tidak bahagia.
Begitu juga dengan kerja, ketika kita kerja keras hanya karena kontrak dengan atasan dan perusahaan tapi kemudian misalnya gaji tidak sesuai maka kita tidak bahagia.
Jadi cara untuk menghilangkan rasa tidak bahagia adalah jadikan kerja sebagai bentuk transaksi dengan Allah.
Ada kebaikan yang ketika tidak terbalas oleh makhluk maka akan Dia berikan dari arah tak terduga. Biarkan Allah yang menilai, tetap lakukan yang terbaik. Jangan jadikan kekurangan balasan kebaikan kita itu sebagai rongga untuk tidak bahagia.
Q&A — 3
Q: Terima kasih Pak Pariman atas pemaparannya. Pemaparannya mengingatkan agar tetap percaya dan berdoa kepada Allah dalam setiap kondisi termasuk kondisi saat ini, asal kita tahu apa yang bisa kita syukuri, InsyaAllah kita bisa bahagia.
Tempo lalu saya membaca artikel tentang banyak anggota keluarga yang berkonflik di tengah pandemi COVID-19 ini, mungkin karena terlalu lama stay at home atau faktor lainnya, sepeti kesulitan ekonomi. Pertanyaaanya, bagaimana cara menjaga kesehatan mental keluarga dan memanfaatkan keadaan ini untuk membangun komunikasi yang positif dalam keluarga, bagi yang jauh dengan keluarga maupun bagi yang stay at home bersama dengan keluarga?
A: Coba kita identifikasi dulu, masing-masing anggota keluarga butuh apa? Lalu cari solusi sesuai kebutuhannya. Misalnya:
- Kebutuhan fisiologis = ekonomi, cara mendapat penghasilan, cari peluang walau di rumah tapi tetap bisa produktif dan menghasilkan uang. Dengan teknologi, internet, belajar keterampilan baru.
- Kebutuhan untuk dihargai. Penting untuk saling support satu sama lain. Bangun komunikasi yang positif. Tidak menghakimi. Jangan sungkan untuk memuji.
- Dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan rasa aman, aktualisasi diri.
Jadikanlah situasi saat ini untuk memperkuat bonding dalam keluarga. Beraktivitas bersama-sama. Sediakan ruang sesuai kebutuhan anggota keluarga, misal anak-anak untuk bermain, orang tua untuk membaca buku. Jadi tetap saling menjaga privasi masing-masing.
Variasi aktivitas juga penting agar tidak bosan, misal dengan bermain bersama. Atau bisa juga dengan pembagian waktu 24 jam, ada saat serius, ada saat santai, ada saat masing-masing, ada saat bersama-sama. Ini bisa ditentukan dengan cara rembukan (ngobrol dan diskusi bareng).
Bagi yang saat ini terpisah dengan keluarganya, tetap jaga komunikasi. Jadikan momen ini untuk menunjukkan bahwa yang namanya kasih sayang itu gak harus selalu dekat-dekatan.
Di situlah seninya bahwa jarak akan memberikan kita pemahaman pentingnya arti satu sama lain. Kita jadi merasakan kangen, rindu…
Pariman
Analogi lainnya adalah hadapi seperti misalnya kita menerima paket lalu bungkusnya gak bagus, jangan langsung menghakimi bahwa dalamnya juga gak bagus. Kehidupan juga seperti itu. Sama seperti kesuksesan, yang tampak dari luar adalah orang yang bekerja sangat keras, tidurnya malam, selalu tampak sibuk, akhirnya dia bisa memperoleh kesuksesan dengan perjuangan yang berat tadi.
Closing Statement dari Mas Pariman
Jadi marilah kita bersama-sama menjadikan momen pandemi COVID-19 ini sebagai waktu untuk menyelami diri kita sendiri.
Memaknai setiap peristiwa lebih dalam. Memahami kebaikan lebih jauh, bukan sekadar setelah berbuat baik lalu welfie dan upload di media sosial.
Di sini kita belajar tentang esensi dari segala sesuatu.
- Apa sih arti kasih sayang kepada orangtua (?)
- Apa sih arti pulang kampung sebenarnya (?)
- Apakah kehadiran fisik di rumah atau ada sesuatu yang lain (?)
Mari kita renungkan bersama dan semoga apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat.
Mari berkolaborasi, meluaskan kebaikan, mendatangkan keberlimpahan.
Jazakumullah khairan teman-teman🙏
Untuk Mas Pariman atas sharing ilmunya, jawaban dengan solusinya yang mencerahkan dan bikin tenang, serta kesediaan mendengarkan curhat kami.
Dan juga buat teman-teman yang sudah bergabung di sini, semoga mendapatkan manfaat dan berkah dari kulwap malam ini🙏
Semoga Allah kuatkan kita, semoga kita semua lulus ujian-Nya🤲. Aamiin yaa Rabb.
Note: Resume ini boleh dibagikan ke keluarga dan teman-teman yang lain, semoga semakin banyak yang teredukasi dan mengambil manfaat dari kulwap ini. Insya Allah.