Bismillaahirrahmaanirrahiim …
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh
Pernah ada satu masa, di mana saya mengalami titik terendah dalam hidup. Banyak masalah datang silih berganti dan entah mengapa kondisi iman saya saat itu pun sedang turun. Beruntung, Allah mengirimkan seorang sahabat yang mau mendengarkan keluh kesah dan cerita saya. Namun, dari seluruh nasihat yang ia berikan, semua terangkum dalam 3 kata.
Sabar, syukur, ikhlas.
Sampai satu waktu, persahabatan kami merenggang dan kami harus memilih jalan hidup masing-masing yang membuat komunikasi pun tidak lagi memungkinkan untuk dilakukan sesering sebelumnya. Dia memilih jalannya, saya pun memilih jalan yang berbeda, dan kami belajar untuk menyelesaikan masalah kami masing-masing.
Kita semua tahu bahwa dalam hidup ini masalah tidak mungkin terjadi satu kali selesai. Akan ada ujian dan cobaan yang Allah berikan sepanjang hidup. Sama halnya dengan saya. Ketika kejadian itu terulang—masalah datang silih berganti dan kondisi iman sedang turun—saya selalu mengingat 3 kata yang seolah sudah menjadi mantra hidup ini.
Sabar, syukur, ikhlas.
Kerinduan saya pada sahabat saya itu memuncak. Saya bingung dengan hal-hal yang terjadi dalam hidup saya, seolah semua berantakan. Bahkan sempat saya berpikir dan berkata, “Andai ada dia, pasti aku bisa menceritakan semua ini dan mendapat nasihat darinya.”
Lalu saya tersadar bahwa pikiran itu tidak baik. Berandai-andai untuk suatu hal dan seolah menggantungkan diri pada manusia, bukankah itu artinya kita tanpa sadar menduakan Allah? Seharusnya kan diri ini hanya bergantung pada Yang Maha Kuasa, kan?
Kesadaran itu membuat saya membuka kalam-Nya, Al-Qur’an. Barangkali, ada jawaban dari segala kerumitan hidup yang sedang saya alami ini.
Kau tahu di ayat mana diri ini dipertemukan?
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيّٖ قَٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٞ فَمَا وَهَنُواْ لِمَآ أَصَابَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا ٱسۡتَكَانُواْۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٤٦
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” [Ali ‘Imran:146]
Seketika air mata pun mengalir deras dan tidak kunjung berhenti.
****
Ya, ayat tersebut menjadi salah satu ayat favorit saya. Terlebih pada bagian akhirnya, وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ , dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
Saya pernah mendengarkan penjelasan Ustaz Nouman Ali Khan tentang sabar. Bahwa sabar bukan hanya sekedar dalam ucapan, tetapi juga tercermin dari perilaku. Sabar bukan berarti menyerah pada keadaan, tetapi tetap berusaha melakukan hal yang mampu dilakukan untuk bangkit dari keterpurukan. Ketika sabar terinternalisasi dalam diri, ia tidak akan mudah dilemahkan oleh musibah yang terjadi dan tidak akan menyerah begitu saja pada keadaan karena akan terus berusaha memperbaiki keadaan sembari berserah pada Allah.
Dan Allah, mencintai orang-orang yang sabar.
Siapa yang tidak mau menjadi hamba yang dicintai oleh Allah?
Tapi, memangnya sabar itu gampang?
Ya, pertanyaan itu pasti akan muncul dalam benak setiap pribadi, termasuk saya. Mungkin, sabar memang bukanlah sebuah aksi yang mudah. Tetapi, Ustaz Nouman mengatakan bahwa sabar akan lebih mudah jika kita mengingat satu hal.
Bahwa diri ini milik Allah dan akan kembali pada Allah. Artinya, hidup ini tidaklah permanen. Jika hidup saja tidak permanen, apakah masalah yang terjadi akan permanen dan terjadi selamanya?
Semua tergantung pada perspektif diri, bagaimana kita memandang dan memprioritaskan segala sesuatu. Termasuk bagaimana kita memandang masalah dan posisi diri ini di hadapan Allah. Diri ini tidak permanen, masalah pun tidak permanen.
Pada akhirnya, diri ini tersadar kembali bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup, terjadi atas izin Allah. Berserah pada Allah dan terus mengusahakan yang terbaik adalah jalan satu-satunya untuk terlepas dari permasalahan. Tentunya, diiringi kesabaran yang tiada henti. Dari sinilah, saya terus berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesabaran, serta keyakinan pada Allah sembari mengusahakan yang terbaik dengan semaksimal mungkin jika dipertemukan dengan masalah hidup.
Bersabarlah, tetap tegak di atas keyakinan pada Allah dan berdoa agar Allah menguatkan diri untuk menyelesaikan masalah satu per satu.
Bersabarlah, insyaallah cinta dari-Nya akan didapatkan dengan kesabaran tiada henti. Bukan menyerah pada keadaan, tetapi kembali mengingat bahwa semua terjadi atas izin-Nya dan akan selesai atas izin-Nya. Tugas kita adalah berusaha, biar Allah yang menyelesaikan semuanya.
Bersabarlah, niscaya Rasulullah saw. akan memberi penghargaan dan ucapan selamat bagi mereka yang senantiasa bersabar. Penghargaan yang luar biasa bukan?
“Things are put in perspective. Putting things in perspective makes you worry about what really matters. When you don’t put things in perspective, you can focus on the wrong thing.” – Nouman Ali Khan
__
Video referensi:
Sabr (Patience) & its Reward | Nouman Ali Khan | illustrated | Subtitled https://www.youtube.com/watch?v=wLhbIjW45ME
Surah 3 Ali Imran Ayat 146 by Nouman Ali Khan https://www.youtube.com/watch?v=wBLXeEtGN5s
Ditulis oleh: Anisa Zahra WN (IG: @anisaanza)