Jangan Tertawakan Relawan – Jangan Tertawakan Volunteer


Volunteers
Tadabbur At-Tawbah 79

***

Musim Covid-19 ini alhamdulillah banyak dermawan bermunculan. Bagi-bagi sembako di jalan. Sumbangan sukarela teman-teman seangkatan, untuk sedikit meringankan beban. Sumbangan kolektif dari warga di komplek-komplek perumahan. Diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Anda mungkin termasuk salah satu di dalamnya. Yang memberi sumbangan itu. Kecil atau besar. Sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Atau Anda ikut jadi sukarelawan di Satgas penanganan Covid-19. Memberikan sebagian waktu dan usaha untuk sesama.

Ketika orang berlomba-lomba bersedekah, kadang-kadang jadi terlihat siapa, atau siapa saja, yang kontribusinya besar. Bahkan sangat besar. Ada orang-orang yang lantas berkomentar, “Dia mah emang suka pamer.” Entah diucapkan dalam kata-kata atau dibisikkan dalam hati saja.

Lalu ada yang nyumbangnya kecil. Malah ada yang nyumbangnya tenaga aja. Itu pun mungkin sebisanya. Muncul lagi komentar, kali ini meremehkan sumbangan yang terkesan negligible alias bisa diabaikan ini. Mereka tega making fun of them as kontributor “kelas teri”. Entah mereka terdengar ngakak sampai ke ujung erte sebelah. Atau ngakak dalam hati.

Perilaku seperti itu, lack of appreciation terhadap contributors dan volunteers, sudah ada sejak 1400 tahun yang lalu. Diabadikan di Shahih Bukhari No. 1326 versi Al-Alamiyah. Atau No. 1415 versi Fathul Bari.

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ الْحَكَمُ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ آيَةُ الصَّدَقَةِ كُنَّا نُحَامِلُ فَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِشَيْءٍ كَثِيرٍ فَقَالُوا مُرَائِي وَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ فَقَالُوا إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنْ صَاعِ هَذَا فَنَزَلَتْ { الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ } الْآيَةَ

Ceritanya berasal dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Saat itu orang berlomba-lomba bersedekah. Ada yang sedekahnya banyak, lalu dianggap pamer. Ada yang sedekahnya sedikit, lalu dicibir.

Maka turunlah ayat 79 surah At-Taubah:

ٱلَّذِینَ یَلۡمِزُونَ ٱلۡمُطَّوِّعِینَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ فِی ٱلصَّدَقَـٰتِ وَٱلَّذِینَ لَا یَجِدُونَ إِلَّا جُهۡدَهُمۡ فَیَسۡخَرُونَ مِنۡهُمۡ سَخِرَ ٱللَّهُ مِنۡهُمۡ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمٌ

Terjemahannya oleh Sahih International:

Those who criticize the contributors among the believers concerning [their] charities and [criticize] the ones who find nothing [to spend] except their effort, so they ridicule them – Allah will ridicule them, and they will have a painful punishment.

Orang-orang munafik itu mencela orang-orang beriman yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak punya apa-apa, atau tidak punya banyak, untuk disedekahkan selain sekedar kesanggupannya.

Aku merasa perlu untuk memeriksa hatiku. Apakah hatiku lirih membisikkan kata “pamer” kepada mereka yang kontribusinya besar? Apakah hatiku membisikkan kata-kata “piece of cake” kepada
mereka yang kontribusinya dianggap hanya sebesar biji sawi? Sampai hatikah aku ngakak dalam hati?

Ustadz Nouman juga menyebutkan kata volunteers saat membahas kata “muththawwi’iin” yang ada di at-Tawbah 79 itu. Di Bayyinah TV, bagian Concise Commentary. Yang bikin makin menarik, Ustadz Nouman juga menyebutkan kata “tathawwa’a” yang ada di al-Baqarah 158. Yang berarti, “to voluntarily does something.” Secara sukarela ikut berkontribusi. Besar maupun kecil.

Ada sebuah frasa yang indah, menurut Ustadz Nouman, di ayat ke-79 tadi, “laa yajiduuna illaa juhdahum. ”The ones who find nothing to spend except their effort.” Tidak punya apa-apa kecuali usaha mereka.

Semoga Allah bersihkan hatiku. Meski mungkin aku juga volunteer dalam skala tertentu, tapi hatiku bisa tergoda untuk komen atau berbisik melihat volunteers yang lain. Allah tidak suka dengan mereka yang menertawakan para volunteers. “Fayaskhoruuna minhum sakhirolloohu minhum.” They make fun of volunteers, Allah will make fun of them. Allah akan menertawakan orang-orang yang menertawakan volunteers. Di Hari Pembalasan, yang pasti akan datang.

Di mush-haf Al-Qur’an Madinah, antara frasa “fayaskhoruuna minhum” dengan “sakhirolloohu minhum”, ada tanda waqf laa (لا) yang berarti ga boleh berhenti. Ga boleh baca “fayaskhoruuna minhum” terus berhenti, ga boleh. Bacanya harus “fayaskhoruuna minhum sakhirolloohu minhum” tanpa berhenti. Mereka menertawakan para sukarelawan (ga boleh berhenti) Allah akan menertawakan mereka. Luar biasa ya, bagaimana Allah menghargai para volunteers.

Bersihkan hatiku ya Allah. Bikin lock-down mulut dan hatiku dari berkomentar atau berbisik menertawakan para sukarelawan. Aku tidak ingin jadi bahan tertawaan-Mu saat kita nanti bertemu.

***

Ditulis oleh Heru Wibowo

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s