Oleh: Heru Wibowo
Story Resume of Rediscovering The Al Fatihah: Bagian 1.
***
Kejadiannya sudah lebih dari 8 tahun yang lalu. Sabtu malam, 7 September 2013. Mereka berkumpul di Singapura. Bersama-sama mencoba menemukan kembali sebuah surat yang hilang.
Surat itu sebenarnya tidak benar-benar hilang. Surat itu ada di dekat mereka. Surat itu, mereka sering ketemu malah. Bahkan surat itu sering mereka baca. Bahkan surat itu sering mereka dengarkan.
Maka malam itu mereka kompakan. Menyelam bersama-sama. Di samudera al-Fatihah. Tiga jam lamanya. Kok begitu lama? Karena mereka ingin p-d-k-t lagi dengan surat itu. Kini dengan pendekatan yang berbeda. Bener-bener merhatiin al-Fatihah dengan sangat teliti. Ga seperti biasanya.
Biasanya, al-Fatihah itu TFG. Taken for granted. Diterima begitu saja. Dibaca begitu saja. Didengarkan begitu saja. Ga nempel di jiwa.
Maka ekspedisi penemuan kembali mutiara al-Fatihah itu pun dimulai. Meski tak mudah, malam itu. Malam minggu, pula.
Maka harus dipastiin supaya semua yang hadir tetap stay-tuned belajar. Maka harus dipastiin supaya semua yang hadir ikut berpartisipasi. Termasuk: menjawab pertanyaan jika ditanya. Termasuk: berpura-pura menggerakkan bibir jika ga bisa jawabnya. Ga keluar suaranya juga gapapa.
Dari usaha pencarian mutiara al-Fatihah malam itu, apa yang mereka temukan?
Komplit Turun Pertama
Al-Fatihah adalah surah terbaik di Al-Qur’an. Ditempatkan di posisi pertama.
Al-Fatihah adalah juga surah yang komplit turun pertama.
Bentar. Bukannya iqra’ yach, yang turun pertama?
Ya. Iqra’ atau iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq adalah ayat yang pertama diturunkan. Ayat ya, bukan surah. Iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq adalah ayat pertama dari surah ke-96. Surah Al-’Alaq. Surah Al-’Alaq sendiri terdiri dari 19 ayat. Kesembilanbelas ayat itu tidak turun di saat yang sama. Kesembilanbelas ayat itu baru komplit diturunkan setelah keseluruhan ayat dari Al-Fatihah komplit diturunkan.
Tinggal kita teliti mendengar pertanyaannya. Kalo yang ditanyakan adalah ayat yang pertama turun, berarti iqra’ bismi rabbikal ladzii kholaq. Kalo yang ditanyakan adalah surah yang pertama turun, berarti Al-Fatihah.
Ayat Pertama Fatihah
Ayat pertama dari surah al-Fatihah adalah bismillaahirrahmaanirrahiim. Itu yang selama ini saya tahu. Itu yang pernah saya pelajari. Itu juga yang terdapat dalam mushaf Al-Qur’an yang biasa saya pakai.
Tapi tidak semua ulama berpendapat seperti itu. Ada yang berpendapat bahwa ayat pertama al-Fatihah adalah alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Dasarnya adalah sebuah hadits yang cukup populer. Dan cukup panjang. Riwayat Ahmad Nomor 7502.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dan tidak dibacakan di dalamnya Ummul Qur`an (al-Fatihah) maka ia adalah kurang, kurang dan tidak sempurna.”
*****
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: sesungguhnya aku membagi shalat menjadi dua bagian, satu bagian untuk-Ku dan satu bagian lagi untuk hamba-Ku, untuknya apa yang dia pinta.”
*****
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَءُوا يَقُولُ فَيَقُولُ الْعَبْدُ
{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }
فَيَقُولُ اللَّهُ حَمِدَنِي عَبْدِي
Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Bacalah.” Dia berkata; “Maka hamba membaca, “ALHAMDULILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.” Maka Allah berfrman; ‘Hamba-Ku telah memuji Aku.’
وَيَقُولُ الْعَبْدُ
{ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ }
فَيَقُولُ اللَّهُ أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي
Hamba berkata, “AR-RAHMAANIRRAHIIM.” Maka Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.”
فَيَقُولُ الْعَبْدُ
{ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ }
فَيَقُولُ اللَّهُ مَجَّدَنِي عَبْدِي
Hamba berkata, “MAALIKI YAWMIDDIIN.” Lalu Allah berfirman, “Hamba-Ku telah mengagungkan Aku.”
وَقَالَ هَذِهِ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي
Lalu Allah berfirman, “Ini adalah antara Aku dan hamba-Ku.”
يَقُولُ الْعَبْدُ
{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }
قَالَ أَجِدُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
Hamba berkata, “IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IIN.” Allah berfirman, “Aku mendapatinya untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan yang ia minta.”
يَقُولُ عَبْدِي
{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ }
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
Hamba-Ku berkata, “IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM. SHIRAATHAL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAYHIM. GHOYRIL MAGH-DHUUBI ‘ALAYHIM WALADH-DHAALLIIN.” Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Ini untuk hamba-Ku dan ia akan mendapatkan apa yang ia minta.”
Pliket, Tikokojot, dan Hamd
Pliket adalah Bahasa Jawa.
Tikokojot adalah Bahasa Sunda.
Hamd adalah Bahasa Arab.
Apa hubungannya?
Pliket biasa diartikan lengket. Kalo kita habis ngerujak. Dan sebagian tangan kita kena sambal. Sehingga tangan tidak bersih. Sehingga tangan terasa ada lemnya. Itulah pliket. Anak yang deket banget sama ibundanya, itu juga lengket, tapi bukan pliket.
Tikokojot biasa diartikan terjatuh. Kalo tali sepatu kita ada yang terlepas. Lalu kita menginjak tali sepatu itu dan terjatuh. Itulah tikokojot. Nginjak kulit pisang atau dibanting temen saat latihan karate, itu juga terjatuh, tapi bukan tikokojot.
Hamd biasa diartikan pujian. Atau segala puji. Kalo kita membandingkan diri kita dengan bumi. Lalu dengan matahari, galaksi, sampai akhirnya seluruh jagat raya, maka kita merasa kecil. Sangat kecil. Dan kita mengungkapkan pujian atas kebesaran-Nya.
Makna pliket bisa diwakili oleh kata lengket. Makna tikokojot bisa diwakili oleh kata terjatuh. Meski tidak benar-benar tepat.
Tapi makna hamd tidak bisa diwakili dengan kata pujian. Karena hamd masih menyimpan makna yang lain, yaitu terimakasih.
Kata hamd dalam bahasa Arab artinya ada dua. Pertama adalah pujian (praise). Kedua adalah terima kasih (thanks). Jadi hamd artinya adalah pujian dan terima kasih (praise and thanks). Tidak bisa diwakili hanya oleh kata ‘pujian’ saja.
Mal dan Juru Parkir
Sebuah mal telah berdiri. Megah, mewah, indah. Anak muda itu bergumam memujinya. Bersyukur dong, dengan dibangunnya mal ini? Boro-boro. Kan dia harus lewat depan mal itu tiap hari. Macetnya minta ampun. Berangkat kuliah harus lebih awal. Biar ga telat nyampe kampus.
Di kampus, anak muda itu terburu-buru. Saking takut telat, kunci motornya masih nempel. Untungnya diamankan sama mas juru parkir. Dikembalikan saat anak muda itu selesai kuliah. Anak muda itu sangat bersyukur. Berjuta-juta terima kasih untuk mas juru parkir. Tapi apakah anak muda itu memuji sang juru parkir? Ga juga. Dia kan kuliah di kedokteran. Yang dia puji adalah dokter-dokter yang juga jadi dosennya.
Pujian (praise) dan terimakasih (thanks) adalah dua hal yang berbeda.
Anak muda tadi memuji mal, tapi tidak berterimakasih kepadanya.
Sebaliknya, anak muda tadi berterimakasih kepada sang juru parkir, tapi tidak memujinya.
Alhamdulillah berarti segala puji (praise) dan terimakasih (thanks) adalah untuk Allah. Bukan pujian tanpa terimakasih. Bukan terimakasih tanpa pujian. Tapi dua-duanya.
Fir’aun, Azar, dan Juru Parkir
Fir’aun pernah mengadopsi Musa ‘alayhis salam. Mengizinkan Musa dibesarkan di istananya.
Azar adalah ayah Nabi Ibrahim ‘alayhis salam. Yang pembuat dan penyembah berhala itu.
Juru Parkir adalah sebuah peran yang muncul di Bagian 5 serial Surat yang Hilang.
Mereka bertiga, apa hubungannya?
Fir’aun layak mendapatkan ucapan terima kasih. Dari Musa ‘alayhis salam. Karena telah mengadopsi dan membesarkannya. Fir’aun mengharapkan ucapan terima kasih itu di Surah Asy-Syu’ara 26:18:
Alam nurabbika fiinaa waliidan wa labits-ta fiinaa min ‘umurika siniin.
“Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan keluarga kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami selama beberapa tahun.”
Musa ‘alayhis salam tahu berterimakasih. Maka beliau merespon harapan Fir’aun itu di Surah Asy-Syu’ara 26:22:
Wa tilka ni’matun tamunnuhaa ‘alayya.
“Itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku.”
Sekarang gantian Azar. Ayahanda Ibrahim ini sama saja dengan setiap orang tua di dunia. Yang berhak mendapatkan ucapan terima kasih dari anaknya.
Bahkan Allah memberi instruksi khusus soal ini di Surah Luqman 31:14:
Anisykurlii waliwaalidayk.
“Berterimakasihlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.”
Berterimakasih itu oke. Tapi mematuhi apalagi memuji, belum tentu. Seperti nasihat-Nya di Surah Luqman 31:15:
Wa in jaahadaaka ‘alaa an tusyrika bii maa laysa laka bihii ‘ilmun falaa tuthi’humaa.
“Dan jika kedua orangtuamu memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang hal itu, maka janganlah engkau menaati keduanya.”
Juru parkir gimana?
Dia bukan idola. Tapi apa yang dia dapat dari sang mahasiswa? Ucapan terima kasih yang tak terkira. Satu unit motor tidak hilang percuma.
Fir’aun, Azar, dan Juru Parkir, sama-sama mendapatkan ucapan terima kasih. Dan sama-sama jauh dari peran idola. Terima kasih, hadir. Pujian, absen.
Allah, sama sekali beda. Segala puji dan terimakasih, semuanya hadir. Semuanya untuk Allah. Segala puji dan terimakasih, tidak ada yang absen. Tidak ada yang pernah absen.
Fake-free, Reactionary-free
Tax-free artinya bebas pajak. Seperti Uni Emirat Arab yang tidak menerapkan pembayaran pajak penghasilan.
Error-free artinya bebas kesalahan. Seperti Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam yang ma’shuum, terjaga dari kesalahan.
Gluten-free artinya bebas gluten. Seperti tepung almond, tepung jagung, dan tepung kelapa.
Fake-free artinya bebas kepalsuan. Seperti saat kita memuji Allah yang penuh kesungguhan.
Reactionary-free itu bebas dari perilaku yang reaktif. Seperti saat kita berterimakasih kepada Allah yang bukan karena kita reaktif atas kejadian apapun.
Ada yang memuji polisi supaya ga kena tilang. Ada yang memuji kue bikinan bunda supaya ga dimarahi. Ada yang memuji bos supaya dapat penilaian yang bagus.
Pujian bahasa Arabnya adalah mad-hu. Mad-hu bisa fake alias palsu. Ga appropriate buat Allah.
Terimakasih bahasa Arab-nya adalah syukr. Syukr alias thanks biasanya reactionary.
Ban kempes, ada yang bantuin kita, kita ucapin terima kasih. Ucapan terima kasih adalah sebuah reaksi. Thank you is a reaction. Tidak bisa, ga ada apa-apa, kita bilang terima kasih begitu aja. Kita keluar jalan kaki, ketemu orang-orang, setiap papasan sama orang, kita ucapkan terima kasih ke mereka, satu per satu. Ga bisa seperti itu. Itu aneh.
Allah menggunakan kata hamd yang merupakan kombinasi dari praise and thanks. Hamd dalam bahasa Arab hanya bisa mengandung pujian dengan makna yang genuine. Tidak bisa manufactured. Tidak mungkin fake. Hamd dalam bahasa Arab juga hanya bisa mengandung terimakasih yang tidak reactionary.
Alhamdulillah itu jauh lebih powerful dibandingkan almad-hu lillah.
Alhamdulillah itu jauh lebih powerful dibandingkan asy-syukru lillah.
Alhamdulillah itu jauh lebih baik dari gabungan almad-hu lillah dan asy-syukrulillah.
Al-Qur’an itu sempurna. Kata-kata yang diputuskan Allah untuk dimuat di Kitab-Nya yang terakhir, sudah final. Alhamdulillah adalah frasa yang sempurna. Bebas kepalsuan, bebas kereaktifan.
Getting the Point Across
“Di hari yang kujalani seperti hari-hari yang biasa kujalani ini, aku ingin memanfaatkan sebuah perangkat arsitektur yang didesain dengan rapi dengan konstruksi yang cukup kuat yang memungkinkan aku untuk melangkahkan kakiku, ke atas setahap demi setahap, tanpa takut terjatuh, tanpa perlu lari dan tergesa-gesa, menuju ke lantai gedung yang lebih tinggi di atasku.”
Hadeeeuuuhhh. Kenapa ga to the point aja.
“Aku naik tangga.”
Hamd itu hemat kata. Hanya satu kata. Mad-hu dan syukru itu dua kata. Satu kata hamd butuh dua kata untuk membantu mendefinisikannya. Tapi kualitas kata hamd itu sendiri tetap lebih bagus dibandingkan mad-h dan syukr.
Apakah makna “alhamdulillah” dan “al-madhu wa syukru lillah“, sama? Tidak sama.
We are using fewer words but we are getting the point across.
Ada orang yang sudah bicara selama 30 menit. Tapi masih belum jelas poinnya. Ada orang yang kata-katanya berbusa-busa meski yang dimaksudkannya sebenarnya sangat sederhana.
Pidato terbaik adalah pidato yang singkat. Ringkas.
Maka al-hamd adalah lebih baik dari al-madhu wa syukru. Lebih ringkas. Lebih padat. Lebih positif. Bebas kepalsuan dan kereaktifan.
#nakindonesia
#matrikulasinakid
Ditulis oleh Heru Wibowo