The Disbelievers (Part 3)


Saya pernah punya bos yang benar-benar early morning person. Nyampe kantor selalu sebelum jam tujuh. Setiap hari. Dan terus konsisten seperti itu selama berbulan-bulan.

Suatu hari ada teman saya yang nyampe kantor jam setengah tujuh. Pas office boy sedang memainkan tongkatnya untuk mengepel lantai. Biasanya dia datang jam 8 pagi. Apakah teman saya ini juga bisa diberi label an early morning person.

Tidak.

Karena besokannya, dan hari-hari berikutnya, dia kembali nyampe kantor jam delapanan. Hari itu, saat dia nyampe kantor jam setengah tujuh, itu karena dia akan mengikuti sebuah pelatihan, bersama beberapa rekan yang lain, kumpul dulu di kantor jam setengah tujuh itu.

Sebuah perilaku, baik atau buruk, tidak serta-merta membuat seseorang mendapatkan sebuah label. Apalagi cuma satu perilaku saja. Yang tidak berulang.

Kembali ke perilaku kufr.

Kadang-kadang Allah menyoroti perilaku kufr ini. Karena ini hanya perilaku, maka orang-orang yang disorot ini tidak serta-merta diberi label kafir. Contohnya: hum lil kufri yawma-idzin aqrobu minhum lil iimaan (QS Ali Imran 3:167).

Ini Allah bahasanya halus banget loh. Tidak serta-merta mengkafirkan:

“Perilaku mereka membuat mereka lebih dekat kepada kufr.”

Luar biasa!

Padahal Allah punya hak prerogatif. Untuk memvonis kekafiran. Tapi kalo tidak masuk kategori khusus kafir permanen, Allah tidak akan bikin label. Bahkan bahasanya ekstra hati-hati.

Sementara itu, kafir Quraisy meneruskan upaya pendekatan halusnya ke Rasulullah saw.

Rasulullah dibawain uang yang membuat Beliau saw menjadi orang terkaya di Mekah.

Kalo kita digituin, gimana kira-kira?
Quraisy berani bermain habis-habisan.
Mereka siap untuk memberikan pengorbanan yang banyak.

Kok bisa ya?
Kok mau ya, mereka berkorban seperti itu?

Karena mereka melihat, karena mereka mencium tanda-tanda tumbangnya pengaruh mereka secara politis.

Kekuatan dan kekuasaan yang mereka bangun, seperti akan segera jatuh dan berakhir.

Dalam bisnis dan politik, itu biasa terjadi.
Kalo ada satu kekuatan yang makin besar dan membahayakan status quo, solusinya gimana?

“Dibeli” aja.
Ditawari jadi wakil presiden.
Ditawari jadi menteri.
Ditawari bergabung dalam koalisi.

Rasulullah saw ditawari apapun yang Rasulullah inginkan. Tinggal tunjuk aja.

Mereka mau ngikutin apa kata Nabi saw.

Mereka bahkan menawarkan sebuah posisi sehingga seakan-akan Rasulullah saw lah yang memegang kekuasaan. Mengendalikan tampuk pemerintahan.

Rasulullah hanya diminta untuk diam dan tidak membicarakan tuhan-tuhan mereka.

Dan jika Rasulullah saw tidak bisa melakukan itu, mereka masih punya satu opsi lagi.

Rasulullah diminta menyembah laata wa al-‘uzzaa, satu tahun. Dan mereka akan menyembah Allah satu tahun.

Di surah ini ada pengulangan karena mereka mengajukan dua penawaran.
Dan Rasulullah saw merespon dengan dua penolakan.

Yang pertama, kompromi soal agama.
Yang kedua, uang dan wanita.

Respon yang kedua, penolakan yang kedua, menyiratkan: “Aku tidak menyembah uang.”

Repetisi di surah Al-Kafirun adalah juga karena Allah begitu marah.
Allah menegaskan, dengan pengulangan itu, bahwa tidak ada ruang untuk kompromi.

Rasulullah saw tidak mungkin dipikat, dibujuk, digoda, dengan apapun juga, karena Rasulullah sudah punya Al-Kawtsar.
Lalu Rasulullah saw juga tidak bisa ditakut-takuti karena inna syaani-aka huwal abtar.

Tawaran untuk setahun menyembah tuhan-tuhan mereka dan setahun menyembah Allah, selang-seling begitu seterusnya, juga tidak mempan karena fasholli lirabbika. Rabb-nya Muhammad saw adalah ka. Hanya Allah. Tidak ada yang lain. Tidak bisa dibagi. Tidak bisa diselang-seling.

Luar biasa hubungan antara surah Al-Kafirun (QS 109) dan surah Al-Kawtsar yang mendahuluinya (QS 108).

Surah Al-Kawtsar seperti menjadi tameng, sebuah perisai, yang membuat Rasulullah tak mempan diiming-imingi berbagai tawaran.

Dan surah ini diawali dengan kata qul.
Apa manfaat awalan qul di surah ini?

Sebagaimana di ayat-ayat yang lain:

Qul lilladziina kafaruu.
Qul lil kaafiriin.
Qul yaa ayyuhal kaafiruun.

Dan hanya di surah At-Tahrim saja kafirin ditegur tanpa qul.

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ لَا تَعۡتَذِرُوا۟ ٱلۡیَوۡمَۖ إِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ)

[Surat At-Tahrim 66:7]

“Wahai orang-orang kafir! Janganlah kamu mengemukakan alasan pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang telah kamu kerjakan.”

Di ayat ini orang-orang kafir ditegur secara langsung.
Benarkah demikian?

Ustadz Nouman cenderung kepada pendapat yang memahami ayat ke-6, 7, dan 8 dari surah At-Tahrim sebagai satu kesatuan.

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَیۡهَا مَلَـٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظࣱ شِدَادࣱ لَّا یَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَاۤ أَمَرَهُمۡ وَیَفۡعَلُونَ مَا یُؤۡمَرُونَ)

[Surat At-Tahrim 66:6]

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةࣰ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن یُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَیِّـَٔاتِكُمۡ وَیُدۡخِلَكُمۡ جَنَّـٰتࣲ تَجۡرِی مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی ٱللَّهُ ٱلنَّبِیَّ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ یَسۡعَىٰ بَیۡنَ أَیۡدِیهِمۡ وَبِأَیۡمَـٰنِهِمۡ یَقُولُونَ رَبَّنَاۤ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَاۤۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرࣱ)

[Surat At-Tahrim 66:8]

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Ayat ke-6 diawali dengan yaa ayyuhalladziina aamanuu.
Ayat ke-7 diawali dengan yaa ayyuhalladziina kafaruu.
Ayat ke-8 diawali dengan yaa ayyuhalladziina aamanuu.

Ustadz Nouman cenderung kepada pendapat bahwa ayat ke-7 itu juga ayat yang not addressing disbelievers directly. Ayat yang tidak menegur orang-orang kafir secara langsung.

Karena, di ayat ke-6, “Hai orang-orang yang beriman, lindungi dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Jika kamu gagal melakukannya, bagaimana kamu akan ditegur di hari Pembalasan?
Sebagai orang yang beriman?

Bukan.
Sebagai orang-orang kafir.
Dan ga usah mengemukakan alasan pada hari itu. Itu ayat ke-7.

Dan jika orang-orang yang beriman sadar bagaimana mereka akan disapa di Hari Pembalasan, akankah berstatus beriman atau tidak, maka orang-orang beriman itu seharusnya segera mengambil tindakan yang ada di ayat ke-8: bertobat.

Jadi ayat ke-7 sebenarnya bicara tentang Hari Pembalasan, dan jika orang-orang yang beriman tidak mengambil tindakan yang seharusnya, mereka bakal tidak beruntung dan ditegur sebagai alladziina kafaruu di Hari Pembalasan.

Imam al-Qurtubi menyebutkan sesuatu yang sungguh mempesona: Allah tahu bahwa segera setelah Rasulullah saw membaca Al-Kafirun, mereka akan sangat-sangat kesal.
Dan mereka akan kompakan untuk memastikan Rasulullah saw tersakiti.
Menggunakan bahasa yang setegas itu, Rasulullah benar-benar ambil resiko. Memposisikan diri beliau saw dalam bahaya.

Jadi apa fungsi qul di awal surah?

Jika saya adalah seorang karyawan yang bekerja di restoran.
Harga burger misalnya adalah 3 dolar.
Bukan. Harganya adalah 3.99 dolar.
Oke berarti 4 dolar.

Seseorang menghampiri saya dan bilang, “Dua dolar ya?”

Saya tidak bisa berbuat semaunya karena restoran itu bukan milik saya. Saya tidak bisa menumpahkan kekesalan sama orang yang menawar separo harga. Palingan saya akan bilang, dengan penuh kesopanan, “Harga sudah ditetapkan, Pak. Maaf, saya ga bisa berbuat banyak soal harga. Kalo mau negosiasi, bukan sama saya.”

Atau, “Kalo mau nawar harga burger, pemilik restoran ada di rumah di belakang restoran ini. Apakah Bapak mau bicara langsung sama owner?”

Kalo karyawan tadi malah melepas burger-nya dengan harga 2 dolar, dia bisa dipecat.

Tapi jika dia adalah pemilik restoran itu, dia bisa melakukannya. Dia bisa melakukan negosiasi. Dia bisa menurunkan harga.

Kembali ke Al-Kafirun.

Mereka sedang bernegosiasi dengan siapa?
Dengan Nabi saw.

Mereka tidak sadar bahwa Rasulullah bukanlah the owner of the message.
Pemilik pesannya adalah Allah.
Maka Allah merespon dengan, “Katakan kepada orang-orang kafir itu.”

Jadi apa fungsi qul?

Kata qul memberi pesan secara jelas bahwa mereka sejatinya tidak sedang bernegosiasi dengan Rasulullah saw.

Dan respon Rasulullah itu bukanlah respon Rasulullah sendiri.
Respon Rasulullah adalah respon yang dikatakan kepada Rasulullah saw.

Qul yaa ayyuhal kaafiruun.

Tidak ada ruang untuk kompromi.
Tidak ada ruang untuk negosiasi.
Dan kita tahu bahwa al-kaafiruun adalah ism.

Kata benda ini digunakan untuk identifikasi.
Identifikasi? Apa itu maksudnya?

(Bersambung)

Source:
Bayyinah BTV > A Deeper Look > Al-Kafirun

Resume oleh Heru Wibowo

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s