Ustadz Nouman merespon dengan mengajukan pertanyaan, “Tahukah kamu satu hal yang aku tekankan berkali-kali, berulang-ulang?”
Ada dua macam kata yang berperang di dalam dirimu.
Yang pertama adalah kata-kata yang menciptakan ketidakstabilan (instability).
Yang kedua adalah kata-kata yang menciptakan kestabilan (stability).

Kata-kata siapa yang menciptakan ketidakstabilan?
Bisikan iblis (devil’s whisper).
“Kamu tuh ga hepi.”
“Mereka suka ga sih sama kamu?”
“Mereka ga sayang sama kamu padahal, asli, yakin deh, mereka harusnya bisa lebih menyayangi kamu.”
“Kamu seharusnya dapat lebih dari itu.”
“Kamu layak untuk dapat lebih banyak.”
“Kenapa mereka yang dapat?”
“Kenapa kamu ga dapat?”
Perbandingan (comparison).Kecemburuan (jealousy).Kesombongan (arrogance).
Dirimu penuh sesak dengan kata-kata itu.
Sehingga kata-kata Allah terdesak keluar.
Tak ada ruang yang tersisa untuk cahaya.
Membuat dirimu makin tidak stabil.
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَاۤءَتۡكُم مَّوۡعِظَةࣱ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَاۤءࣱ لِّمَا فِی ٱلصُّدُورِ وَهُدࣰى وَرَحۡمَةࣱ لِّلۡمُؤۡمِنِینَ)
[Surah Yunus 10:57]
Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.
Get rid of that filth!
Singkirkan pikiran-pikiran kotor itu!
Dengan Al-Qur’an.
Every few hours we need a tune up.
Setiap beberapa jam diri kita perlu disetel kembali.
Dengan kata-kata Allah.
Di dalam shalat kita.
Mengapa shalat bisa membersihkan hatimu?
Karena di dalam shalat kamu membaca Al-Qur’an.
Kata-kata Allah.
Nah.Apakah sekarang kamu paham kenapa penting untuk kamu paham apa yang kamu ucapkan saat kamu berdiri di saat shalat?
Allah sedang bicara sama kita, seperti Allah bicara sama Adam ‘alayhis salam.
Allah sedang mengingatkan kita, sehingga ketika kita menerima pesan Allah itu, cahaya itu menyala di dalam diri kita, yang membersihkan bisikan-bisikan iblis, yang bisa membantu kita untuk stabil hingga beberapa jam berikutnya.
Salah is not an obligation. Salah is our rescue.
Sholat bukanlah beban.
Sholat bukanlah sesuatu yang memberatkan.
Sholat adalah penyelamat kita.
Sholat membersihkan kita dari hal-hal negatif yang membebani kita.
Kenapa Allah bilang, “Seek help with the prayer”? (QS 2:45)
Kenapa sabar dan shalat jadi penolong kita?
Allah selalu siap menolong kita.
Allah tidak sedang menunggu-nunggu supaya kita tidak shalat, sehingga Allah bisa membakar kita di neraka. Ini adalah cara berpikir yang salah tentang shalat.
Secara literal, kata ‘shalat’ berarti ‘connection’. Dengan shalat, seharusnya kita tersambung. Dengan shalat, seharusnya kita terhubung. Nokia pernah punya slogan connecting people. Shalat seharusnya connecting us with Allah. Shalat seharusnya membuat kita terhubung dengan Allah.
Kata-kata Allah adalah cahaya. Di dalam diri kita ada ruuh yang juga cahaya. Keduanya saling terhubung, dalam shalat. Yang terhubung adalah kata-kata Allah dan hati kita.
Pesan yang ingin disampaikan Ustadz Nouman di sini adalah, bahwa kita harus kembali menjadi people of salah. Kita harus menjadi generasi mushallin.
Tahukah kamu, bagian paling indah dari shalat adalah sajdah ?
Kenapa?
Kisah Adam diawali dengan sajdah. Semua malaikat melakukan sajdah atas penciptaan manusia. (QS 7:11)
Itu adalah bagian awal dari surah Al-A’raf. Bagian awal dari kisah Adam ‘alayhis salam. Di bagian akhir kisahnya, Allah bilang ke anak cucu Adam, “Khudzuu ziinatakum ‘inda kulli masjidin.” (QS 7:31). Allah meminta kita untuk memakai pakaian yang bagus di mana pun dan kapan pun kita melakukan sajdah.
Kita biasanya berpakaian bagus kalo ada acara-acara khusus (special occasions).
Saat kita melakukan sajdah, sebenarnya kita mengingatkan diri kita sendiri tentang upacara sajdah yang dilakukan atas penciptaan kita. Tentang betapa istimewanya penciptaan kita, manusia. Jadi ketika kita melakukan sajdah, kita diharapkan untuk berpakaian yang bagus (to dress nicely).
Kisah Whisper adalah sebuah gambaran tentang Islam.
Kisah Whisper adalah cerita sejati tentang Adam, Iblis, dan Hawa salamun ‘alayha.
Kisah Whisper tidak bisa terlalu disederhanakan. Apalagi diinterpretasikan secara kurang tepat menjadi sekedar makan buah terlarang, Allah menghukum keduanya, lalu akhirnya kita terjebak (stuck) di bumi, “Terima kasih ayahanda Adamku tercinta!”
Sebuah penyederhanaan yang keterlaluan. Karena kita menganggap bahwa bumi adalah kutukan. Dan lebih fatal lagi, kita menyalahkan ayahanda Adam ‘alayhis salam atas dihukumnya kita, sehingga harus turun ke bumi.
Sekarang, saat ini, kita semua sedang berada di sini. Di bumi yang kita pijak ini. Kita masih punya waktu. Sebelum kembali menghadap-Nya. Berapapun waktu yang kita punya. Hitungan hari, bulan, atau tahun. In sya Allah ta’ala kita semua lulus ujian ini.
Paduan suara ‘aamiin’ menggema.
Ingatkan dirimu sendiri, ingatkan dirimu sendiri, “I signed up for this.”
Saat ada tantangan kekhalifahan itu, kita ikutan daftar. Kita daftar sendiri. Bukan didaftarkan. Bukan diwakilkan. Kita sendiri yang datang ke meja registrasi. Mendaftarkan diri ikut ekspedisi ke bumi.
Kita setuju untuk mendaftar. Karena kita tahu kita mampu.
Iblis ingin supaya kita ga punya harapan. Karena dia tahu dia ga punya harapan.
Iblis ingin kita percaya bahwa kita akan dibakar di neraka. Karena dia tahu dia akan dibakar di neraka.
Apa yang iblis percaya, dia ingin kita percaya juga.
Dia percaya dia akan dibakar di neraka, dia ingin kita percaya kita juga akan dibakar di neraka.
Jika kita mulai percaya sama iblis.
Bahwa kita akan dibakar di neraka.
Bahwa kita ga bagus.
Bahwa kita ga ada harapan (hopeless).
Bahwa kita kehilangan arah.
Bahwa kita pecundang.
Bahwa Allah tidak akan memaafkan kita.
Maka kita telah berubah menjadi persis sama seperti iblis.
Itu yang iblis inginkan.
Dia ingin supaya kita kehilangan harapan.
Jangan lakukan itu untuk diri kita sendiri.
Everytime you fall into sajdah, you remind yourself, Allah has still honored you over all of His creations.
Setiap kali kamu shalat dan tersungkur bersujud, kamu teringat bahwa Allah masih memberikan penghormatan kepadamu melebihi ciptaan-Nya yang lain.
Bagaimana mungkin kamu bisa kehilangan harapan.
Kenapa juga kita masih berpakaian, jika kita memang benar pecundang.
Kenapa juga kita masih ke masjid, jika kita memang benar pecundang.
Masjid disebut ‘masjid’ karena masjid adalah tempat untuk melakukan sajdah.
Dan saat atau waktu kita melakukan sajdah, itu juga disebut ‘masjid’.Dalam bahasa Arab, seperti itu. The time you make sajdah, and the place of sajdah.
Ada yang seharusnya berubah saat kita memandang sebuah bangunan masjid.
Setiap masjid adalah sebuah pengingat (reminder) tentang Adam ‘alayhis salam dan iblis.
Setiap masjid adalah sebuah pengingat (reminder) tentang penghormatan oleh seluruh malaikat atas komando Sang Maha Pencipta.
Kita sekarang berada di ambang akhir kisah ini.
Kisah tentang manusia.
Kisah tentang penghormatan seluruh malaikat.
Kisah tentang bisikan (whisper) yang sangat-sangat kecil.
Semoga Allah melindungi kita semua dari bisikan-bisikan iblis.
Semoga Allah menjadikan kita makhluk yang dihormati di sepanjang hidup kita.
Dan kita bisa kembali ke Allah setelah lulus ujian di bumi.
Mendapatkan ampunan-Nya dan memasuki surga-Nya.
Baarakallaahu lii wa lakum fil qur-aanil hakiim.
Wa nafa’anii wa iyyaakum bil aayaati wa dzikril hakiim.
Wassalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
Resume Oleh Heru Wibowo
terimakasih banyaak atas resume nya, sanagt menyentuh dan sangat menginspirasi
LikeLike
Terimakasih atasvresumebnya , semoga Allah SWTmembalas dengan balasan yang berlipat, aamiin
LikeLike