Resume Story Night Whisper Jakarta 2E


Allah bicara tentang spouse di Al-Qur’an.

Di surah Ar-Ruum.

“One of His miraculous signs,” kata Allah, “Diantara tanda kebesaran-Nya, Dia menciptakan pasangan untukmu.” Untuk apa? “Litaskunuu ilayhaa.” (QS 30:21).

Ada kata sukun di litaskunuu.

Yeay! Ketemu lagi kita dengan kata sukun.

Saat Allah bilang ke Adam, “Uskun anta wa zawjukal jannah” (QS 7:19), pake kata sukun juga. Kata sukun yang sama. Kata yang berhubungan dengan ketenangan surga.

Ketenangan manusia karena menemukan pasangannya. Menjadi tenang, teduh, dan aman (calm). Menemukan kedamaian. Merasa rileks.

Allah tidak bilang, “Aku kasih kamu pasangan supaya kamu mencintainya.”

Cinta (love) itu urusan nomor dua.

Yang nomor satu adalah ketenangan. Atau kedamaian. Calm atau peace adalah yang nomor satu.

Alasan kenapa Allah kasih Adam spouse, adalah supaya Adam as merasa nyaman.

Ada semacam perasaan terganggu jika manusia berada dalam kesendirian. Dan perasaan terganggu itu sirna ketika kita sedang bersama dengan seseorang yang memberi rasa nyaman. Itulah sebenarnya tujuan utama spouse.

Dari mana datangnya rasa nyaman itu?

Dari mana datangnya rasa tenteram itu?

Dari mana datangnya rasa rileks itu?

Perasaan seperti itu hadir saat kamu sedang bersama pasangan.

Saat kamu menceritakan kejadian yang sangat memalukan tapi kamu tetap lancar bercerita. Karena kamu tahu bahwa cerita itu aman di tangan pasangan kamu. Cerita itu tak akan keluar kemana-mana.

Kamu tahu pasanganmu tak akan menghakimi kamu.

Kamu tahu pasanganmu tak akan menggunakan rahasiamu sebagai senjata untuk melawanmu.

Kamu tahu pasanganmu tak akan meremukkan kamu dengan percekcokan.

“Aku tahu apa yang pernah kamu lakukan!!!!”

“Iya, tapi kan aku juga sudah pernah bilang soal itu ke kamu. Kamu lupa ya kalo aku sudah pernah cerita????”

Kamu tahu percakapan seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Kamu tahu kamu tidak akan menyerang pasanganmu.

Kamu tahu pasanganmu pun tidak akan menyerang kamu.

Kamu tahu kamu dan dia saling melindungi.

Allah bilang, hunna libaasun lakum wa antum libaasun lahunna. (QS Al-Baqarah 187)

You are each other’s clothing.

Pasanganmu adalah pakaianmu.

Kamu adalah pakaian pasangan kamu.

Apa itu artinya?

Kamu menjaga rahasia-rahasianya.

Dan dia menjaga rahasia-rahasia kamu.

Karena rahasiamu ditutup dengan pakaian.

Tidak ada rahasia antara kamu dan dia.

Pasangan kamu adalah alasan kenapa rahasia kamu terjaga.

Setiap orang yang usil yang ingin tahu ada apa dibalik pakaian kamu, pasangan kamu bilang: “Ga bisa! Kamu ga bisa! Kamu ga akan tahu apa yang ada di dalamnya! Itu milikku! Itu milikku!”

Ketika kualitas-kualitas seperti itu ada di dirimu dan di pasanganmu, maka pernikahanmu berbuah ketenangan. Penuh ketenteraman dan kedamaian.

By the way, pakaianadalah sesuatu yang memberikan kenyamanan.

Jika pakaiannya ga bikin nyaman, rasanya ingin ganti pakaian.

Iya kan?

Yang berikut ini bisa benar, bisa salah.

Ga ada orang lain yang tahu.

Hanya dirimu yang tahu.

Dirimu yang jujur sama dirimu.

Bisa selalu benar, bisa kadang-kadang benar, bisa salah sama sekali.

Jika kamu terus menyerang pasangan kamu.

Jika kamu terus menghujamnya dengan amarahmu.

Jika rasanya tak ada lagi stok rasa sayang di hatimu untuknya.

Jika kata-katamu berubah menjadi silet yang menyayat hatinya.

Jika kamu tetiba menjadi hakim dan mengadilinya.

Atau jika kamu sudah ga mau lagi ngomong sama pasangan kamu.

Dan pasanganmu lebih nyaman bicara sama orang lain.

Lebih nyaman bicara sama saudara kandungnya.

Lebih nyaman bicara sama saudara sepupunya.

Lebih nyaman bicara sama orangtuanya.

Dan tidak pernah nyaman bicara sama kamu.

Maka dimanakah ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian itu, yang seharusnya menjadi aset bersama milik kamu dan milik pasangan kamu?

Kedamaian, ketenteraman, ketenangan, itu nomor satu.

Masih ada nomor dua dan tiga.

Wa ja’alna baynakum mawaddatan wa rahmah, begitu Allah bilang.

Ada love dan care. Cinta dan perhatian.

Ketika peace telah hilang.

Maka love dan care ikutan tumbang.

Nomor satu itu sekarang apakah masih nomor satu?

Peace. Calm. Kedamaian. Ketenangan. Ketenteraman. Apakah masih nomor satu?

Coba lihat percintaan jaman now.

Yang sering kita lihat sekarang, apa yang nomor satu?

“Looooovvveee!!!”

Audiens kompak. Semua menjawab: love.

Audiens tidak pernah dilatih koor.

Tapi malam itu serasa ada paduan suara di BK yang menggemakan kata ‘cinta’.

“Aku cinta samu kamu. Aku tahu kita berbeda. Aku tahu kamu punya masalah. Aku tahu temperamen kamu buruk. Tapi aku cinta sama kamu. Dan saat kamu menyakitiku, itu mengingatkan diriku betapa aku cinta sama kamu.” 😃😃

Ckckckckck.

Ketika kamu menikah dan tidak memperhatikan yang nomor satu, peace, lama kelamaan, karena ga ada peace lagi, yang nomor dua dan nomor tiga jadi ga kekejar. Peace tumbang, love dan care ga kekejar.

Saat kamu mencintai seseorang, kamu peduli (care) sama dia. Ya kan?

Kamu bikin sarapan buat dia.

Atau kamu bela-belain dapetin hadiah buat dia, entah dari mana.

Atau kamu pastiin dia merasa nyaman.

Atau kamu pencet remote AC ngikutin suhu yang dia mau.

Kamu lakukan apa saja untuk menunjukkan bahwa kamu peduli.

Tapi kamu peduli (care) itu karena kamu punya cinta (love).

Dan cinta (love) itu ada kalo ada apa?

Kedamaian (peace).

Ketika peace menjauh, love melemah.

Dan ketika love melemah, care menghilang.

“Ada apa sih? Kok kamu ga peduli sih sama aku?”

“Perasaan itu sudah ga ada lagi.”

“Ngerti sih harusnya aku mencintainya tapi aku ga ada perasaan apa-apa lagi sama dia.”

Kenapa rasa cinta itu pergi?

Apa yang kurang terawat?

The peace.

Kedamaian, ketenteraman, ketenangan hati, ga penting buat kamu. Hasilnya: rasa cinta tiba-tiba pergi.

Formulanya sudah ada di Al-Qur’an.

Formula merawat kedamaian.

Begitulah seharusnya: sama-sama memupuk peace untuk melanggengkan pernikahan.

Allah minta Adam as dan Hawwa salamun ‘alayha untuk tinggal sementara di surga.

“Find peace here,” kata Allah.

“Find peace here, with your spouse. And you can eat whatever you want.”

Allah menginginkan kedamaian buat Adam dan Hawa. Keduanya boleh makan apapun yang mereka inginkan. Kecuali satu. Wa laa taqroba haadzihisysyajaroh. Don’t go near this tree. Jangan dekati satu pohon ini.

Satu berbanding tak berhingga. Hanya satu pohon yang diharamkan. Semua pohon yang lain, yang tak terhitung jumlahnya, semuanya halal.

Sepertinya mudah. Yang dibolehkan jumlahnya berlimpah. Yang ga dibolehkan cuma satu. Sepertinya ga sulit. Sepertinya ini ujian yang ringan. Sepertinya Adam bakal lulus ujian ini. Tapi seandainya pun, misalnya saja, Adam gagal menjalani ujian ini, emang ada konsekuensinya?

Fatakuunaa minzhzhaalimiin.

“You will be considered among those that have done wrong,” kata Allah.

Alias masuk kategori orang yang zhalim. Kalo nekat mendekati pohon terlarang itu.

Sebelum Adam, siapa yang sudah melakukan kesalahan sama Allah?

“Ibliiis.”

Paduan suara menggema lagi di Balai Kartini.

Iblis sudah melakukan kesalahan.

Jika Adam ga taat sama Allah, Adam akan mengikuti jejak iblis.

Jadi Allah mengingatkan Adam, jangan sampai ga taat sama Allah.

Adam as harus terus mengingat ini: laa taqrobaa haadzihisysyajarota fatakuunaa minazhzhoolimiin.

Sekarang, sorotan kamera kita pindah.

Dari Adam ke Iblis.

Apa aksi iblis kira-kira?

Apa yang akan dia lakukan?

Ingat, iblis punya WiFi.

Maka, fawaswasa lahumasysyaithaan.

Iblis mulai melancarkan bisikannya.

Menyerang mereka berdua, Adam dan Hawa.

Lahumaa berarti to both of them.

Ini sangat penting.

Kata lahumaa ini sangat penting.

Yang diserang iblis adalah mereka berdua.

Dua-duanya, bukan salah satunya.

Mengapa?

Karena jika bisikannya hanya ke Adam, Hawa bisa mengingatkan Adam.

Dan jika bisikannya hanya ke Hawa, Adam bisa mengingatkan Hawa.

Mengingatkan akan kata-kata Allah: laa taqrobaa haadzihisysyajaroh.

Sukses iblis itu apa ukurannya?

The devil’s greatest success is to make them forget the words of Allah.

Sukses iblis yang terbesar adalah membuat Adam dan Hawa melupakan kata-kata Allah.

Padahal cuma ada satu instruksi.

Padahal cuma ada satu syari’at.

Padahal cuma ada satu kalimat.

“Jangan dekati pohon itu.”

Satu kalimat pendek.

Bukan kalimat yang panjang.

Bukan berpuluh-puluh kalimat.

Bukan beratus-ratus kalimat.

Instruksi ke Nabi Adam saat itu ga panjang-panjang amat.

Ga sepanjang surah Al-Baqarah, Al-Ma’idah, Al-An’am, atau Al-A’raf.

Ga sepanjang hadits Bukhari Muslim.

Ga makan ribuan halaman.

Hanya satu saja: jangan dekati pohon itu.

Mudah diingat, kan?

Laa taqrobaa haadzihisysyajaroh.

Laa taqrobaa haadzihisysyajaroh.

Laa taqrobaa haadzihisysyajaroh.

Laa taqrobaa haadzihisysyajaroh.

Laa taqrobaa haadzihisysyajaroh.

😃😃

Selain itu, ada lagi ga, instruksi dari Allah.

Ga ada.

Cuma itu saja.

Itu sudah luar biasa loh sebenarnya.

Makan sepuasnya.

Makan sebebasnya.

Semuanya, selain yang satu itu, halal.

Ga usah pake ngecek ingredients-nya.

Ga usah sibuk nyari: ada label halal ga dari MUI, ga usah! 😃😃

Selain yang satu itu, semuanya halal!

Gagal paham sih belum ya. Tapi masih mencoba memahami.

Hanya satu instruksi.

Lalu bagaimana bisa, Adam melupakan satu instruksi?

Oke, jika instruksinya ada seratus, trus ada satu instruksi yang kita lupa, oke lah.

Tapi ini kan hanya satu instruksi!

Bagaimana mungkin kita bisa melupakan hanya satu instruksi?

Apa yang iblis lakukan?

Ini dia: bisikan iblis membelai pikiran Adam, mengalihkan perhatiannya dari apa yang dia sudah ketahui. Iblis meniupkan pikiran-pikiran pengalih perhatian di kepada Adam as.

Dan iblis menggunakan suami untuk mengalihkan perhatian istri.

Dan iblis menggunakan istri untuk mengalihkan perhatian suami.

Suami-istri seharusnya saling menabur kedamaian dan ketenangan.

Sehingga bisa saling mengingatkan akan kata-kata Allah.

Pekerjaan iblis adalah menyingkirkan kata-kata Allah dari manusia.

Iblis tidak ingin kata-kata Allah bertemu dengan ruuh yang ada dalam diri manusia.

“Jika aku bisa menyingkirkan kata-kata Allah, aku pasti bisa memerangkap mereka berdua, mendekati pohon terlarang.”

Maka iblis memulai bisikannya.

Apa yang kita pelajari di sini?

Di satu sisi, ada kata-kata Allah.

Di sisi yang lain, ada bisikan iblis.

Dan ada juga manusia, suami dan istri, pria dan wanita, keluarga, yang harus saling mengingatkan.

Akan kata-kata Allah.

Itu adalah satu-satunya cara untuk memblokir waswasa iblis.

Biar bisikan iblis ga mempan

Dan jika suami dan istri, manusia dan manusia, tidak saling mengingatkan, tembok pertahanan mereka akan jebol oleh waswasa iblis.

Dan jika kita sudah kemasukan waswasa, kita menjadi alergik. Telinga jadi gatal-gatal mendengar kata-kata Allah.

Saat kita diingatkan, kita bereaksi,

“Aku ga butuh khutbah!”

“Aku gak butuh denger kuliah kamu!”

“Ga usah terlalu Islam gitu kenapa?!”

“Islam kamu keknya beda deh!”

“Kamu udah jadi Syeikh ya, owh, oke.”

Ngeri yach, kalo kita sudah kemasukan waswasa iblis.

Sesi kedua sampai di ujungnya.

Menjelang break berikutnya.

Tepat di titik dimana bisikan iblis baru saja dimulai.

Sesi ketiga, setelah break, akan butuh perhatian penuh.

Karena membahas sebuah rencana gila.

The devil makes a crazy plan. Smart plan.

Seperti apa?

Resume Oleh Heru Wibowo

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s