Resume Story Night Whisper Jakarta 2C


Ya. iblis punya strategi.

Ini dia strateginya.

Tsumma la-aatiyannahum min bayni aydiihim. (QS 7:17)

I’ll attack them from right in front of them.

Wa min kholfihim.

And from behind them.

Wa ‘an aymaanihim.

And from their right side.

Wa ‘an syamaa-ilihim.

And from their left side.

Front, back, right, left.

Ustadz Nouman pernah mengisi khutbah Jumat yang membahas masing-masing serangan ini.

Khutbah yang membahas serangan iblis dari depan.

Khutbah yang membahas serangan iblis dari belakang.

Khutbah yang membahas serangan iblis dari kanan.

Dan khutbah yang membahas serangan iblis dari kiri.

Satu strategi serangan iblis dibahas di satu khutbah. Pembahasannya panjang.

Tapi kali ini, di Story Night ini, Ustadz membahasnya secara relatif singkat. Hanya mengambil satu contoh saja untuk masing-masing serangan.

Serangan dari depan, apa itu artinya?

Iblis menempatkan sesuatu di depan kita, untuk mengalihkan perhatian kita dari jalan yang lurus.

Analoginya seperti emak-emak yang pergi belanja, awalnya mau beli susu.

Entah itu ibunda, istri, atau kakak perempuan.

Dan Anda ikut menemani belanja.

Apakah mereka begitu masuk toko langsung cari susu?

Enggak.

Mereka berhenti dulu lihat-lihat yang lain.

Berhenti di sana dan di sini.

Pasti ada yang bikin mereka tertarik, selain susu. 😃😃

Anda sudah berjalan duluan di depan. Menuju lorong produk susu. Anda melihat ke belakang. Emak-emak terlihat berhenti di sana.

“Kenapa berhenti di situ?” Anda bertanya-tanya.

“Tunggu dulu! Tunggu dulu!” respon emak-emak. 😃😃

Anda mulai khawatir emak-emak itu lupa kalo tujuan mereka datang ke toko itu untuk beli susu.

Serangan iblis dari depan, mirip kejadian yang dialami emak-emak itu.

Iblis akan menempatkan sesuatu di depan kita, untuk mengalihkan perhatian kita dari jalan-Nya yang lurus.

Kita dibikin iblis berhenti di sana dan di sini.

Sehingga perhatian kita teralihkan.

Tidak lagi fokus ke jalan yang lurus.

Iblis menempatkan berbagai macam godaan (temptations) di depan kita.

Iblis menempatkan sesuatu di depan kita sehingga kita menyia-nyiakan waktu.

Iblis menyerang dari depan sehingga kita lupa untuk mendekat kepada-Nya.

Iblis menyerang dari depan bahkan supaya kita tidak ingat lagi sama jalan yang lurus.

Dan jika ga berhasil, iblis akan menyerang kita dari mana?

Dari belakang.

Jika kita punya masa lalu penuh dosa.

Jika kita punya catatan sejarah ketidaktaatan sama Allah.

Iblis akan membuat kita teringat dengan kenangan yang “indah” itu.

“Masih ingat kan, pesta yang itu? Sangat menyenangkan bukan?”

“Dulu kamu biasa datang. Kenapa kamu ga datang lagi ke pesta? Sekali aja lagi, sekali ini aja.”

Iblis berusaha menarik kita ke belakang.

Contoh lain serangan dari belakang adalah seperti ini.

Kadang-kadang ada hal-hal yang buruk yang menimpa kita di masa lalu.

Iblis ingin kita berpikir bahwa hidup kita berisi hal-hal yang buruk. Sehingga kita menjadi pesimis. Sehingga kita berpikir bahwa surga bukan untuk kita.

Serangan dari kanan adalah hal yang paling menakutkan (scariest thing) buat Ustadz.

Di banyak literatur, juga di berbagai budaya, tangan kanan (the right hand) dihubungkan perbuatan yang baik (good deeds).

“I will make them impressed with their own good deeds, the way I was impressed with my own good deeds.”

“I will make them think that they have a higher rank because they do a lot of good deeds.”

Tajwid kita bagus.

Iblis bikin kita merasa derajat kita lebih baik dibanding yang baca Alquran-nya masih terbata-bata.

Iblis bikin kita merasa hebat, merasa lebih baik dari orang yang janggutnya tidak selebat dan sepanjang punya kita.

Iblis bikin kita merasa hebat, merasa lebih baik dari orang yang tajwidnya masih suka salah-salah.

Iblis bikin kita merasa hebat, merasa lebih baik dari orang yang qolqolah-nya adalah sebuah bencana (disaster).

Kita melakukan sesuatu yang baik.

Seusai melakukannya, kita merasa kasihan dengan mereka yang tidak melakukan perbuatan baik seperti yang kita lakukan.

Lalu iblis bikin kita bergabung masuk ke cult, kelompok yang cenderung menganggap dirinya paling benar dan menganggap salah mereka yang ada di luar kelompoknya.

“Alhamdulillah saya ada di jama’ah yang tepat. Kasihan jama’ah yang di luar kita karena mereka akan dilempar ke dalam api neraka.”

Kita sholat Maghrib berjama’ah sama kelompok mereka. Berdiri berdampingan di shaf yang sama. Tapi pandangan kita merendahkan dia yang berdiri disamping kita. Karena kita merasa bahwa dia tidak sesuci kita.

Padahal sebenarnya itu hanya karena mereka tidak berada di kelompok yang sama dengan kelompok kita.

Ini adalah serangan dari kanan.

Sebagaimana ‘komitmen’ iblis, “Saya akan datangi mereka dari sebelah kanan.”

Iblis memanfaatkan perasaan paling benar sendiri (self righteousness) kita sehingga kita terobsesi oleh pikiran bahwa kita begitu baik, saleh dan suci. Kita tidak bisa melihat kesalahan dan kekurangan kita. Yang selalu kita lihat adalah kesalahan dan kekurangan orang lain.

Seorang teman Ustadz Nouman menjadi muslim di Oklahoma.

Ga berapa lama istrinya juga ikutan masuk Islam.

Mereka berdua, pasangan Amerika, saat itu menuju masjid untuk pertama kalinya.

Ada seorang wanita di masjid.

Wanita itu menyapa dengan bahasa Arab dan mereka berdua tentu saja belum bisa bahasa Arab.

Lalu wanita itu bilang, “You are muslims? You don’t speak Arabic??!! What kind of muslim you are!!!” Wanita ini merasa aneh kok ada muslim ga bisa bahasa Arab. Muslim macam apa itu!

Pasangan suami-istri mu’allaf itu tidak pernah kembali ke masjid itu.

Wanita tadi, yang ‘pandai berbahasa Arab’ tadi, dia telah menciptakan perasaan merasa benar sendiri, telah menciptakan kebenaran yang semu di alam pikirannya sendiri. Dia telah menciptakan definisi sendiri tentang kebenaran, untuk diri sendiri.

Suatu hari Ustadz Nouman pernah makan malam dengan beberapa anak muda.

Ustadz Nouman juga terlibat percakapan dengan mereka.

Salah satu dari mereka punya jenggot yang ‘masya Allah’. Maksudnya, lebat dan panjang.

Yang satunya lagi punya jenggot yang jarang-jarang (cliche).

Yang jenggotnya ‘masya Allah’ bilang ke temannya yang jenggotnya jarang-jarang, “Akhi, kamu harusnya mengikuti sunnah. Wajahmu itu, haram.” 😃😃

Ustadz Nouman biasanya kalem-kalem aja. Tapi mendengar ada orang mengharamkan wajah orang lain, Ustadz tidak bisa terima. Tidak bisa terima ada seorang muslim dipermalukan di depan umum, apalagi oleh saudaranya sendiri sesama muslim.

Tidak bisa terima ada seorang muslim yang merasa paling tahu tentang sunnah dibanding yang lain.

Ustadz lantas bertanya kepada yang mengharam-haramkan wajah tadi, “Tolong ceritakan kepadaku narasi hadits tentang jenggot. Siapa yang meriwayatkan hadits itu? Tahun berapa hadits itu diriwayatkan? Kepada sahabat yang mana, kepada siapa, hadist itu diriwayatkan? Bagaimana analisis bahasa Arabnya terkait hadits tersebut? Kitab apa yang meriwayatkan hadits ini? Apa komentar para sahabat terhadap hadits ini? Siapa saja ulama yang pernah mengomentari hadits ini? Boleh kamu ceritakan ke aku? Apa pendapat para fuqaha tentang panjangnya jenggot? Bagaimana pendapat Imam Malik tentang hadits ini? Bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah tentang hadits ini?”

Dia, yang diberondong pertanyaan, merespon, “Anda telah mempermalukan saya.” 😃😃

“Persis. Kamu tadi mempermalukan temanmu. Kamu tidak tahu banyak tentang sesuatu, tapi kamu telah merasa lebih tinggi dan lebih mulia dari temanmu. Mengharamkan wajah temanmu, berarti kamu telah melanggar sunnah yang lebih berat. Kamu telah meremehkan sesama teman muslim kamu. Dan itu adalah sebuah kejahatan.”

Begitulah.

Orang Islam sendiri bisa tampil arogan dengan mengatasnamakan Islam.

Ini adalah serangan iblis dari arah kanan.

Yang menyerang orang-orang yang menganggap dirinya paling tahu tentang agama ini.

Tapi justru gagal memperlakukan sesamanya secara bermartabat.

“Aku akan bikin mereka berpikir bahwa mereka lebih baik dan lebih hebat dari orang lain dari sisi perbuatan baik mereka.”

Lalu iblis juga bilang wa ‘an syamaa-ilihim.

“Aku juga akan menyerang manusia dari arah kiri.”

Sisi sebelah kiri biasanya kita gunakan untuk perbuatan-perbuatan yang buruk.

Apa itu artinya?

Artinya, iblis membuat kita berpikir bahwa perbuatan buruk kita tidak buruk-buruk amat.

Hanya satu pesta kok. Ga parah kan.

Lagian itu juga dua minggu sekali. Tidak setiap hari.

Sebentar lagi juga Ramadhan. Tenang aja, kalo pun ada dosa-dosa yang sedikit, ntar juga dosa itu langsung terhapus di bulan Ramadhan nanti.

You justify the deeds for yourself.

Perbuatan-perbuatan yang buruk, kita bilang pada diri sendiri, “Itu ga buruk-buruk amat.”

Lalu kita juga bandingkan perbuatan buruk itu dengan perbuatan buruk orang lain.

Aku kan ga membunuh siapa-siapa.

Orang-orang melakukan yang jauh lebih parah dari yang aku lakukan.

Agama menganggapnya dosa besar.

Iblis ingin kita berpikir bahwa itu ga dosa-dosa amat.

Backbiting itu big deal.

Tapi kita bilang, “Apaan sih, I’m just joking. No big deal!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s