Atau mungkin kamu baru keinget nelpon mama kamu 24 jam kemudian. Dengan segunung perasaan bersalah, “Maaf ya Ma, kemarin aku lupa nelpon. Soalnya …”

Kamu belum selesai bicara, mamamu sudah memotong, “Kamu ngarep aku mati kan? Aku tuh tahu kamu tuh hepi kalo aku sudah ga ada lagi. Iya, kan? Iya, kan? Iya, kan?”
Kamu panik. Ga ngerti apa yang terjadi.
Ketika kita punya masalah.
Dan membiarkannya mengendap di pikiran.
Tanpa usaha untuk mencari klarifikasi.
Maka pikiran-pikiran jahat (evil thoughts) akan bermunculan.
Asumsi-asumsi bermunculan.
Tanpa dasar yang meyakinkan.
Kita mungkin pernah mengalaminya.
Atau malah saat ini sedang mengalaminya.
Mungkin istri Anda sedang tidak mau bicara.
Dia mungkin sedang berpikir yang bukan-bukan tentang diri Anda.
Atau mungkin malah Anda yang sedang tidak mau bicara.
Dan berpikir yang bukan-bukan tentang istri Anda.
Atau mungkin ayah Anda.
Atau mungkin ibu Anda.
Atau mungkin saudara Anda.
Atau mungkin anak Anda.
Kita semua bisa mengalaminya.
Overdosis endapan masalah di kepala.
Begitulah iblis.
Membiarkan masalah mengendap di kepala, itu adalah kelakuan iblis.
Kelakuan dia itu jadi virus yang menyebar.
Sehingga kita melakukan copy paste terhadap kelakuan seperti itu.
Kembali ke scene saat Allah mengumumkan rencana-Nya.
Mengangkat manusia menjadi khalifah.
Apakah pengangkatan manusia menjadi khalifah itu mengambil, merenggut, mengurangi kenikmatan atau sesuatu apapun, dari iblis?
Tidak.
Apakah memungkinkan, Allah memberikan penghargaan kepada iblis dengan cara tertentu, dan memberikan penghargaan kepada Adam dengan cara yang berbeda?
Ya. Memungkinkan. It’s possible.
Tapi iblis ga mau terima itu.
Saat mendapat apresiasi dari Allah, Iblis has no problem.
Tapi iblis tidak mau terima saat Adam mendapat apresiasi dari Allah.
Seolah-olah iblis mengklaim bahwa dirinya lah yang lebih pantas untuk diapresiasi.
“Dari mana Adam tiba-tiba mendapat apresiasi kekhalifahan itu?”
Dan iblis ingin supaya kita juga seperti itu.
Supaya kita ingin kita lah yang diapresiasi.
Kita tidak ingin ada orang lain yang mendapat apresiasi.
Kalo ada yang mendapat apresiasi, iblis ingin kita berpikir bahwa kita lah yang seharusnya mendapat apresiasi itu.
Virus iblis yang seperti ini bisa kita temukan di keluarga kita sendiri.
Contohnya misalnya adalah ketika kita sebagai orang tua memberikan perhatian yang lebih, kepada bayi yang baru lahir. Atau baru berumur beberapa hari. Atau beberapa minggu. Maka kakaknya yang berumur tiga tahun, bisa menganggap bahwa dirinya kurang begitu penting lagi. Merasa bahwa kita melakukan korupsi atas jatah perhatian kita yang seharusnya dia dapatkan. Padahal tidak sama sekali.
Tidak semua kakak seperti itu juga sih.
Ada juga kakak yang sayang sama adiknya.
Sejak adiknya masih bayi sekalipun.
Tapi ada juga kakak yang ga suka dengan adik bayinya. Yang membuat Ustadz Nouman teringat saat ada acara nonton film bareng anak-anak.
Film yang ditonton judulnya Inside Out.
Ustadz Nouman saat itu sedang bersama dengan sebuah komunitas, ada sekitar 100-an anak, nonton film itu bersama-sama.
Nobar Inside Out.
Film ini mengusung sebuah konsep yang dikenal sebagai core memories.
Seusai film diputar, Ustadz Nouman menanyakan ke anak-anak itu, apakah ada diantara mereka yang mau menceritakan pengalamannya terkait core memories.
Seorang anak merespon pertanyaan Ustadz.
“Bolehkah aku kasih satu contoh memori yang negatif?”
Ustadz bilang boleh. Apapun, yang penting ada hubungannya dengan core memories.
Lalu si anak tadi mengarahkan telunjuknya ke adiknya yang juga ikut nobar, dan bilang, “Hari itu. Hari saat dia dilahirkan (the day he was born).” 😃
Intinya, iblis itu ga tahan kalo ada yang dapat penghargaan, kalo ada yang dapat pujian, selain dia.
Yang seperti itu juga bisa kita alami di kantor. Bisa juga kita alami saat kita sekolah.
Saat guru di sekolah mengajukan sebuah pertanyaan, lalu ada teman kita yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan tepat, sehingga dapat pujian dari guru, “Good job!”
Kita ga rela. “Aku kan tadi tunjuk tangan. Tapi gurunya sih, ga milih aku. Apaan tuh ‘good job’. Cuma gitu doang!”
Setan ingin kita melakukan hal yang sama, seperti yang dia lakukan.
Lanjut ke scene.
Allah bilang, kalo penciptaan manusia udah kelar, Allah menginstruksikan para malaikat untuk bersujud atas penciptaan itu. Seperti yang dilukiskan di Surah Sad 38:72.
Manusia diciptakan dari tanah liat (mud).
Keren loh mud itu.
Karena mud menghasilkan kehidupan.
Dan mud trus menghasilkan kebaikan demi kebaikan.
Dan mud adalah cara tercepat untuk memadamkan api.
Menarik kan?
Kita diciptakan dari mud, iblis diciptakan dari fire, dan mud memadamkan fire.
Dan api, meski punya manfaat dan kualitas yang dahsyat, manfaat itu ada kalo api membakar sesuatu. Api itu ada, api itu eksis, kalo memusnahkan sesuatu. Api itu eksis kalo menghancurkan sesuatu.
Api harus membakar dan menghancurkan bahan bakar (fuel) supaya bisa digunakan.
Api harus membakar dan memusnahkan kayu supaya bisa digunakan.
Supaya eksis, api harus membakar dan menghancurkan.
Iblis diciptakan dari api.
Maka iblis sifatnya seperti api.
Supaya eksis, iblis harus membakar dan menghancurkan.
Iblis ingin supaya manusia, meskipun diciptakan dari mud, yang berarti dingin dan rileks (chilled), dia ingin manusia punya sifat seperti dirinya.
Dia ingin manusia punya sifat api, yang berarti suka membenci sesamanya.
Sehingga manusia suka mencari-cari keburukan orang lain.
Di medsos juga gitu.
Iblis memprovokasi kita: pasti ada kata-kata yang buruk yang mencerminkan siapa sebenarnya dirinya.
Dan kita jadi suka banget kalo ada orang lain juga membenci dia, kasih ikon thumbs down di medsos dia.
Kualitas kedua dari manusia: balance.
Allah memampukan manusia untuk menyeimbangkan immediate needs dengan long term needs.
Manusia punya kemampuan untuk menyeimbangkan anger dengan calmness.
Manusia diberi kemampuan untuk menyeimbangkan greed dan charity.
Tubuh manusia penuh dengan begitu banyak amazing signs.
Ada perubahan cuaca di Texas.
Ustadz Nouman tidak tahu kenapa bisa begitu.
Tapi telinga rasanya buntu (clogged).
Dan saat telinga beliau seperti itu, Ustadz jadi kehilangan balance.
Permukaan tanah yang harusnya ga bergerak, Ustadz merasakannya seperti berputar (spinning).
Telinga tersumbat mempengaruh kemampuan mendengar. Masalah dengan kemampuan mendengar mempengaruhi balance.
Kehilangan kemampuan mendengar membuat kita tidak lagi memiliki kemampuan menyeimbangkan, sebagai manusia.
Itu secara fisik.
Secara spiritual juga begitu.
Manusia yang tidak lagi mendengar kata-kata Allah, dia akan kehilangan balance.
Dengan kemampuan balance ini saja, manusia sudah superior dibandingkan animals.
Tapi itu tidak cukup.
Allah masih memberikan manusia, yang lain lagi.
Yaitu ruh.
Kata ruh punya beberapa arti.
Asal katanya adalah dari bahasa Arab: roha yang berarti comfort, relaxation.
Allah bilang bahwa manusia diperlengkapi dengan kemampuan untuk berkoneksi dengan Allah. Dan setiap kali terkoneksi dengan Allah, manusia menjadi calm.
Alaa bi dzikrillaahi tathmainnul quluub.
Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS Ar-Ra’d 13:28).
Sesuatu telah ditiupkan Allah masuk ke dalam diri kita yang namanya ruh.
“Aku tiupkan ruh-Ku kepadanya.” (QS Shad 38:72). Ruh itu berasal dari Allah. Min ruuhi. Dengan begitu, manusia bisa menyalin (copy) some of the most beautiful qualities of Allah Himself.
Allah Maha Bijaksana. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih banyak lagi kebijaksanaan.
Allah Maha Pencipta. Manusia selalu ingin menjadi kreatif dan menciptakan sesuatu.
Allah Maha Tahu. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih banyak lagi pengetahuan.
Resume oleh Heru Wibowo