Dream Inside
Imam shalat shubuh kala itu membaca halaman empat dari mush-haf Alquran. Mulai dari Al-Baqarah ayat ke-17, tepatnya. Buatku itu sudah cukup menginspirasi. Untuk mempelajari ayat itu lebih dalam. Terutama belajar dari Bayyinah BTV di bagian “A Deeper Look”.
Maka mulailah aku mendengarkan bahasan Al-Baqarah 17. Tapi aku lantas seperti tenggelam dalam mimpi. Mimpi adalah dream. Dan Ustadz memang membahas Dream. Sebelum memulai pembahasan Al-Baqarah 17.
Dream memang luar biasa. Niatnya mau tadabbur Alquran. Eh, ketemu Dream lagi. Tapi gapapa. Kan sebentar lagi happening in sya Allah di Balai Kartini. Biar tambah semangat lagi semuanya.
Ya, semuanya. Yang belajar bahasa Arab. Maupun yang memfasilitasi kegiatan belajarnya. Atau bahkan yang memainkan peran ganda. Menjadi students of Quranic Arabic sekaligus merangkap panitia.
***
Padahal Ustadz sudah membaca full Al-Baqarah 17-20 di awal. Tapi di menit keempat, Ustadz ingin mengumumkan sesuatu. Yaitu tentang kampus Bayyinah dan gedung yang ditempatinya. Bayyinah sebagai sebuah organisasi punya dua tujuan yang mendasar (fundamental goals). Satu tujuan primer dan satu tujuan sekunder.
Tujuan primernya adalah bahwa semua penduduk bumi harus ‘diperkenalkan kembali’ kepada Alquran (reintroduced to the Quran).
Apa maksudnya? Banyak sekali orang yang sebenarnya tidak tahu Alquran itu apa. Atau mereka berasumsi bahwa mereka tahu betul apa itu Alquran. Dan kita ingin memberi mereka pengantar yang menyegarkan tentang Alquran. Seakan-akan mereka belum pernah menerima pengantar seperti itu sebelumnya.
Itu adalah tujuan pertamanya. Termasuk ke dalam tujuan pertama: melampaui apa yang biasa kita dapatkan dari terjemahan biasa.
Seringkali kita amati, jika ada orang-orang yang ingin tahu tentang Alquran, mereka bukan ulama, mereka default-nya bukan pencari ilmu, mereka tidak punya latar belakang madrasah, maka kemungkinan besarnya mereka akan mencari terjemahan Alquran. Dan memang terjemahan Alquran cukup banyak tersedia.
Masalahnya: membaca terjemahan bisa bikin mereka tambah bingung. Karena mereka tidak tahu latar belakang kenapa terjemahannya seperti itu. Mereka tidak paham bagaimana ayat-ayat itu terangkaikan. Mereka tidak paham kenapa ada topik yang berulang. Mereka tidak paham kenapa ada pergantian topik yang membuat alur ceritanya seperti tiba-tiba terputus. Dan hal-hal semacam itu.
Mereka punya banyak pertanyaan yang berhubungan dengan literatur tentang Alquran. Kadang-kadang bahkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filosofis tentang Alquran.
Google tidak banyak membantu. Bisa-bisa yang menjawab pertanyaan mereka malah penginjil Kristen (Evangelical Christians), atau agnostis yang ragu tentang keberadaan Tuhan, atau ateis, atau mereka yang anti Muslim yang website dan videonya tersebar dimana-mana. Jawaban, website, dan video mereka bercerita tentang bagaimana Alquran itu penuh kontradiksi atau kesalahan dan hal-hal semacam itu.
Mereka yang awam akan semakin bingung. Situasi ini sangat mengerikan. Bukan hanya untuk yang muslim, tapi bahkan untuk non muslim yang punya rasa ingin tahu tentang Alquran.
Jadi tujuan utama Bayyinah adalah untuk membuat materi-materi kajian. Pertama-tama dalam bentuk video dulu. Lalu disusul dalam bentuk buku, artikel, dan media lainnya. Untuk memperkenalkan lagi mereka kepada Alquran. Tentu saja bukan sekedar terjemahan. Dan disampaikan dalam bahasa yang bukan bahasa tingkat tinggi, bukan bahasa dewa atau ilmuwan, tapi bahasa rakyat.
Itulah komponen kunci dari apa yang ingin dilakukan di Bayyinah. Untuk bicara tentang Alquran dalam cara tertentu sehingga siapapun dapat merasakan manfaatnya.
Yang tidak punya latar belakang studi Islam, yang tidak tahu bahasa Arab dan hal-hal seperti itu, tidak masalah buat mereka.
Mereka tetap kita bantu punya akses untuk menikmati dan merasakan mukjizat Alquran.
Itulah tujuan utamanya. Tujuan primernya.
Tujuan sekundernya adalah untuk memberdayakan. Seperti yang kita sudah tahu: kita bisa memberi ikan kepada seseorang tapi lebih baik mengajarinya menangkap ikan sendiri.
Jadi gagasannya adalah juga memampukan atau mengaktifkan seluruh dunia, dimulai dengan seluruh umat Islam, lalu seluruh dunia, untuk memudahkan mereka sendiri mempelajari bahasa Alquran
Sehingga filter antara mereka dengan terjemahan Alquran bisa dikurangi. Sampai ke titik dimana mereka, ketika berdiri shalat, mereka mampu memahami apa yang sedang terjadi di dalam shalat mereka.
Keadaan idealnya sebenarnya, tujuan dibalik duruus yang diselenggarakan di kampus Bayyinah, adalah untuk mengembalikan spirit Ramadhan.
Ketika kita shalat tarawih di bulan Ramadhan dan sebagian besar umat berdiri di belakang imam tanpa mengetahui apa yang sedang dibaca, itu adalah sebuah tragedi.
Tapi kita tidak boleh mengeluh karena tragedi itu terus berlangsung bertahun-tahun lamanya. Kita ingin melihat sebuah situasi di sepuluh atau dua puluh tahun ke depan bahwa masalah itu sudah berkurang separonya. Atau seperempatnya. Makin banyak umat yang berdiri di shalat mereka dan mereka paham apa yang sedang dibaca. Sudah terkumpul di hati mereka, apa yang dibaca di dalam shalat. Sungguh kontribusi yang luar biasa jika kita bisa membantu mewujudkan hal itu.
Tapi itu berarti bahwa kita harus membuat pendidikan bahasa Arab lebih mudah. Harus lebih dapat diakses. Hasilnya harus lebih cepat.
Juga, harus menjangkau semua kelompok. Profesional, pelajar yang ingin mempelajarinya secara full time, emak-emak yang sibuk di rumah, semua jenis manusia.
Tujuan primer dan sekunder tadi, dua-duanya berjalan beriringan. Untuk membuat Alquran mudah dipahami, dan jangka panjangnya, membuat bahasa Arab mudah dimengerti.
Sehingga generasi berikutnya yang akan datang, jauh lebih terkoneksi ke Kitab Allah dibandingkan generasi kita sekarang. Itu adalah tujuan intisarinya.
Dan supaya tujuan itu tercapai, latar belakang dari kampus Bayyinah, yang pertama dan terutama, adalah menjadi markas dari para pelajar yang sangat serius untuk menerima pelatihannya insya Allaahu ta’aala.
Inilah cikal bakal program Dream. Mulai dengan Dream yang pertama, Dream yang kedua, lalu kemudian akhirnya masa depannya adalah ketika bukan saja pelajar yang datang untuk mempelajari bahasa Arab dengan sungguh-sungguh, tapi mereka juga dilatih untuk menjadi guru-guru bahasa Arab.
Kita perlu membuat replika dari kampus Bayyinah ini. Bikin satu lagi di UK. Bikin satu lagi di Malaysia. Bikin satu lagi, lagi, dan lagi, di setiap tempat di dunia Muslim. Melatih para calon guru dan membuat kurikulumnya bekerja.
Alhamdulillah ada sekelompok pelajar yang dalam waktu satu tahun, Bahasa Arabnya dan Bahasa Arab Alqurannya sudah sangat bagus. Bahkan sangat lancar dalam percakapan berbahasa Arab dan hal-hal seperti itu. Kurikulumnya terbukti dengan sendirinya, alhamdulillah.
Sebenarnya sebagian besar guru di kampus Bayyinah dulunya adalah murid di kampus Bayyinah itu sendiri. Mereka lulus dan menjadi guru. Jadi prosesnya berjalan dengan baik, alhamdulillah. Sekarang, tugas kita selanjutnya adalah, mengambil hasil kerja ini, lalu menerjemahkannya.
Sehingga kurikulum yang sama bisa diajarkan dalam Bahasa Punjabi. Bisa diajarkan dalam Bahasa Urdu. Bisa diajarkan dalam Bahasa Turki. Bisa diajarkan dalam Bahasa Indonesia. Bisa diajarkan dalam Bahasa Somalia Bisa diajarkan dalam setiap bahasa dari dunia Muslim. Bisa diajarkan di semua bahasa dari bangsa-bangsa di Eropa.
Perancis harus punya kampus Bayyinah-nya sendiri. Swedia harus punya kampus Bayyinah-nya sendiri. Dan seterusnya, pendidikan Alquran yang sama bisa dilangsungkan di setiap bahasa yang ada di dunia. Tapi supaya bisa melakukan itu, kita harus bisa melatih para guru terlebih dahulu.
Sebenarnya persoalannya bukan di kurikulumnya. Berjuang bersama untuk mendapatkan uangnya, mendirikan bangunan kampusnya, membangun website-nya, mengiklankannya, itu semuanya relatif mudah. Mengumpulkan para guru, melatih mereka, itulah bagian yang sulit.
Jadi in sya Allah maksud dari kampus Bayyinah di US adalah menjadi pusat pelatihan masa depan yang pertama. Menyatu dengan studio, dengan masjid, kita mencoba melakukan sesuatu yang unik di sini in sya Allaahu ta’aala
Ustadz termasuk yang sangat yakin akan wa laa tamnun tastaktsir (QS 74:6). Jangan kita memberi, dengan maksud untuk mendapatkan balasan yang lebih banyak.
Dan jika mau bermimpi, bermimpilah yang tinggi. Kita punya talenta. Bukan hanya di Amerika, tapi di seluruh dunia. Tentunya, di Indonesia juga. Bahkan Dream Balai Kartini Jakarta in sya Allah juga akan dihadiri talenta dari manca negara. Semuanya akan menyatu.
Semoga mimpi-mimpi itu terwujud. Dan kita makin rindu untuk selalu bertemu dengan-Nya. Dalam shalat-shalat kita yang makin kaya makna.
Source:
Bayyinah BTV > Al-Baqarah 017-020 – A Deeper Look
Resume oleh Heru Wibowo