Khutbah hari ini tentang satu ayat Alquran di pertengahan, dan diulangi dua kali oleh Allah (عز و جل) dalam suratul (اِنْشِرَحَ) juga disebut suratul (شَرَحْ).
Allah berfirman,
(فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً) (QS Al-Insyirah: 5)
(إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً) (QS Al-Insyirah: 6)
Diterjemahkan secara umum, “Maka tentu dengan setiap kesulitan,” atau, “Dengan kesulitan datanglah kemudahan,” atau, “Dengan setiap kesulitan ada kemudahan.” Itu terjemahan rata-rata dari ayat tersebut.
Saya ingin memberikan sedikit latar belakang, bagaimana menghargai surah pendek ini. Banyak dari Anda menghafalnya, anak-anak Anda telah menghafalnya, dan itu sebenarnya hal yang sangat indah untuk dipelajari tentang agama kita dan tentang kehidupan itu sendiri.
Beberapa surah pendek Alquran memiliki beberapa pelajaran yang sangat mendalam dan sebenarnya itu bagian dari kebijaksanaan Allah, bahwa Dia membuatnya pendek. Sehingga orang bisa dengan mudah menghafalnya dan ingat beberapa pelajaran hidup yang sangat kuat melalui surat-surat pendek itu.
Allah (عز و جل) menjelaskan suatu masa ketika Nabi (ﷺ) melalui kesulitan luar biasa. Saat dia mendakwahkan misi Islam, pesan Islam, tidak banyak orang yang mau mendengarkan.
Itu tidak seperti waktu kita sekarang, dan itu tidak seperti apa yang terjadi setelahnya, setelah Hudaibiyah tempat orang berbondong-bondong datang dan menerima Islam.
Masa sebelumnya, dalam misi, orang-orang hanya membuatnya semakin sulit baginya. Dan sepertinya siapa pun yang menerima apa yang dia katakan, dicap gila, diberi label, (سُفَهَاء), bodoh, tidak terlalu cerdas, atau, Anda tahu, orang-orang yang telah dibodohi olehnya dll, dll. Jadi ini sesuatu yang dilemparkan sebagai tuduhan terhadap siapa pun yang mau menerima Islam.
Dan pada saat itu, Allah (عز و جل) menurunkan kepadanya surah yang mendalam ini, memberitahu bahwa selama ini Allah telah melakukan kebaikan padanya. Di tempat yang berbeda Allah menyebutkan berbagai jenis bantuan.
Seperti dalam surah lain, Dia berkata,
(أاَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰى) (QS Ad-Duha: 6)
“Lalu Kami mendapatimu seorang yatim piatu.”
“Dan bukankah Allah mendapatimu seorang yatim piatu dan Dia memberimu perlindungan.”
(وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰى , وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰى) (QS Ad-Duha: 7-8)
Allah berfirman, “Dia mendapatimu bingung dan Dia membimbingmu.”
Kemudian Dia berkata, “Dia mendapatimu kekurangan, dan Dia memberikanmu kecukupan.”
Maknanya melalui pernikahan dengan Khadijah (رضي الله عنها), kamu tidak lagi bergantung secara finansial.
Namun dalam surat ini, Allah (عز و جل) menyebutkan jenis bantuan yang berbeda, bahkan sebenarnya lebih dalam.
Allah (عز و جل) mengatakan,
(اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ) (QS Al-Insyirah: 1)
“Bukankah Kami melapangkan dadamu.” (QS Al-Insyirah: 1)
Melapangkan dada dalam bahasa Arab berarti menjadi damai dan tenang.
Nabi (ﷺ) tidak dalam situasi yang mudah. Di mana orang-orang di sekelilingnya melemparkan tuduhan padanya. Bahkan beberapa siap menyerangnya secara fisik. Keluarganya sendiri mulai mengusirnya. Tidak ada yang mudah, namun Allah berfirman, bahwa bantuan terbesar di tengah-tengah semua masalah ini adalah dadamu telah diperluas untukmu. Kamu telah diberi kenyamanan di dada. Kamu merasa damai. Kamu merasa tenteram.
Dan Allah (عز و جل) menggambarkan kedamaian itu dari apa?
(وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ) (QS Al-Insyirah: 2)
“Kami menghilangkan bebanmu darimu.”
Dan beban yang dijelaskan di sini, telah dibicarakan oleh banyak ulama. Salah satu aspeknya akan saya bagikan dengan kalian dalam khutbah ini. Dan itu adalah… Nabi (ﷺ), dahulu mengasingkan diri. Dia biasa pergi dari Mekah hanya untuk merenung sebelum dia menjadi Nabi. Merenungkan tentang mengapa ada begitu banyak penderitaan di dunia. Dan dia biasa berdiam berjam-jam, hari, kadang-kadang bermalam di gua Hira. Hanya merenung saja. Dia memisahkan dirinya dari masyarakat dan memikirkan mengapa ada begitu banyak penderitaan, dan begitu banyak kesedihan dalam hidup ini.
Dan Allah (عز و جل) memberinya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu melalui kata-kata Allah sendiri. Dan ketika dia menerima jawabannya dari firman Allah. Allah menjelaskan itu sebagai… Allah menghilangkan bebannya darinya.
(وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ) (QS Al-Insyirah: 2)
Jadi bagi kita, benar hidup datang dengan banyak beban, tetapi Allah menjelaskan kata-kata-Nya sebagai bantuan atas beban-beban itu, menghapus beban itu.
(الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَ. وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ) (QS Al-Insyirah: 3-4)
“Itu beban yang memberatkanmu.”
“Dan Kami tinggikan namamu untukmu.”
Tapi kemudian, pengajaran yang Allah berikan Allah dalam surat ini, tidak spesifik untuk Rasulullah (ﷺ). Ini sebenarnya untuk semua manusia.
Fokus Kalimatnya Adalah Kemudahan
(فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) (QS Al-Insyirah: 5)
“Dengan setiap kesulitan,” terjemahan yang buruk.
“Dengan setiap kesulitan datanglah kemudahan.”
Saya ingin menggunakan waktu khutbah ini, hanya membicarakan ayat ini, dan apa artinya bagi Anda dan saya.
Hal pertama yang kita dapat dari ayat ini, dari bahasa Arab ayat ini sebenarnya… bagi Anda yang akrab dengan “nahwu”, sedikit tata bahasa Arab. Ini (يُسْر) itulah (مُبْتَدَأ). Artinya pada awal kalimat, secara tata bahasa sebenarnya “mudah”.
Ketika kita menerjemahkan ini dalam bahasa Inggris, kita mengatakan, “Dengan setiap kesulitan datanglah kemudahan.”
Tetapi sebenarnya, arti yang paling dekat adalah… “Kemudahan yang besar disertai dengan kesulitan.”
Fokus dari kalimatnya sebenarnya “kemudahkan” bukan “kesulitan”. Itulah (مُبْتَدَأ). Itulah titik awalnya, secara tata bahasa.
Mengapa itu penting? Karena Allah meletakkan perhatian kita pada kemudahan. Bukan pada kesulitan. Kemudahan mungkin nanti akan datang. Bantuan mungkin nanti akan datang, tetapi Allah ingin Anda dan saya untuk fokus pada apa yang akan terjadi, alih-alih apa yang Anda lakukan sekarang. Allah (عز و جل) akan membantu Anda, apa pun yang sedang Anda alami, dan kemudahan pasti datang.
Hal kedua yang perlu diperhatikan di sini adalah kata (يُسْر) adalah apa yang disebut (نَكِرَةٌ). Artinya, (أعمّ ، و أشمل وأعظم وآكد). Artinya kesulitan.
Semua orang tahu apa kesulitannya. Mungkin kesulitan keuangan, kesulitan kesehatan, mungkin itu kesulitan psikologis, kesulitan emosional, atau mungkin saat ini Anda sedang mengalami kesulitan. Saya tidak tahu. Setiap orang memiliki berbagai macam kesulitan dalam hidup. Kesulitan-kesulitan itu sangat terkenal dan sangat spesifik. Anda tahu persis apa masalahnya.
Tetapi Allah berfirman kemudahannya jauh lebih besar dari pada kesulitannya. Ini lebih besar daripada kesulitannya. Ini juga kurang diketahui dibandingkan kesulitannya. Artinya akan datang kemudahan-kemudahan tetapi Anda tidak tahu bagaimana mengenali kemudahan itu.
Semua orang mengenali masalahnya tapi tidak semua orang akan dapat mengenali solusinya. Ketika Allah akan memberi Anda kemudahan, mungkin Anda tidak melihatnya sebagai kemudahan. Allah mungkin memberikan bantuan dan Anda mungkin tidak menyadari bahwa Allah memberi bantuan. Dia akan memberi bantuan dengan berbagai cara yang Anda ketahui, Dan kemudian membantu Anda dengan berbagai cara yang bahkan Anda tidak memikirkannya, Anda tidak menyadarinya. Itu terjadi di dunia yang tak terlihat. Itu terjadi di dunia “ghaib”.
Jadi, (الْعُسْرِ … اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ … الْعُسْرِ) “Kesulitan” artinya diketahui. (بُسْرً), ini (نَكِرَة), (kemudahannya) tidak diketahui.
Jadi itu misteri bagi kita dan itu penting karena sering kali, orang dapat fokus pada apa yang mereka lihat dan apa yang mereka lihat adalah masalah. Mereka tidak bisa memperhatikan apa yang tidak bisa mereka lihat. Dan Allah memberi tahu Anda dan saya, bahwa selalu ada kemudahan yang tak terlihat. Itu datang kepada kita, itu selalu ada.
Jadi… dari sana Anda menemukan kata (اِنَّ) dalam bahasa Arab, yang diterjemahkan “tentu”, atau “pasti”. Sebenarnya (اِنَّ) digunakan oleh, Anda tahu, ini dijelaskan oleh orang-orang Arab sebagai, (حَرْفُ لِاِذَالَةِ الشَّك). Ini ada di sana untuk menghilangkan keraguan.
Biarkan saya berikan contoh sederhananya. Jika Anda mengalami masalah apa pun. Jika Anda mengalami kesulitan di tempat kerja. Okay? Atau jika Anda mengalami masalah dengan keluarga, kemudian seseorang datang dan memberi tahu,
“Ya ampun, itu bukan masalahnya.”
Dan Anda berkata, “Tidak, tentu saja itu masalah besar.”
“Saya pasti memiliki masalah yang sangat besar.”
“Ada masalah.”
Anda tidak ragu tentang masalahnya. Tapi, tahukah Anda apa yang Anda ragukan?
Apakah masalah ini akan hilang atau tidak? Apakah akan ada kemudahan yang datang? Apakah ada solusi apa pun yang datang? Jadi manusia memiliki keyakinan ketika masalah datang. Tetapi mereka memiliki keraguan atas solusinya. Kita mudah menjadi putus asa. Kita dengan mudahnya berpikir,
“Ya ampun, ini akan selalu buruk.”
“Tidak akan pernah menjadi lebih baik.”
“Ini tidak akan pernah menjadi lebih mudah, kan?”
Kita mengatakan ini pada diri sendiri, jadi kita jauh lebih yakin terhadap hal-hal negatif dan jauh tidak yakin dengan hal-hal positif.
Apa yang Allah lakukan dalam ayat ini? (اِنَّ), kata yang menghilangkan keraguan. Pasti tidak ada keraguan tentang ini, bahwa kemudahan itu disertai dengan kesulitan. Allah memberi kepastian bukan dengan kesulitan. Allah memberi kepastian dengan kemudahan. Dia menekankan kemudahan.
Seolah-olah seorang mukmin yang membaca ayat ini harus menyadari, bahkan saya bisa mempertanyakan kesulitannya. Saya yakin ini mungkin sangat sulit. Ini hal yang buruk sekali. Tapi mungkin itu tidak seburuk yang saya pikirkan. Tetapi kemudahkan yang akan Allah berikan jauh lebih besar dan itu pasti datang. Pasti akan sampai.
Anda tahu, itu juga membuat kita ragu, apakah sesuatu yang buruk sebenarnya buruk. Terkadang banyak hal buruk, jauh lebih buruk dalam benak, pikiran dan perasaan kita dari pada kenyataannya.
Beberapa orang berpikir, masalah mereka mulai semakin besar, semakin besar dan semakin besar sampai di luar kendali. Dan terkadang Anda menemukan orang-orang, yang Anda ajak bicara, alih-alih membuat masalahnya mengecil, berbicara dengan mereka membuat masalahnya semakin besar. Masalahnya semakin besar dan semakin besar. Dan kadang-kadang pikiran negatif Anda jauh lebih besar daripada kenyataannya. Dan kemudahan yang Allah bawa sebenarnya ada di sana, tetapi Anda terlalu buta untuk melihatnya karena terlalu memikirkan asumsi kesulitan Anda.
Jadi Allah (عز و جل) mengatakan tentang kemudahan yang pasti. Yakini bahwa Allah memberi kemudahan.
Namun pelajaran terakhir yang ingin saya ingin bagi dengan ayat ini, sebelum kita lanjutkan, bagaimana cara menyelesaikannya.
Surah ini dan bagaimana bagian terakhir dari surah ini terjalin adalah bahwa Allah tidak mengatakan setelah kesulitan datang kemudahan. Dia tidak menggunakan kata “setelah”. Dia menggunakan kata “dengan”.
(اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ … يُسْرً) (QS Al-Insyirah: 5-6)
(وَلَمْ يَقُلْ – اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً)
(فَ وَ لَكَ فَرْق بَيْنَ كَلِمَت “مَعَ” وَ كَلِمَت “بَعْد”؟)
Ada perbedaan besar antara mengatakan, “Dengan kesulitan ada kemudahan.” Dan berkata, “Setelah kesulitan ada kemudahan.” Itu perbedaannya besar.
Setidaknya ada dua perbedaan di khutbah ini yang ingin saya bagi dengan Anda.
Satu perbedaan adalah… mungkin ketika Anda sedang mengalami kesulitan, kesulitan itu datang dengan beberapa kemudahan lain, yang bahkan tidak Anda sadari, pada saat yang bersamaan. Mungkin kesulitannya sekeras ini, karena alternatifnya akan jauh lebih sulit. Mungkin satu masalah di mana satu pintu ditutup adalah satu-satunya sebab lima pintu lainnya terbuka.
Anda tidak melihatnya seperti itu tapi Allah (عز و جل) merencanakan, terkadang satu masalah, sebenarnya menciptakan dua puluh solusi lain. Solusi lain yang tak terhitung jumlahnya. Jadi ini harus terjadi agar kemudahan itu datang. Agar kemudahan itu datang. Jadi ini bagian dari rencana Allah. Kita tidak menyadarinya, tetapi ini selalu ada.
Dengan kata lain pola pikir saya,
“Ya, saya akan melalui masalah ini, tetapi melalui masalah ini Allah pasti menciptakan kemudahan dalam hidup dan saya harus menemukan solusinya.”
“Masalahnya bisa kulihat.”
“Solusinya saya harus mencarinya dan menemukan di mana itu?”
Tetapi setiap pengalaman yang Anda dan saya miliki, beberapa pengalaman paling buruk, yang Anda dan saya miliki dalam hidup ini. Di mana Anda akan mulai bertanya pada diri sendiri,
“Kenapa saya harus melalui ini?”
“Kenapa ini terjadi padaku?”
“Apa yang telah saya lakukan sehingga menerima ini?”
“Apa gunanya dari ini?”
Semua pengalaman itu memiliki beberapa kemudahan, kelegaan, kebaikan yang menyertainya, dan kita lupa untuk mengingat apa yang dikatakan Allah, “Itu ada di sana, itu…”
Sekarang Anda tidak perlu menunggu setelahnya. Itu ada di sana pada saat bersamaan.
(اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) (QS Al-Insyirah: 6)
Tetapi bahkan lebih dari itu, ketika Anda menggunakan kata “dengan”. Apa yang Allah katakan adalah kemudahan yang telah dipasangkan dengan kesulitan. Kemudahan telah dipasangkan dengan kesulitan.
Seperti Dia memasangkan malam dengan siang, seperti Dia memasangkan… seperti Dia memasangkan awan dengan hujan. Ada hal-hal yang Ia pasangkan.
Dalam kehidupan ini Allah memutuskan jika Anda dan saya ingin merasakan kemudahan, Dia merencanakan dengan cara tertentu yang Anda harus terlebih dahulu melewati kesulitan. Hanya dengan melewati kesulitan akan muncul kemudahan. Begitulah cara Dia menciptakan semua kehidupan.
Banyak dari Anda adalah pelajar. Anda harus melalui kesulitan belajar sebelum mengalami kemudahan kelulusan, kemudahan untuk naik ke kelas berikutnya. Anda harus bekerja keras dalam bekerja, sebelum menikmati bonus, sebelum promosi datang. Tanpa kesulitan, itu tidak akan terjadi.
Anda harus melalui kesulitan memperbaiki pola makan Anda dan makan lebih baik sebelum merasakan kesehatan yang lebih baik. Seorang pasien harus melalui kesulitan, mungkin dari operasi, sebelum mereka merasakan kesembuhan. Begitulah cara Allah menciptakan kehidupan. Anda harus melalui pengalaman sulit untuk mengalami kemudahan. Itu rencana Allah. Begitulah.
Saat Dalam Kesulitan, Sibukkan Diri Anda
Sekarang, segera setelah Anda mendengar semua itu. Anda katakan pada diri sendiri,
“Baiklah dengan kesulitan datang kemudahan.”
“Jadi saya sekarang melalui masa sulit, saya rasa kemudahan akan datang, saya akan santai dan menunggu sampai kemudahan datang.”
TIDAK! Allah mengajarkan kita sesuatu yang lebih mendalam.
Dia mengatakan Anda harus menyibukkan diri melalui kesulitan. Berjuang melawan kesulitan. Anda tidak bisa hanya duduk dan berkata Allah akan membawa kemudahan.
“Dia berjanji akan membawa kemudahan.”
“Jadi saya akan menunggu dan menangis sampai tiba saatnya.”
TIDAK!
Itu sebabnya Dia memberi tahu Nabi (ﷺ) dalam ayat berikutnya.
Dia berkata, (فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ) (QS Al-Insyirah: 7).
Kata-kata yang sangat kuat.
Ketika Anda menemukan diri Anda senggang, sibukkan diri. Ketika Anda menemukan diri Anda senggang, sibukkan diri. Dan apa hubungannya dengan… kemudahan dan kesulitan?
Allah tidak ingin Anda dan saya duduk diam. Ketika kita dalam kesulitan, Allah sebenarnya ingin kita menyibukkan diri.
Anda melihat orang lain ketika mendapati diri mereka dalam kesulitan. Mereka diam dan mulai menyerah. Mereka depresi, cemas, mulai berhenti, mereka mundur ke belakang.
Tetapi orang beriman karena ayat ini, “Oh, Anda dalam kesulitan.”
Nah saat Anda mendapati waktu luang, dalam bentuk apa pun. Sibukkan diri, buat diri Anda bekerja, jadikan diri Anda produktif.
Ulama berpendapat tentang ayat ini. Ketika Anda selesai berdakwah, sibukkan diri dengan, Anda tahu, ibadah. Ketika Anda selesai beribadah, sibukkan diri dengan dakwah. Seperti Nabi (ﷺ), setiap kali dia menyelesaikan satu tugas. Dia perlu menyibukkan diri dengan tugas-tugas lain.
Pertanyaannya adalah berapa banyak waktu luang yang Anda dan saya habiskan, memikirkan tentang betapa buruknya hidup ini, duduk di sana tidak melakukan apa-apa, membiarkan pikiran kita berputar-putar. Sementara kita duduk di sana, tidak produktif sama sekali, menganggur.
Dan Allah berfirman, Anda memiliki terlalu banyak waktu luang dan tidak menyibukkan diri. Ketika Anda tidak menyibukkan diri, Anda membiarkan kesulitan menang.
Dan jika tidak, ayat itu dimulai dengan (ف). Yang disebut (فَ – اَلسَّبَبِيَّة).
“Karena itu.”
“Karena Anda ingin kemudahan datang.”
“Anda lebih baik menyibukkan diri.”
Setelah mengetahui ini, Anda lebih baik menyibukkan diri untuk bekerja. Jadi, Anda dan saya harus benar-benar memiliki kehidupan produktif yang bermanfaat.
Terkadang mudah untuk berlebihan dengan pengalaman yang kita alami. Mudah berlebihan dalam kesedihan, duka cita, kegugupan, atau kecemasan. Tidak apa-apa melakukan itu, tetapi kita harus belajar untuk berjuang melewatinya, melalui kata-kata Allah. Temukan kekuatan untuk melibatkan diri kita bekerja dan menyibukkan diri dengan sesuatu.
Lakukan Sesuatu untuk Allah atau Bantu Orang Lain
Segala sesuatu yang dilakukan Nabi (ﷺ) membuatnya sibuk. Ada dua macam hal, dan tolong ingat ini. Ada dua macam hal yang bisa membuat Anda sibuk. Baik, saya bahkan akan menambahkan yang ketiga.
Nabi (ﷺ) sibuk melakukan sesuatu yang membuat Allah senang atau dia sibuk melakukan sesuatu membantu salah satu ciptaan Allah. Itu dia. Dia melakukan sesuatu hanya untuk Allah, misalnya dia salat, mengingat Allah, zikir. Itu hanya untuk Allah (عز و جل). Atau dia membantu orang lain, membimbing, mengajar, bahkan menolong orang lain mendapatkan penghasilan. Dia melakukan segala macam bantuan kepada orang lain.
Anda harus bertanya pada diri sendiri, apa dua hal yang kita lakukan? Sibukkan diri kita. Apakah kita melakukan sesuatu yang membuat Allah senang atau melakukan sesuatu yang membawa kemudahan untuk orang lain?
Itu yang sebenarnya juga dikatakan Allah kepada Nabi (ﷺ) di surah yang berbeda.
(فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ
وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ)
(وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ) (QS Ad-Duha: 9-11)
Mengapa Dia mengatakan semua itu kepadanya?
Dia berkata, “Kamu dahulu yatim.”
“Sekarang, rawat anak yatim.”
“Kamu dahulu dalam situasi bangkrut.”
“Sekarang pastikan kamu membantu orang lain yang berada dalam situasi bangkrut.”
“Bantu mereka.”
Jadi kita harus menyibukkan diri. Melakukan sesuatu yang mendekatkan kita pada Allah atau memberi kemudahan kepada orang lain.
Ketika Anda peduli dengan Allah dan ketika Anda peduli dengan memberi kemudahan kepada orang lain. Allah menjadi peduli dengan memberikan Anda kemudahan.
Ketika Anda mulai terus berpikir tentang seberapa buruk masalah Anda. Betapa buruk hidup Anda. Bagaimana semuanya berjalan dengan salah. Tidak ada yang bisa diperbaiki. Maka Anda terlalu larut dengan diri sendiri. Anda terlalu putus asa dengan diri Anda. Dan ketika Anda putus asa dengan diri Anda, maka bantuan Allah tidak datang. Bukan begitu cara pertolongan Allah datang.
Jadi Dia berkata,
(وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ) (QS Al-Insyirah: 8)
Sibukkan diri dan fokuskan diri pada TuhanMu.
Masalah-masalah yang Anda dan saya alami ini, saat ini, sangat besar. Yang bisa Anda pikirkan sekarang hanya masalah ini. Tetapi melangkah lebih jauh dan Anda menyadari, kita semua sedang dalam perjalanan dan setiap hari kita membuat kemajuan dalam perjalanan itu. Dan akhir dari perjalanan itu adalah bertemu dengan Allah.
(وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰ) (QS An-Najm: 42)
Jika Anda lupa kenyataan sedang berada di kereta, atau berada di jalan, dan menuju Allah, apakah Anda menyadarinya atau tidak, dan apakah Anda suka atau tidak. Anda tidak tinggal diam. Masalah yang sedang Anda alami ini tidak menghentikan hidup Anda. Ini masih bergerak, Anda dan saya masih pergi untuk bertemu dengan Allah (عز و جل).
Ketika Anda menyadari, tidak peduli apa yang saya alami, perjalanan itu masih berlanjut. Maka menjadi lebih mudah bagi Anda untuk fokus pada tujuan. Dan melupakan fakta bahwa apa pun yang saya alami, area apa pun yang sekarang saya lewati. Saya akan melaluinya. Saya akan terus berjalan karena ini bukan tujuan saya. Tujuan saya adalah Allah.
Pikirkan itu, bayangkan seperti itu ketika Anda melewati jalan. Anda menyadari akan melalui jalan, dan melewati daerah yang baunya sangat busuk. Jika Anda terus bergerak baunya tidak akan tinggal bersama Anda kan? Itu tidak akan ada di sana selamanya. Anda bisa melewatinya dan akan berada di lokasi yang lebih baik. Anda mungkin melewati daerah yang berbahaya. Yah itu tidak akan berbahaya selamanya jika Anda terus bergerak. Anda akan berada di tempat yang lebih aman. Begitulah hidup ini! Kita harus melewati pengalaman ini.
Allah (عز و جل) berkata, setiap perjalanan yang Anda lewati ada beberapa rencana yang dimaksudkan Allah. Anda dan saya hanya perlu melihat, bertanya, apakah kita orang yang menyibukkan diri atau tidak? Apa yang kita lakukan di akhir hari?
Anda tahu, hal ketiga yang akan saya tanyakan… saya mengatakan bahwa Nabi (ﷺ)… melakukan sesuatu yang membuat Allah senang atau membantu ciptaan-Nya dengan berbagai cara. Tapi untuk kita, sebagian besar hari dihabiskan melakukan sesuatu untuk diri kita sendiri.
Kita tentu saja memiliki kebutuhan. Makanan, pakaian, pekerjaan adalah kebutuhan. Kita melakukan itu untuk diri kita sendiri, tapi apakah waktu senggang itu, karena ayatnya bukan tentang 24/7 Anda. Itu tentang kapan Anda senggang.
(فَاِذَا فَرَغْتَ) (QS Al-Insyirah: 7)
Ketika (tidak) senggang, oke, Anda tidak punya pilihan. Anda harus bangun jam 5:00 pagi. Anda harus mulai bekerja pada jam 6:00 pagi. Anda bekerja sampai jam 6:00 sore. Baik. Anda terjebak kemacetan hingga 7:30. Tidak masalah. Anda tidak punya pilihan. Anda tidak senggang.
Tapi apa yang Anda lakukan dengan waktu, ketika senggang. Apa yang Anda lakukan dengannya, ketika Anda tidak senggang, dan apa yang Anda lakukan dengannya ketika Anda senggang. Akan menentukan ya atau tidaknya Allah akan memberi kemudahan dalam hidup Anda. Itu akan menentukan.
Jadi, Anda dan saya harus bertanya pada diri sendiri, apa yang kita lakukan dengan waktu senggang, dan apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita dengan waktu luang mereka. Saat mereka memiliki waktu luang, video game. Saat mereka memiliki waktu luang, TV menyala. Kita tidak melakukan sesuatu. Kita tidak melakukan sesuatu yang produktif. Kita tidak menyibukkan diri melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mementingkan diri, menghibur diri, atau egois.
Satu-satunya yang dipikirkan adalah apa yang akan kita makan untuk makan siang, apa yang akan kita makan untuk makan malam, film mana yang akan kita tonton. Anda ingin menonton sesuatu, ingin memainkan sesuatu, hanya menghibur diri sendiri, makan, dan putus asa, dengan gangguan-gangguan ini. Itulah yang terjadi.
Bagaimana ini (فَانْصَبْ)?
Anda tahu, ini bukan (فَانْصَبْ)?
(فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ) (QS Al-Insyirah: 7)
Kemana perginya? Apa jaminan seseorang bisa, Anda tahu, putus asa dengan game, permainan, hiburan? Anda tahu apa yang dihasilkan hal-hal itu? Mereka hanya akan membawa lebih banyak kesulitan.
Saya tidak mengatakan seharusnya Anda tidak bermain game dan hiburan. Saya tahu ini musim panas, anak-anak ingin bersenang-senang. Tidak apa-apa. Tetapi mereka juga perlu diajari, bagaimana memanfaatkan waktu mereka, bagaimana memanfaatkan… Mereka tidak bisa mempelajarinya jika tidak belajar dari Anda dan saya.
Ketika kita memiliki waktu luang, kita mulai membuangnya, kita mulai menyia-nyiakannya, kita tidak melakukan sesuatu yang produktif dengannya. Maka itu kebiasaan yang mereka pelajari dengan cara mereka sendiri. Kita memimpin dengan memberikan contoh. Kita mencontohkan perilaku kita kepada mereka. Itu hal penting yang kita… Anda dan saya menjalani ini.
Dan ketika mereka berkata,
“Kenapa Anda selalu melakukan sesuatu?”
“Kenapa kita selalu membantu orang?”
“Kenapa kita selalu pergi ke masjid?”
“Kenapa kita selalu belajar ini?”
“Kenapa kita…”
“Kenapa kita… tidak pernah punya cukup waktu luang?”
Kita akan mengingatkan mereka.
(فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ) (QS Al-Insyirah: 7-8)
Mengapa kita melakukan itu?
Karena kita ingin membuat hidup jauh lebih mudah.
(فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) (QS Al-Insyirah: 5-6)
(فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ) (QS Al-Insyirah: 7-8)
Ini warisan yang ditinggalkan untuk Nabi (ﷺ). Ini saran yang diberikan kepadanya. Ini fokus yang diberikan kepadanya, (ﷺ). Jadi kita harus membawanya ke dalam hidup. Jika ingin hidup kita menjadi lebih baik, jika ingin kemudahan menyentuh hidup kita.
Kesulitan Terbesar & Kemudahan Pertama Terjadi Di Dalam
Setiap dari kita memiliki masalah. Tidak ada satu pun dari kita yang tidak memiliki masalah. Dan Anda tahu apa masalah yang paling sulit? Masalah yang paling sulit bukan di luar. Masalah yang paling sulit adalah yang terjadi di dalam dada. Masalah yang paling sulit adalah apa yang Anda rasakan. Masalah yang paling sulit adalah pikiran Anda. Itu lebih merusak daripada apa pun yang terjadi di luar. Dan karenanya lihatlah surah ini.
Kemudahan pertama yang diberikan Allah kepada Nabi (ﷺ) adalah…
(اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ) (QS Al-Insyirah: 1)
“Kami melapangkan dadamu untukmu.”
Kami memberimu ketenangan.
Pada akhirnya, seseorang ketika dia mendengar bahwa Allah memberi Rasulullah (ﷺ), ketenangan.
Di tengah masalah terburuk, yang bisa dimiliki seorang manusia. Dia tenang. Kenapa dia damai? Dan pada akhirnya Allah menggambarkan itu.
(فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ) (QS Al-Insyirah: 7-8)
Jika Anda bisa melakukannya. Tidak masalah apa yang orang katakan kepada Anda. Tidak masalah apa masalah yang Anda hadapi di luar. Anda akan memiliki kemudahan terbesar dan dada Anda akan tenteram. Hati Anda akan nyaman. Anda akan tenang.
Semua orang menangis, gugup, takut. Mereka akan melalui semua jenis gejolak emosional. Sedangkan Anda semakin menemukan diri dalam keadaan damai dan dalam kondisi tenang karena Anda hidup dengan kebenaran yang mendalam ini.
Semoga Allah (عز و جل) memberikan ketenangan bagi hati kita semua. Semoga Allah (عز و جل) menjadikan kita manusia yang menemukan (شَرْحُ الصَّدْر), bahwa hati kita terbuka dan dada kita diperluas dengan rahmat Allah.
Saya berdoa agar Allah menjadikan kita umat yang berkemauan kuat, agar kita memanfaatkan waktu luang dengan lebih baik. Sehingga Allah (عز و جل) memberi kita banyak kemudahan. Jauh lebih besar daripada kesulitan yang harus kita hadapi dalam hidup kita.
(بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْحَكِيْم)
(وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ)