Ketika orang lain berlaku tidak adil pada Anda, ketika orang lain menzalimi Anda atau ketika Anda menyaksikan kezaliman terjadi, jangan bereaksi berlebihan, karena itu sudah menjadi rencana Allah.
“Saya akan bersabar dan tidak mengatakan yang lain.”
Ini dianjurkan terhadap hal-hal yang terjadi di luar kendali kita. Ketika sesuatu yang terjadi di luar kendali kita, selalu ada rencana di sana. Selalu ada sesuatu yang terjadi yang berasal dari Allah.
Kita bangkit untuk membela kebenaran, kita bicara menentang kezaliman yang terjadi, adalah kewajiban kita terhadap diri sendiri. Namun ini lebih dari semua itu. Itu jelas. Itu intuisi umum. Itu hal yang paling banyak dibicarakan Alquran.
Namun, ada lagi adab terhadap Allah (عَزَّ وَ جَلَّى) bahwa kita harus merendahkan diri. Kita harus… Saya harus sungguh-sungguh menyatakan dalam diri saya sendiri bahwa saya tidak akan mempertanyakan perbuatan Allah.
Saya takkan berkata, “Ya Allah, saya tidak melihat logika dibalik rencana ini. Saya tidak mengerti.”
“Jika saya yang merencanakan pasti hasilnya lebih baik.”
(معاذ الله) – Hindarkan kami dari itu Ya Allah.
Ini pemikiran yang terlintas di benak seseorang. Ini harus dibasmi. Karena kemampuan merencanakan saya, keputusan yang saya ambil, di benak saya…”Apa Anda kira Anda lebih pengampun dari Allah?”
“Anda kira Anda lebih adil dari Allah?”
Anda… Saya kira saya…
“Apakah saya perencana yang lebih baik dari Allah?”
“Saya lebih tahu dari Allah?”
“Saya lebih bijaksana dari Allah?”
Begitukah yang saya pikirkan? Karena jika saya mempertanyakan penilaianNya seperti itu, maka jelas pasti ada sesuatu yang salah!
Tentu suatu saat kita bisa mendekati kondisi itu, bahkan para Malaikat melakukannya suatu ketika, mereka tidak mengerti mengapa Adam diciptakan. Mereka tidak mengerti. Mereka bahkan bertanya kepada Allah (عَزَّ وَ جَلَّى),
(QS. Al-Baqarah: 30) – (أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ)
“Apakah Engkau akan menempatkan di bumi seseorang yang akan menimbulkan kerusakan dan menumpahkan darah?”
“Kami tidak mengerti.”
Namun segera saja, segera setelah mereka menanyakan hal ini, karena ketidakpahaman mereka, tidak mengapa, kita bisa bertanya pada Allah.
“Ya Rabb, saya harap saya bisa mengerti mengapa ini terjadi.”
“Beri saya keridaan untuk menghadapi apa yang terjadi.”
Itu tidak masalah, tapi segera setelahnya, apa yang dikatakan para Malaikat?
(QS. Al-Baqarah: 30) – (وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ)
“Namun bagaimanapun, Engkau Maha Sempurna.”
“Kami tidak mempertanyakan KesempurnaanMu.”
“Kami tidak paham, tapi bukan berarti bahwa Engkau telah mengambil keputusan yang keliru.”
Itulah kerendahan hati. Begitulah seharusnya menjadi salah satu hamba Allah. (عبدا من عبادنا).
Dan ini sama sekali tidak terkait dengan… Di satu sisi Anda bisa saja punya ilmu tentang Alquran, Anda bisa saja paham Bahasa Arab dan hafal Alquran, juga belajar hadis, Anda paham semua itu, namun hal ini tidak ada disana, keridaan terhadap ketentuan Allah. Keridaan terhadapnya.
Paham bahwa apa yang Allah lakukan lebih baik. Paham bahwa yang telah Allah lakukan ada kebijaksanaan dibaliknya. Paham bahwa yang telah Allah lakukan, bahwa Allah adalah perencana yang jauh lebih baik dari Anda dan saya. Dan ada kebaikan didalamnya.
Mungkin saja kebaikan itu adalah; Anda tahu kadang tanaman tumbuh dalam dua hari saja, kadang ia tumbuh dalam 20 tahun kan? Jadi benih yang Anda tanam saat ini, kita tidak tahu kapan kebaikannya bisa dipanen, apakah ia muncul 100 tahun lagi, kita tidak tahu itu.
Itu rencana Allah. Kita tidak punya ilmu tentang itu. Ini bukan sesuatu yang Allah (عَزَّ وَ جَلَّى) putuskan untuk memberi tahu kita.
Subtitle Transkrip oleh Darul Arqam Studio