Ketika Rasul (ﷺ) ditanya oleh Aisyah, “Apa masa tersulit yang pernah engkau alami sepanjang hidupmu?”
“Apakah itu saat perang Uhud?”
https://www.youtube.com/watch?v=6jyJy8rEn4k
Untuk alasan yang sangat jelas giginya patah dan beliau jatuh ke lubang dan dikabarkan bahwa beliau terbunuh. Adalah hari yang mengerikan, saat perang Uhud.
Jadi untuk Aisyah yang menyaksikannya dan yang pada saat itu adalah istri Rasulullah (ﷺ), dia tidak memiliki persepsi tentang periode Mekah, karena dia masih kecil.
Beliau berkata, “Tidak, wahai Aisyah. Bukan di Madinah.”
“Saat tersulitku, ketika di Mekah.”
“Ketika aku pergi ke Thaif, mencari tempat alternatif sebelum datang ke Madinah, aku dilempari batu oleh orang-orang ketika mereka menolakku. Sedemikian rupa sehingga kakiku berdarah.”
Dan sejarawan mengatakan bahwa… Anda tahu ketika seseorang berdarah, sandal atau sepatu atau kaus kakinya menempel di kulit kaki, dan mereka mengatakan bahwa sandalnya menempel di kaki Rasul (ﷺ) dan darah mengalir kemana-mana.
Zaid bin Haritsah bersamanya, melindungi dan membersihkannya. Bayangkan jika Anda ada di sana, jika seseorang di jalan menampar Anda dan polisi datang dan berkata, “Apakah dia secara fisik menganiaya Anda?”
Anda berkata, “Ya!”
Apakah Anda akan mengatakan pada saat itu, “Tidak, dia tidak melakukannya.”
Dan ketika dia datang kepada Anda, orang ini, dia berkata, “Mengapa Anda tidak mengatakannya kepada polisi?”
Anda berkata kepadanya, “Yah, saya memaafkan Anda.”
“Mungkin suatu hari Anda akan menjadi seorang Muslim atau mungkin suatu hari nanti anak-anak Anda akan menjadi Muslim.”
Apa yang Rasul kita (ﷺ) lakukan adalah persis seperti itu!
Ketika malaikat datang, malaikat penjaga gunung, dan ada dua gunung besar dan Rasul (ﷺ) berada di antara keduanya, dan malaikat itu berkata, “Aku diperintahkan oleh Allah (سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى).”
Lihatlah hubungannya sekarang, ini dengan Allah, bukan dengan polisi. Bukan dengan sekuriti, tidak, ini adalah Allah.
Allah mengutus malaikat sekarang, untuk pergi dan melihat apa yang beliau inginkan. Dan malaikat itu berkata kepada Rasul (ﷺ), “Haruskah aku hancurkan saja mereka di antara dua gunung besar ini?”
Dan malaikat itu berkata dengan suara keras, suara marah, karena apa yang dia lihat. Dan manusia ini melampaui level malaikat dalam kebaikan dan memaafkan hanya karena dia adalah Nabi Rahmah Lil ‘Alamin.
Dan berkata, “Tidak.”
Anda tahu mengapa tidak? Karena anak-anak. Bukan karena mereka. Karena anak-anak. Pernahkah Anda memikirkan hal itu? Pernahkah Anda berpikir bahwa anak-anak sangat tercinta? Sangat berharga? Penuh harapan sampai Anda menaruh harapan pada mereka bahwa suatu hari mereka akan mengubah banyak hal? Bahwa suatu hari mereka akan mengubah Thaif menjadi kota Muslim?
Lihatlah visinya, saudara-saudari sekalian. Ini bukan hanya tentang darah. Ini bukan tentang ego. Ini bukan tentang “mereka menghina saya”. Ini tentang apa yang Anda inginkan dari bumi ini. Apa yang Anda inginkan dari manusia-manusia itu? Anda ingin mengebom mereka? Membunuh mereka? Atau apakah Anda ingin mengubah mereka? Jauh lebih dari itu, ini membutuhkan visi, membutuhkan pendidikan, membutuhkan toleransi, membutuhkan belas kasihan.
Anda tahu Rasul kita (ﷺ), dia berkata, “Hal yang paling aku cintai adalah salat dan salat dan salat dan salat.”
Tetapi yang lebih dicintainya adalah tidak melihat seorang anak menangis. Itulah mengapa beliau mempersingkat salatnya. Pernahkah Anda melihat Ayah yang seperti ini? Beliau melawan emosinya dan perasaannya dan kegembiraan untuk kesenangan yang lebih besar, dan itu adalah untuk menjaga anak tetap tenang dan menjaga ibunya agar tidak khawatir anaknya menangis ketika dia sedang salat.
Subtitle Transkrip oleh Darul Arqam Studio