[Transkrip Indonesia] Kekuasaan Yang Diberikan Kepada Manusia – Nouman Ali Khan


Allah telah memberi setiap kita sejumlah kekuatan. Dia memberi kita kendali terhadap tubuh kita, Dia memberi kita kendali terhadap anggota tubuh, mata, lidah semua itu semacam (مُلْك) yang diberiNya kepada kita di wilayah ini. Tubuh ini bukanlah milik saya, tapi sesuatu yang atasnya Allah beri saya kekuasaan.

Fakta bahwa saya bisa menggerakkan lidah saat ini, atau otak saya yang bisa memikirkan sesuatu, dan menyampaikan ke bawah dengan cara yang mampu di capai lidah saya, serta fakta bahwa Anda bisa mendengar suara saya, memproses dan memahaminya, semua adalah kekuatan, sebuah (مُلْك) yang diberikan Allah kepada kita, semua ini adalah sesuatu yang sebenarnya bukan milik kita.

Sama halnya, sedikit lebih jauh di luar tubuh kita sendiri, Allah telah memberi semacam kewenangan, pengaruh, atau kendali di kehidupan kita. Anda memiliki sebentuk kewenangan terhadap benda-benda yang Anda miliki. Fakta bahwa Anda membelokkan setir ke kanan, lalu mobilnya bergerak ke kanan adalah qudrah di dalam (مُلْك) yang telah diberi Allah pada Anda atas mobil Anda.

Karena jika Allah berkehendak, keleluasaan mengendalikan mobil bisa saja diambil sehingga mobil akan tetap berjalan lurus tidak peduli berapa keras usaha Anda seperti yang sering terjadi saat saya tinggal di New York dan sedang turun salju, Anda boleh saja berbelok sekuat tenaga, mobilnya tetap berjalan lurus. Jadi ini adalah sesuatu yang dikaruniakan oleh Allah, bukan sesuatu yang kita miliki atau kuasai.

Di luar semua itu, tentunya ada kendali dan wewenang kita terhadap orang lain. Sebagai orang tua, saya memiliki sebentuk kendali terhadap anak-anak saya. Meski ingin punya kendali lebih, tapi saya tidak punya. Saya hanya punya kendali yang terbatas terhadap anak-anak saya. Pasangan bisa menggunakan pengaruh atau kendali terhadap pasangannya. Guru bisa menggunakan kendali terhadap siswa-siswanya.

Jadi di dalam kehidupan pribadi, di masyarakat, di keluarga atau pekerjaan. Mungkin saja Anda seorang manajer, memiliki semacam kendali terhadap tim Anda, orang-orang yang bekerja di bawah tim Anda. Mungkin saja Anda pemilik usaha, Anda punya kendali terhadap karyawan Anda. Allah memberi kita tingkatan kekuasaan yang berbeda, tingkat kendali, wewenang, dan kekuasaan yang berbeda di dalam hidup kita.

Jadi ketika kita mendengar ayat ini, yang harus Anda dan saya dengarkan, karena setiap kita telah diberi sebentuk kekuasaan dan pengaruh. Setidaknya terhadap diri kita sendiri, namun juga di luar diri kita. Allah ‘azza wa jalla memerintahkan kita untuk menyatakan hal ini.

Dia berfirman, (قُلِ ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ)

(وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ) (Surat Ali Imran ayat 26)

Dimulai dengan Allah memerintahkan kita untuk menyatakan, (قُلِ ٱللَّهُمَّ), Katakan! Wahai Allah.

Katakan ini kepada Allah, artinya ini sesuatu yang harus selalu diucapkan. Ini bukan sekedar doa, didalamnya ada semacam permintaan (talab), Biasanya di dalam doa di dalam Alquran Anda temukan (رَبَّنَا), (رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا)

(رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا) di dalam surat yang sama (Surat Ali Imran ayat 8)

Di sini kita temukan sesuatu yang berbeda, Anda dan saya menyatakan sesuatu kepada Allah, setelah menyatakan kepada Allah bahwa kita beriman kepadaNya lalu kita dibawa kepada pernyataan ini. Dalam pemahaman kita, pernyataan ini sebenarnya adalah perpanjangan dari syahadat (لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ), apa maknanya bagi kita secara sederhana?

Kita katakan, “Wahai Allah, (مَالِكَ الْمُلْكِ) pemilik semua kerajaan, semua kedaulatan, semua kekuatan, frase ini, meski seluruh khutbah bisa saja hanya tentang frase ini, saya ingin Anda berpikir tentang frase yang luar biasa ini, (مَـٰلِكَ ٱلْمُلْك)

(مَالِك) adalah seseorang yang memiliki sesuatu, jadi saya bisa saya (مَالِك) dari sebuah pena, atau TV ini, atau sebuah objek, saya memiliki barang-barang. Zaman dahulu orang lazim memiliki domba atau sapi, mereka adalah (مَالِك) nya. Barang-barang yang Anda miliki, Anda memiliki hak penuh untuk melakukan apapun yang Anda inginkan padanya.

Jika saya ingin mematahkan pena saya, itu hak saya, jika saya ingin melemparnya ke sampah, itu hak saya, jika saya ingin menulis menggunakannya, itu hak saya. Saya memiliki otoritas mutlak untuk melakukan apa saja yang saya inginkan, tak seorang pun bisa mempertanyakannya, mengapa saya melakukannya, karena pena itu milik saya sepenuhnya. Jika Anda punya mobil dan memutuskan mengganti bannya, atau mengiris bannya, itu urusan Anda. Tidak seorang pun bisa mempertanyakannya, karena itu milik Anda. Zaman dahulu seseorang memiliki seekor kambing, apakah mereka ingin menyembelih atau memerah susunya, itu terserah mereka.

Jadi ketika Allah menggambarkan diriNya sebagai (مَالِك), sebelum menyebutkan (مُلْك) dalam (مَـٰلِكَ ٱلْمُلْك), kita mengkomunikasikan sesuatu kepada Allah, yang kita pahami tentangNya, Dia mutlak memiliki semua kekuasaan, kekuasaan yang saya miliki adalah milikNya, kekuasaan yang diberi atau diambilNya dari saya adalah milikNya.

Dengan kata lain, mengapa Dia memberi wewenang kepada orang ini, mengapa Dia mengambil wewenang dari orang ini, bukanlah sesuatu yang layak saya pertanyakan. KeputusanNya itu adalah hakNya, milikNya dan bukan sesuatu yang layak saya pertanyakan selamanya, karena kekuasaan itu sendiri adalah milik Allah, Dia punya hak penuh atasnya untuk menggunakan dan menyebarkannya sesuai kehendakNya.

Subtitle Transkrip oleh Darul Arqam Studio

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s