Menurut Anda apa gunanya untuk berkomunikasi, menolong seseorang yang sangat berlawanan dengan Anda? Seorang pemuja setan, atau siapapun itu. Berkomunikasilah dengan mereka dengan baik barangkali Allah berkenan memberi mereka hidayah. Dan meskipun Allah tidak memberi mereka hidayah, itu urusan mereka dengan Allah.
Lihatlah Nabi Musa ‘alaihissalam. Allah mengirimnya kepada seorang lelaki yang biasa mengatakan,
(أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلْأَعْلَىٰ) (QS. An Nazi’at: 24)
Akulah Tuhan, Aku ini Tuhan.
Itulah yang sering dikatakan Fir’aun.
(وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرِى)
Fir’aun berkata, “Wahai bangsaku, aku tidak tahu ada Tuhan yang lain selain aku untuk kalian sembah.” (QS. Qasas: 38)
Seperti itulah dia. Namun ketika Allah mengirimkan Musa kepadanya, Allah (سبحانه وتعالى) memerintahkan Nabi Musa (عليه السلام) dan saudaranya Harun. Allah berfirman kepada mereka,
(فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًۭا لَّيِّنًۭا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ) (QS. Taha: 44)
Pergilah kepadanya dan sampaikanlah dengan lembut, barangkali dia akan ingat, mungkin saja dia akan sadar siapa Kami, atau dia akan paham, takut, dan menyadari.
Jadi bicaralah kepadanya dengan lembut. Allah menyuruh seseorang yang paling mulia saat itu, Nabi Musa, untuk pergi menemui orang yang paling hina di masa itu, dan dia adalah Fir’aun. Dia seorang tiran, seorang pembunuh, yang telah membunuh banyak orang. Dia menciptakan petaka demi petaka.
Jika Allah mau, Dia bisa saja menimpakan bencana padanya dan melakukan apapun yang diinginkanNya. Tapi Allah memberinya waktu yang panjang. Allah tidak memerintahkan Musa, “Pergi dan bunuh dia!” Tidak!
Allah berfirman, “Datanglah padanya dengan ucapan yang indah, kata-kata yang penuh kasih sayang dan lembut.”
“Kamu sangat bertentangan dengan lelaki ini, dia tidak sekedar musyrik, tapi nyata-nyata musyrik.”
“Dia telah menempatkan dirinya sebagai Tuhan selain Allah.”
Tapi Allah tidak memerintahkan, “Pergi dan bunuh dia!”
“Pergi dan celakai dia! Pergi dan caci maki dia!”
“Pergi dan beri dia julukan buruk!”
“Pergi dan katakan, ‘Hei kafir, kamu masuk neraka jahannam!'”
Tak satupun dari hal itu diucapkan kepada Fir’aun. Namun kita sering mengucapkannya pada orang lain yang tidak seburuk Fir’aun. Padahal kita tidak ada seujung kukunya Nabi Musa. Siapa kita dan siapa mereka? Anda paham?
Bisakah kita menyebut diri kita Muslim? Kita bicara dengan nada yang lebih keras kepada saudara kita daripada apa yang diperintahkan pada Nabi Musa saat bicara kepada Fir’aun. Apakah saudara Anda seorang Fir’aun kecil?
Beberapa di antara Anda mungkin menganggukkan kepala, “Betul, dia Fir’aun kecil.”
Di rumah kami memanggilkan Fir’aun.
Semoga Allah mengampuni kita. Semoga Allah tidak membiarkan itu terjadi. Apapun yang terjadi, marilah kita realistis saja. Jika sudah saatnya, hukuman itu akan tiba juga. Saat Allah menginginkan kematian Fir’aun, maka dia mati. Mengapa kita harus membunuh orang? Untuk apa? Mengapa kita harus mencelakai mereka?
Subtitle Transkrip oleh Darul Arqam Studio