[MFA2019] Rezeki-Nya yang Tak Pernah Terduga – Al akh Ilham Fathurrohman


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

 

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaq, 65: 2-3).

Dalam ceramah Ustadz Nouman yang berjudul Reconnect with Quran di Masjid Istiqlal Jakarta ada perkataan beliau yang membuat aku kaget dan penasaran yaitu “Alquran ibarat sebuah lautan, anda tidak perlu menyelesaikan semua ayat Alquran, tapi jika setiap hari anda berhubungan dengan Alquran, maka anda berhasil.” Bagi mahasiswa umum dan orang yang belum memiliki kapasitas keilmuan agama, karena secara pendidikan tidak menekuni bidang agama, perkataan tersebut harus lebih dicerna dengan hati yang bersih, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ibrah atau pelajaran yang dapat diambil adalah agar kita setiap hari terhubung dengan Alquran lewat membaca dan mendengar ayat-ayat Alquran. Tak perlu banyak-banyak, yang penting istiqomah.

Maka ketika aku membuka Surat Ath-Thalaq 2-3 ini, awalnya aku tidak terlalu menyoroti makna dan kandungan ayat tersebut. Sehingga terlihat biasa, tak ada yang spesial. Namun aku mengalami sebuah kisah nyata yang membuatku menjadi tahu tentang pertolongan Allah dan hikmah dari Wa yarzuqhu min haitsu lâ yahtasib.

Awalnya kami berlima berangkat dari rumahku sekitar pukul 11.00 WIB. Kami berangkat ke Pantai Pasir Putih Kampung Laut Cilacap menggunakan perahu yang lumayan besar. Ada 9 orang penumpang di perahu: aku dan 4 orang sahabatku, adik, keponakan, temanku, dan kakak ipar dari keluarga ayahku.

Udara begitu segar dan cuaca sangat cerah. Kami tiba di dekat pantai. Langsung turun menuju pantai. Nakhoda perahu kami pulang ke desaku, berjanji nanti sekitar 14.30 akan menjemput di tempat yang sama.

Kami semua meluncur ke pantai melewati bukit yang lumayan tinggi. Sesampai di pinggir pantai, terdengar suara ombak yang sedang menari-nari. Kami menyiapkan tempat dan mencari kayu bakar. Ayam yang akan dibakar sudah dipersiapkan dari rumah.

Selesai membakar ayam kami makan dengan wadah dari daun pisang. Makan bersama dan saling berbagi begini terasa menyenangkan, walaupun porsi makanannya tidak terlalu banyak.

Kira-kira jam 13.00 kami bersiap untuk sholat Zhuhur dan Ashar (jamak). Kami berwudhu. Temanku yang bernama Satrio mencari arah kiblat lewat aplikasi. Satrio iqomat sedangkan aku yang menjadi imamnya.

Sholat terasa tenang, sejuk, dan nyaman walaupun matahari menyengat kulit dan hanya beralaskan pasir putih tanpa sajadah.

Selanjutnya kami berlima, aku, Satrio, Deni, Ngesti dan Aston berenang di pinggir pantai, di bagian yg dangkal, bukan di bagian yg dalam karena cuma aku yang bisa berenang. Kami sempat ke tepi pantai untuk istirahat, tapi lanjut berenang lagi karena temen-temen ingin sekali lagi berenang.

Tiba-tiba hal itu terjadi. Saat itu posisi aku, Satrio, dan Deni berdekatan sedangkan Ngesti dan Aston agak jauh. Terdengar suara Ngesti minta tolong. Aston, Deny, dan Satrio memintaku supaya menolong Ngesti. Aku kira Ashton dalam posisi aman karena dia terlihat sangat tenang. Sementara itu Deny dan Satrio meminta bantuan ke orang sekitar dan menghubungi keluarga namun sinyal di lokasi menghalangi kami untuk berkomunikasi. Aku berusaha menyelamatkan Ngesti. Terakhir aku tarik rambut Ngesti tapi lepas dari genggamanku. Aku sendiri juga sudah hampir tenggelam dan banyak minum air laut, lemas dan hampir bernasib sama dengan Ngesti. Aku tawakal dan ikhtiar sambil takbir, dan tahlil menyebut asma Allah, berusaha untuk bertahan hidup.

Beberapa waktu kemudian, dari arah yang tidak disangka-sangka ada Mas Ridho yang membawa papan dan pelampung keselamatan. Aku digendong Mas Ridho. Dibawa menuju pinggir pantai, langsung disambut Satrio dan Deni.

Selain Satrio dan Deni, ada adikku juga. Alhamdulillah. Tapi aku tidak melihat Aston. Lalu semua berusaha minta tolong, mengontak nomor telpon rumah dan keluarga. Suasana agak kacau karena tidak dapat sinyal saat itu. Ngesti dan Aston masih tidak nampak juga.

Beberapa menit kemudian mulai berdatangan warga naik perahu. Ada tim SAR dan warga Kampunglaut. Sementara aku, Satrio, dan Deni di bawa ke rumahku. Kondisiku drop. Masih trauma dan juga khawatir.

In sya Allah Ngesti dan Aston meninggal dalam keadaan baik, karena sebelumnya sudah sholat zhuhur sekaligus sholat Ashar (jamak). Aku teringat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, salah satu ciri orang yang syahid adalah meninggal karena tenggelam. “Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid. Siapa yang mati karena wabah penyakit Tha’un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.” (HR. Muslim 1915)

Dan in sya Allah pengalaman yang luar biasa ini memberiku pelajaran begitu besar. Hikmah yang sangat bernilai buatku untuk mengarungi kehidupan selanjutnya. Tentang betapa sangat sakitnya orang yang akan meninggal. Aku merasakannya. Aku sempat hampir meninggal. Benar-benar tidak bisa dibayangkan sakitnya.

“Dengan taqwa, badan yang berikhtiar dan hati yang bertawakkal kepada Allah ‘azza wa jalla, diri ini menjadi tenang. Dan atas pertolongan Allah yang mendatangkan seseorang dari arah yang tak di sangka-sangka untuk menolongku di ambang kematian. Tak terbayangkan. Sebenarnya sangat sulit untuk dapat selamat di tengah besarnya gulungan gelombang laut dan dalam nya samudra.”

Semoga dengan amanah yang besar masih diberi kesempatan melanjutkan hidup di dunia ini, senantiasa kita berada di jalan terbaik dan terus berkarya untuk kebaikan yang mengalir dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

 

Dari kejadian nyata, 14 April 2015

Al-Akh Ilham Fathurrohman Al-Cilacapy

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s