Allah SWT dengan Maha Pemurahnya telah menganugerahkan waktu selama 24 jam setiap hari untuk kita. Waktu yang sejatinya tidaklah singkat, mengingat betapa banyaknya kegiatan yang kita bisa lakukan dalam satu hari. Dan dari 24 jam tersebut, Allah SWT hanya mewajibkan kita untuk menunaikan shalat lima waktu, yang mungkin jika kita total tidak akan menghabiskan lebih dari satu jam per hari.
Kurang lebih hanya satu jam waktu yang Allah minta dari kita untuk menghadap-Nya dalam shalat, dalam sujud dan doa. Waktu yang terbilang singkat jika kita bandingkan dengan berjam-jam waktu yang bisa kita habiskan untuk menonton series favorit kita, menonton deretan story di instagram atau sekedar untuk meninggalkan komentar dan like di berbagai postingan. Lantas, pertanyaan yang muncul adalah, dengan mengingat singkatnya waktu yang kita gunakan untuk shalat, sudahkah kita merindukan shalat?
Dalam Surat ke-94, yakni surat Al-Insyirah (Ash-Sharh) ayat 7, Allah SWT bersabda:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
“So when you have finished [your duties], then stand up [for worship].”
Ust. Nouman Ali Khan dalam salah satu ceramahnya membahas makna surat pendek ini yang secara umum merupakan bentuk kasih sayang Allah untuk menenangkan Nabi Muhammad SAW. Namun ayat ke tujuh di atas merupakan ayat yang paling membekas bagi saya karena ayat yang sependek ini menyimpan makna yang sangat dalam untuk ditadaburi.
Ust. NAK menginterpretasikan bagian pertama dari ayat ini (When you have finished [your duties]) mengacu pada tugas Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah, menyampaikan islam kepada umat, dan bagian kedua dari ayat ini (then stand up [for worship]) mengacu pada shalat yang Nabi Muhammad SAW tunaikan. Sehingga, pada ayat ini, Ust. NAK menginterpretasikan bahwa ini adalah bentuk ‘menenangkan’ yang Allah berikan agar Nabi Muhammad menyelesaikan tugas dakwahnya dan kemudian kembali menghadap-Nya dalam shalat.
Sebagai seorang utusan Allah SWT dalam menyerukan kebenaran kepada manusia, Nabi Muhammad SAW, seperti Nabi-Nabi Allah yang lain, mengalami berbagai ujian, cibiran, hinaan dan penolakan. Sehingga, manakah yang terasa lebih mudah diantara mengahadapi orang-orang yang menghina dan menolak kebenaran dengan mengahadap Allah yang merupakan sumber kebenaran? Tentu saja menghadap Allah SWT dalam shalat merupakan hal yang lebih mudah dan merupakan hal yang paling Nabi Muhammad SAW tunggu-tunggu dan rindukan.
Implikasi ayat ini bagi kita adalah, sudahkah menghadap Allah dalam sujud dan shalat jauh terasa lebih mudah bagi kita dibanding berhadapan dengan orang lain? Sudahkah kita merindukan shalat sebagai waktu istimewa yang kita gunakan untuk mengahadap dan berdialog dengan Allah SWT? Ataukah jangan-jangan selama ini shalat yang kita lakukan hanya sebatas penggugur kewajiban? Astagfirullah…
Surat pendek ini merupakan salah satu surat favorit saya dalam shalat, dan ayat ini selalu menjadi pengingat kala shalat dirasa tidak khusyu’. Ayat ini juga yang secara pribadi menyadarkan saya bahwa terkadang kita merasa sangat berat saat harus menghadap Allah SWT dalam dua raka’at pendek shalat subuh ataupun untuk sekedar menunaikan shalat sunah tahajud di sepertiga malam. Padahal begitu banyak waktu yang Allah anugerahkan kepada kita dalam satu hari. Selain itu, tidak seperti saat kita akan bertemu dengan seseorang yang kita anggap penting, yang seringkali mengharuskan kita berpenampilan sebaik dan semaksimal mungkin, sewangi mungkin lengkap dengan make up yang cantik, Allah tidak pernah meminta semua itu saat kita menghadap-Nya dalam shalat. Allah hanya meminta kita menghadap-Nya dalam keadaan suci dan bersih.
Lantas, marilah kita semua berdoa semoga Allah SWT ridha untuk menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang senantiasa merindukan dan menunggu-nunggu waktu shalat sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Amiiiin…
Sumber kajian :
terimakasih telah menuliskan atas tulisan ini
LikeLike