Kalau bicara ayat Al-Qur’an favorit ada banyak sekali, karena hampir semua ayat bermakna. Salah satunya QS Al Isra ayat 84.
قُلْ كُلٌّۭ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًۭا
Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing “. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Mengapa ayat ini favorit saya? Karena ayat ini menguatkan saya saat baru hijrah, saat saya memilih resign dari sebuah bank konvensional. Resign dari pekerjaan yang sudah selama 13 tahun digeluti tentunya menjadi suatu kehebohan tersendiri. Ada yang setuju dan ada juga yang kontra dengan keputusan saya.
Farabbukum a’lamu biman huwa ahda sabila. ‘Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya’. Bagian ayat tersebut menambah keyakinan saya untuk tidak terlalu mempedulikan perkataan orang lain dan memantapkan hati untuk istiqomah dalam berhijrah.
Makna ayatnya memang dalam, namun akan mudah dipahami lewat penjelaskan Ustad Nouman. Dalam penjelasan tersebut disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda, baik secara fisik (bagian luar diri manusia) maupun kepribadiannya (bagian dalam diri manusia). Berbeda pula jalan hidupnya, karakternya, tempat kelahirannya, dan kesukaannya. Termasuk berbeda ujiannya, kelebihannya dan juga kekurangannya. Semua perbedaan ini diciptakan untuk membuat manusia saling ketergantungan satu sama lain.
Seperti Nabi Musa dan Nabi Harun, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, namun keduanya saling melengkapi. Baik kelebihan maupun kelemahan manusia adalah suatu pelajaran dalam hidup. Kelebihan Nabi Musa yaitu kekuatannya malah menimbulkan kesulitan ketika tanpa sengaja membuat orang lain terbunuh. Sedangkan apa yang dianggapnya sulit oleh beliau yaitu kemampuan berbicara. Justru pada hal yang dianggap kelemahan, percakapan Nabi Musa, dicatat dan diabadikan Allah di dalam Al-Qur’an.
Yang membuat ayat 84 itu indah adalah kita diciptakan dengan potensi yang berbeda-beda. Dengan segala potensi yang diberikan oleh Allah tersebut, kita diperintahkan untuk menemukan cara agar potensi tersebut dapat bermanfaat. Tidak hanya digunakan untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, tapi bagaimana potensi tersebut juga bermanfaat untuk sesama.
Ketika kita memahami tugas dan tujuan hidup di dunia ini, maka cara pandang kita pun akan berubah. Tujuan-tujuan lain menjadi tidak relevan lagi untuk dijadikan fokus hidup. Al Isra ayat 84 juga mengandung makna bahwa upaya-upaya yang manusia lakukan dalam memenuhi tugas penciptaannya tersebut, kelak akan menjadi urusannya dengan Allah dan hanya Allah saja yang tahu. Ketika hal ini dipahami, maka apapun yang orang lain lakukan hanyalah menjadi urusan orang tersebut dengan Allah. Biasanya setan mencari celah disini sehingga muncul anggapan-anggapan si A begini si B begitu. Si A dekat dgn Allah, sedangkan si B jauh dari Allah. Padahal manusia itu tidak tahu. Ketidaktahuan manusia juga tersirat dalam ayat berikutnya, QS Al Isra ayat 85, bahwa manusia tidak diberi pengetahuan tentang “ruh” melainkan sedikit.
Setan juga kadang membuat manusia lupa dengan tujuan dan tugas-tugas penciptaannya seperti yang terkandung dalam QS Al Isra ayat 83. Ketika diberikan kesenangan dia berpaling dari Allah, sedangkan apabila ditimpa kesusahan dia berputus asa.
Penjelasan Ustad Nouman membuat saya makin jatuh cinta dengan ayat ayat ini, karena maknanya yang begitu dalam dan indah. Implementasinya dalam kehidupan sedang saya lakukan salah satunya dengan menulis. Semoga ini menjadi bukti bahwa salah satu potensi yang Allah berikan, saya gunakan untuk bisa berbagi dan bermanfaat di bulan yang mulia ini. Barakallah fikum