Obat pertama dan terpenting yang dirujuk oleh Rasulullah adalah makan sedikit (eating little). Jika kita mampu melakukannya, (Hakim Archuletta tidak menyelesaikan kalimatnya). Ada yang mengatakan: berapa banyak orang yang menggali kuburannya sendiri dengan giginya (how many people dig their grave with their teeth). Itu pernyataan yang dahsyat (powerful statement).
Orang bicara tentang losing weight dan obesitas. Sahabatku, jangan makan terlalu banyak. Itu saja. Sesederhana itu. Kita tahu itu.
Saya berterimakasih kepada seseorang. Kilen saya. Yang membeberkan rahasia kepada saya tentang cara menambah atau mengurangi berat badan. Dan rahasia tentang diet. Wanita ini dulunya adalah seorang dancer sebelum masuk Islam.
Klien saya ini menderita obesitas yang ekstrim. Beratnya lebih dari 300 pound. Lebih dari 136 kilogram. Dia juga punya masalah dengan persendiannya. Karena berat badannya. Dan juga masalah-masalah yang lain.
Dia sudah ikut program diet selama bertahun-tahun. Saat aku bertemu dengannya, dia sedang diet selada dan sayuran hijau segar. Itu saja. Dan berat badannya masih tidak berkurang juga. Dia bilang, “Saya ga tahu kenapa bisa begini. Padahal saya cuma makan selada (lettuce) dan seledri (celery) setiap hari. Tapi berat saya tidak berkurang juga. Apanya ya, yang salah? Apakah mungkin metabolisme saya? Mungkinkah karena hormon?”
Dia menderita kesedihan yang luar biasa. Kecewa berat dengan dirinya sendiri. Sejarah masa lalunya adalah dancer yang lincah. Tapi kenapa kini beratnya di atas 136 kilogram. Dengan berbagai masalah persendian.
Akhirnya dia menyadari kenapa program diet yang sudah bertahun-tahun itu gagal total. Karena dia bohong. Dia memang makan selada dan seledri, tapi dia juga masih makan aneka macam kue. Dia tidak bisa menahan diri untuk makan makanan yang lain.
Masalahnya sebenarnya sederhana: input vs. output. Jumlah yang kita makan vs. jumlah yang kita keluarkan. Jumlah yang kita makan vs. kalori yang kita bakar.
Yang sering diabaikan adalah kenyataan bahwa kita suka makan apapun yang kita sukai tanpa peduli apakah makanan itu benar-benar kita butuhkan atau tidak.
Saat kita tidak in touch dengan kesadaran kita, maka kita akan makan, makan, makan, dan makan lagi. Dan saat kita benar-benar tidak in touch dengan kesadaran kita, maka bukan saja makannya berlebihan, tapi kelebihan makanan itu malah menyiksa (abusive).
Tapi jika kita in touch dengan apa yang kita rasakan, sensasi yang dirancang oleh Allah untuk kita merasakannya, kita akan merasakan siksaan dari gigitan itu.
Rasulullah kadang cuma makan sepotong roti. Dan itu sudah cukup untuk seharian. Mungkin memang tidak cukup jika hari itu kamu harus menggali parit (digging ditches).
Kita hidup di dunia dengan akses yang luas terhadap apapun yang ingin kita makan. Sampai-sampai kita dibutakan olehnya. Kita kehilangan kemampuan untuk menyadari apa yang benar-benar dibutuhkan oleh tubuh kita.
Saya bertemu dengan orang-orang yang hidup di gurun. Mereka cuma makan kurma dan susu. Tapi mereka ternyata lebih sehat dari orang-orang yang punya akses sepuluh macam makanan organik atau lebih.
Suatu hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dan berkata, “Aku berada dalam kesulitan.”
Orang ini sedang kelaparan. Maka beliau Rasulullah membawa orang itu ke rumah sebagian dari istri-istri beliau shallallahu ‘alayhi wasallam. Menanyakan kalau-kalau mereka memiliki makanan. Istri-istri beliau menjawab, “Walladziina ba’atsaka bil haqqi maa ‘indii illaa maa-un.”
“Demi Allah yang mengutus Anda dengan kebenaran, aku tidak sedia apa-apa selain air.”
Semuanya jawabannya sama. Kisah ini ada di Hadits Shahih Muslim 3829. Atau nomor 2054 versi Syarh Shahih Muslim.
Bukalah pintu kulkas di rumah kita. Lihatlah apa saja yang ada di dalamnya. Jika kita masih punya iman, kita akan malu, sangat malu, dengan istri-istri Rasulullah yang hanya menyimpan air di rumahnya.
Untuk saya sendiri, setidaknya, I don’t have the heart for overeating.
Resume oleh Heru Wibowo