Bagaimana Setan Beroperasi – Abdul Nasir Jangda


Coba pahami satu hal ketika kita bicara tentang bujukan, ketika kita bicara tentang cara kerja syaitan, bagaimana syaitan beroperasi. Ada sesuatu yang oleh para ulama telah disampaikan, telah dituliskan.

Syaitan itu lebih berpengalaman dari siapapun di antara kita. Syaitan itu lebih licik dan lebih tajam, dari siapapun di antara kita. Sengaja dipilih kata-katanya untuk menarik perhatian Anda, namun ada kebenaran dan kenyataan di dalamnya. Syaitan sudah memainkan permainan ini begitu lama, dia sudah menjadi veterannya.

Jadi apa yang dilakukannya? Dia pintar memperdaya. Jika Anda biasa salat lima kali sehari, syaitan tidak akan datang dan membujuk, “Jangan salat.”

Karena Anda adalah orang yang sudah memiliki kesadaran rasa tanggung jawab dan kesadaran, Anda takkan meninggalkan salat. Karena Anda akan bereaksi, “Itu menggelikan, sungguh konyol, mengapa pula saya lakukan itu?”

Jadi bukan begitu cara dia mendekati Anda. Cara dia mendekati Anda adalah, dia akan membisikkan, “Coba pikirkan!”

“Aku tahu waktu Zuhur sudah masuk tapi jujur saja, kamu sudah duduk di sini sejak jam 10 pagi, kamu sudah mulai capek, kamu sudah mulai mengantuk, kamu sudah ketiduran di sesi terakhir tadi, padahal habis Zuhur masih ada sesi berikutnya,

Syeikh Yasir yang akan mengisi setelah Zuhur, kamu ingin menyimak dengan sungguh-sungguh kan, kamu kan datang khusus untuk mendengar beliau, jadi apa yang mau kamu lakukan sekarang?”

“Sebaiknya kamu ngopi dulu.”

Kebetulan saja kafe kopi kecil yang ada di hotel sudah diantri oleh 300 orang dari Al-Maghrib. Betul? Karena semua orang memikirkan hal yang sama, syaitan sedang sibuk….

Jadi akhirnya Anda berjalan keluar menuju parkiran, lalu masuk ke mobil Anda, mengeluarkan mobil Anda, dan menyetir mobil ke mall. Lalu Anda membeli secangkir kopi, kemudian kembali, dan apa yang terjadi? Mereka sudah selesai salat Zuhur.

Lalu Anda berkata, “Waduh, sesi berikutnya sudah berjalan, padahal ini yang aku tunggu-tunggu seharian ini.”

“Ya sudah, aku ikuti dulu di sesi ini,” lalu salat setelahnya.

Sekarang Anda duduk di sesi ini. Lalu sesi ini akan berakhir, dan sesi berikutnya dimulai, dan Anda akan, “Ahh! Ini sesi yang juga saya tunggu-tunggu.”

Lalu sesi itu akan berakhir, dan Anda berpikir, “Oh iya, aku harus buru-buru, aku mau salat Zuhur dulu.”

Lalu terjadilah, si akhi itu…. betul, si akhi itu kan? Seakan ini salah dia. Dia akan naik ke panggung, dan mengumandangkan azan ‘Asar. Anda menatapnya seakan, “Aku tak percaya kamu melakukan itu padaku!”

Dia yang salah! Betul? Lalu apa yang terjadi? Asar sudah masuk. Tanpa berniat membuat hadirin di sini terlalu kelabakan, sungguh, saya tidak berniat, saya minta maaf, jika sepertinya sangat berat untuk diutarakan, namun ini adalah sabda Nabi (ﷺ).

Nabi (ﷺ) mengatakan, ada beberapa riwayat yang lebih spesifik tentang ‘Asar, ada juga riwayat yang lebih umum tentang salat apa saja, (“مَنْ فَاتَتْهُ صَلاَةُ فَكَأَنَّمَا وُتِرَ أَهْلَهُ وَمَالَهُ”)

Sebagai seseorang yang baru saja membiarkan salat berlalu begitu saja, tidak sakit atau kurang enak badan, tidak sedang macet, tidak sedang terperangkap, tidak ada apa-apa… Hanya seseorang yang membiarkan waktu salat berlalu begitu saja. Karena dianggap tidak cukup penting.

Nabi (ﷺ) bersabda, “Sebuah tragedi telah menimpa orang itu, namun ia tidak menyadarinya,
jika ia menyadarinya betapa hebat cakupan tragedi itu, tragedi itu lebih hebat dari kehilangan semua harta dan semua anggota keluarga Anda.”

Kita selalu mendengar terjadinya bencana alam, kita tinggal di lorong yang dilewati tornado atau apalah. Ketika tornado menimpa, dan sebuah rumah terkena, rumah itu akan lenyap sama sekali, yang tersisa hanyalah sisa reruntuhan.

Bayangkan cakupan tragedi itu. Salah seorang anggota keluarga itu yang mungkin sedang bekerja saat itu, pulang dan hanya menemukan reruntuhan dari apa yang dulu adalah keluarga dan hidupnya. Bayangkan seberapa besar duka yang dialaminya.

Sekarang coba pahami dan sadari Nabi (ﷺ) mengatakan bahwa tragedi yang menimpa orang yang saya ceritakan ini, jauh lebih hebat dari itu. Begitulah cara syaitan beroperasi.

Sekarang muncul rasa bersalah, yang dalam taraf individu mungkin dapat menolong, tapi syaitan berlanjut sekarang dia akan berbalik menikamkan pisau itu. Rasa bersalah berubah menjadi rasa putus asa. Rasa putus asa berubah menjadi frustrasi. Rasa frustrasi itu akhirnya sangat disayangkan akan beralih, membusuk dan bernanah, hingga menjadi krisis keyakinan total.

Agama seperti apa yang memberi tekanan begitu besar padamu? Tuhan macam apa meminta hal semacam ini darimu?

Lalu, semoga Allah menjauhkan kita, (والعياذ بالله), orang itu akan berkata, “Sudahlah, aku tidak mau berurusan dengan agama itu, dengan Tuhan semacam itu.”

Anda paham? Bagaimana buruk rentetan akibat yang bisa terjadi, beginilah cara syaitan beroperasi. Itu sebabnya kita harus selalu waspada. Disinilah dibutuhkan taqwa, kesadaran, kepekaan, ketekunan, tanggung jawab, selalu siap siaga, senantiasa.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s