Sebuah Komentar Tentang Komentar – Nouman Ali Khan


Kita semua tahu bahwa ada dua jenis komentar yang berlalu lalang di sosial media. Di satu sisi ada komentar yang berupa kritikan yang membangun, dorongan, doa, dukungan, intinya sesuatu yang positif. Di sisi lain ada fitnah, caci maki, ejekan, ujaran kasar, propaganda, ketidaksenonohan, serta ujaran kebencian.
Sebuah Komentar Tentang Komentar

Ketika menggambarkan sifat-sifat dari mereka yang benar imannya dan telah mencapai keberhasilan, Allah menyuruh kita:

والذين هم عن اللغو معرضون

(Surat Al Mukminun ayat 3)

Dan mereka yang berusaha sangat keras untuk dengan sengaja mengabaikan pembicaraan dan kegiatan yang tidak berguna.

Saya bertanya-tanya seberapa sadar Anda dan saya untuk melaksanakan ayat tersebut di berbagai sosial media seperti Facebook, Instagram, Snap, WhatsApp, dan sebagainya.

Meski bukan kita yang membully, namun seberapa banyak waktu kita habiskan untuk membaca komentar-komentar yang membully? Seberapa sering kita terpengaruh, baik merasa gusar atau malah bersemangat ketika membaca kejahilan yang dilontarkan seseorang yang tidak dikenal atau bahkan yang kita kenal?

Bagi sementara orang, inilah satu-satunya cara untuk memperoleh perhatian, dan tanpa sadar kita langsung memberikan perhatian yang mereka inginkan itu. Yang lebih parah lagi, dengan memberi perhatian tersebut, kita telah membahayakan sesuatu yang terkait dengan keteguhan keyakinan kita tatkala kita lupa untuk berusaha sekuatnya mengabaikan kejahilan mereka sejak semula.

Ketika menggambarkan hambaNya yang pantas memperoleh cinta dan penjagaanNya yang istimewa, Allah juga mengatakan hingga kepada bahwa mereka diciptakan sebagai عباد الرحمن , “hamba dari Yang Maha Cinta dan Maha Penyayang”,

“وإذا مروا باللغو مروا كراما”

(Surat Al-Furqan ayat 72)

Dan jika mereka melewati (juga berarti terpapar kepada) pembicaraan dan kegiatan yang tidak berguna, mereka melewatinya dengan cara yang terhormat.

Ayat ini, meskipun membahas fenomena yang sama, namun menyentuh skenario yang berbeda. Pada kasus yang pertama, kita harus menghindari paparan. Pada kasus yang kedua, mungkin saja kita terpapar padahal kita tidak berniat memaparkan diri.

Jika hal kedua ini terjadi, jangan terpengaruh, jangan emosi, jangan sebarkan kejahilan tersebut dan menjadikannya bahan diskusi, jangan screenshoot dan berkomentar, “Percaya ngga sih!?!?” dan seterusnya.

Lewati saja dengan cara yang terhormat dan dapatkan pahala karena telah mematuhi satu ayat dengan TIDAK mengatakan apapun. Seorang tua pernah menasehati saya, jika ada seekor anjing yang menggonggong, jangan gusar dan balas menggonggong.

Sumber: https://www.facebook.com/noumanbayyinah/posts/1451464844986253

Diterjemahkan oleh Key

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s