Kabad Bagian 2
Makkah
Makkah adalah tempat yang semestinya mengingatkan saya akan ketidakberdayaaan saya di hadapan Tuhan. Pakaian suci yang saya kenakan semestinya mengingatkan saya kepada kematian.
Saya ingatkan diri saya sendiri tentang kerugian total akan semua yang berbau materi dan duniawi ketika tiba masanya saya kembali dibangkitkan. Iklim di sekitarnya mengingatkan saya akan nikmat yang seringkali terabaikan seperti naungan, tetumbuhan yang menghijau, air, sejuknya hembusan angin sepoi-sepoi, yang bukanlah hak yang saya bawa sejak lahir. Semuanya adalah hadiah yang tiada ternilai, yang tidak akan mungkin saya bayar karena nilainya jauh melebihi apa saja yang nantinya akan saya miliki setelah dewasa.
Nyatanya bahwa lembah tandus tanpa kehidupan yang panas membara ini dibangun menjadi sebuah kota sebagai buah dari ujian Ilahi. Lalu doa dari Bapak saya Ibrahim ‘alaihissalam yang dituntun Ilahi mengingatkan saya bahwa penyerahan diri dan doa itu sendiri sebenarnya adalah rezeki, tidak peduli apapun yang kita saksikan di sekeliling kita. Lagipula apalah artinya tempat itu tanpa warisan Ibrahim ‘alaihissalam?
Saya tahu, saya paham, Kabad… kita akan sampai ke sana. Selangkah demi selangkah. Mungkin. (إن شاء الله). Mungkin.
O. K. E. S. A. M. P. A. I. J. U. M. P. A
Kabad Bagian Ke-3 Dari 5… Saya Kira
(لا أقسم بهذا البلد وأنت حل بهذا البلد ووالد وما ولد لقد خلقنا الإنسان في كبد)
(QS. Al-Balad ayat 1-4)
“Tidak! Aku bersumpah demi kota ini! Dan KAMU adalah sasaran empuk di kota ini! Dan Aku bersumpah demi seorang ayah yang luar biasa dan betapa mengagumkan anak yang dimilikinya! Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan tenggelam di dalam ‘kabad’.”
Di atas adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk menerjemahkan pembukaan surat ke 90 dari Al-Qur’an. Saya pilih untaian kalimat tersebut untuk menyampaikan sesuatu kepada Anda. Hikmah Qur’ani itu sebenarnya adalah tentang keterhubungan. Bagaimana ide seseorang bisa mengalir kepada orang lain. Pemahaman akan hal itu akan dapat membuka logika internal dari Al-Quran.
Ketika Allah bersumpah demi sesuatu, seseorang, atau sebuah tempat, sumpah itu dapat digunakan sebagai bukti akan sebuah kebenaran yang akan dinyatakan selanjutnya. Kebenaran yang dimaksud di dalam ayat-ayat ini (1-3) adalah penciptaan manusia didalam suasana Kabad.
Jadi bagaimana caranya apa-apa yang mendahuluinya itu (ayat 1-3) bisa menjadi bukti? Kota ini (ayat 1) dengan bentangan serta gaya hidupnya yang keras melambangkan perwujudan kabad yang dengan sendirinya menjadi bukti bagi para penduduknya. Tambahan pula, kota ini dianggap sebagai Haram, yang artinya tempat tanpa kejahatan dan kekerasan karena kesuciannya, yang bahkan diakui oleh para penyembah berhala.
Akan tetapi, meski ini adalah Masjidil Haram, kamu, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam telah menjadi target halal seluruh wilayah di dalam semua masalah ini (ayat 2). Kamu telah mengalami kabad lebih dari semua yang lain. Dan semua itu sungguh pantas, karena ayahmu Ibrahim ‘alaihissalam (ayat 3), yang membangun kota ini, diberi kerhormatan untuk membangunnya, setelah menyelesaikan tugas-tugas menyakitkan yang penuh dengan kabad.
Jadi, apakah beriman atau tidak, berada di jalan benar atau tidak, semua manusia harus menjalani hebatnya kabad. Beberapa orang mengalaminya karena mereka melakukan hal yang benar. Yang lain mengalaminya karena mereka melakukan hal yang salah. Apakah ada bedanya? Akan kita lihat nanti ketika kita menghubungkan ayat ini dengan ayat selanjutnya dari surat ini.
Jangan khawatir, surat ini cukup pendek.
O. K. E. A. N. D. A. T. A. H. U.
Kabad Bagian 4
Dua orang yang berbeda bisa saja mengalami tragedi dan kepedihan yang sama namun melihatnya dengan cara yang berbeda. Yang satu mungkin memandangnya sebagai penyebab rasa putus asa, kemarahan, dan bahkan menjadi pembenaran untuk bereaksi dengan cara yang ceroboh dan penuh dosa. Yang lain mungkin memandangnya sebagai kesempatan untuk membuktikan keyakinannya kepada Tuhannya.
Jika tragedi itu jelas disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri, seperti yang seringkali terjadi, maka mereka menganggapnya sebagai sinyal untuk meningkatkan kewaspadaan.
Jika itu terjadi jelas-jelas bukan karena kesalahan mereka sendiri, maka mereka menganggapnya sebagai pelajaran agar menjadi lebih rendah hati, mereka kembali kepada Allah untuk memperoleh perlindungan di dalam kelemahan mereka, bahkan mereka bisa menganggapnya sebagai sebuah hadiah. Ya, sebuah hadiah.
Di dalam surat ke-64 (At-Taghabun), disebutkan bahwa jika seseorang mampu berpegang teguh kepada keyakinannya setelah ditimpa malapetaka, maka mereka akan memperoleh sesuatu yang paling berharga sebagai gantinya, yakni petunjuk Allah bagi hati mereka.
( وَمَنْ يُؤْمِنُ باِللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ )
QS. At-Taghabun ayat 11
“Dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Dia akan menunjuki hatinya.”
Sementara itu di dalam kehidupan sehari-hari, mereka yang menderita dihibur dengan ungkapan duka cita, padahal di surat ke-2 (Al Baqarah) mereka yang menderita dan mencoba bertahan dengan keyakinannya diberi ucapan selamat.
( وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ )
( ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ )
QS. Al Baqarah ayat 155-156
“Dan Kami pasti dan memang akan menguji kamu di dalam segala hal; ketakutan, kelaparan, kehilangan harta, jiwa dan buah-buahan, namun selamat bagi mereka yang bertahan dalam kesabaran, yang ketika malapetaka menyasarnya mereka berkata, ‘Tidak ada keraguan lagi bahwa kami adalah milik Allah dan tiada keraguan lagi bahwa hanya kepadaNya kami akan kembali.’”
Apakah Anda mengalami kabad meski telah melakukan hal yang benar? Selamat!
Apakah Anda mengalami kabad karena telah berbuat kesalahan? Bersyukurlah kepada Allah yang telah membangunkan Anda, karena satu-satunya kerugian dan kesengsaraan yang nyata adalah kehilangan hati yang taat, selalu mencari ampunan dan bertaubat.
Apakah Anda mengalami kabad dan tidak mengerti apa sebabnya? Maka tenangkan hati karena penyebabnya mungkin salah satu dari yang dua di atas.
Saya menulis semua ini untuk membantu Anda secara ringkas memahami pelajaran dari ayat berikutnya di surat Al-Balad, setelah menyebutkan kabad yang telah saya bahas di postingan pertama.
“Bukankah Kami telah melengkapi dia dengan dua pasang mata? Satu lidah dan dua bibir? Dan demikianlah Kami tunjuki mereka ke jalan yang benar.”
Anda bisa menganggap dua mata di sini secara harfiah sebagai dua permata indah dan tiada ternilai harganya yang digunakanNya untuk menghiasi wajah Anda. Anda juga bisa mencari referensi maka kiasannya.
Ada dua cara untuk melihatnya. Jika Anda melihatnya dengan keyakinan, seperti yang saya rujuk kepada dua surat di atas, maka lidah dan bibir Anda akan menyatakan ( إنَّا لله وَإنَّا إلَيْهِ رَاجِعُوْنَ ).
Mata yang melihat, hati yang merasa, maka apa yang ada di dalamnya dikeluarkan oleh lidah dan begitulah terjadinya petunjuk. Dan jika mata tidak melihat dengan benar, hati merasakan sesuatu yang berbeda, maka hal yang lain pulalah yang akan dikeluarkan oleh lidah, lalu kita mengambil jalan yang berbeda; jalan selain dari dua jalan itu ( نجدين ) (QS. Al-Balad ayat 10).
Ini baru selesai subuh, saya mengantuk, jadi saya takkan mengeditnya. Jika ini tidak masuk akal, maka itu masalah Anda.
Sampai jumpa. Satu postingan lagi setelah ini saya kira. Oke, oke, sampai jumpa.
—–
Diterjemahkan oleh Key, insya Allah update bagian kelima bila ustad Nouman Ali Khan melanjutkannya.
https://polldaddy.com/js/rating/rating.jsijin mengkoreksi, pd bagian ke 4, tertulis Q.S Al Imron 155-156,seharusnya itu Q.S Al Baqoroh 155-156
LikeLike
Oh iya, akan kami perbaiki
LikeLike