Allah Perencana Terbaik – Yusha Evans
Ada seorang lelaki pada zaman salaf, bernama Abu Bakr Al Anshari rahimatullah ‘alaihi. Juga dikenal dengan Qadi al Malestan. Seorang lelaki yang sangat saleh di Makkah, dia dikenal karena ketakwaannya, seorang lelaki yang takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, selalu berusaha menjauhkan dirinya dari kemurkaan Allah.
Suatu hari dia sedang berada di jalanan kota Makkah, dia menceritakan kisah kehidupannya. Katanya, “Suatu hari saya berada di jalanan kota Makkah.”
“Saya lapar dan sedang mencari makanan.”
Dia tidak punya apa-apa, miskin. Katanya dia menemukan sebuah tas dengan seuntai kalung mutiara mahal di dalamnya. Karena itu bukan haknya, maka tas itu diikat dan dibawanya pulang, untuk disimpan jika sang pemilik datang mencari, lalu dia kembali ke jalanan untuk mencari makanan.
Tidak lama dia mendengar seorang lelaki berteriak mencari seuntai kalung mutiara, dia menawarkan imbalan besar bagi sesiapa saja yang menemukannya.
Abu Bakr mendatanginya dan berkata, “Begini, saya menemukan kalungnya, namun Anda harus menggambarkannya kepada saya, agar saya yakin kalung itu milik Anda atau bukan.”
Lelaki itu menggambarkannya dengan sempurna. Lalu diambil dan diberikannya kalung itu kepadanya, lelaki itu ingin memberinya imbalan. Abu Bakr menolaknya.
Dia berkata, “Saya tidak melakukan apa-apa, saya tidak berhak atas imbalan ini, saya hanya mengembalikan hak Anda, saya tidak pantas menerima imbalan karenanya.”
Anda tahulah bagaimana kita sebagai Muslim, saling berargumen; “Tidak, ambillah.”
“Tidak, saya tidak mau. Saya tidak mau.”
“Ambillah.”
“Tidak.”
Akhirnya, Abu Bakr berkata tidak, dan berlalu, “Saya takkan mengambilnya. Tidak.”
“Saya takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ambillah apa yang menjadi milik Anda.”
Beberapa lama kemudian Abu Bakr menyadari bahwa dia tidak bisa tinggal lebih lama di Makkah, tidak ada jalan baginya di Makkah, tidak bisa mencukupi dirinya dan tidak menemukan pekerjaan. Lalu dia memutuskan untuk berlayar ke tempat lain.
Seperti yang Allah katakan, “Jika tidak menemukan rezeki di suatu tempat, bumi itu luas, pergilah ke tempat lain.”
Jadi dia berlayar ke tempat lain, dan sebuah badai besar mengandaskan kapalnya. Banyak penumpang yang meninggal.
Katanya, “Saya beruntung bisa menggapai sepotong kayu apung, lalu angin meniupku terus menerus menuju sebuah pulau.”
Sesampainya di pulau itu, dia mencari penduduknya. Dia tidak menemukan mereka, kemudian dia melihat sebuah masjid. Dia masuk, duduk, dan mulai membaca Al-Qur’an, bacaannya dikenal sangat indah.
Penduduk pulau mendengar bacaan Al-Qur’an yang begitu indah dan merdu, mereka mencari sumbernya dan menemukan Abu Bakr sedang mengaji di masjid, mereka berkata, “Anda tahu cara membaca Al-Qur’an dengan indah, maukah Anda mengajari kami dan anak-anak kami? Kami akan memberi Anda gaji dan tempat tinggal.”
Dia setuju, penduduk memberinya gaji, dan dia memiliki sebuah rumah. Selang beberapa lama, suatu hari, dia sedang duduk di masjid membaca beberapa halaman Al-Qur’an, yang mereka letakkan di dalam masjid.
Penduduk bertanya, “Anda bisa membaca dan menulis?”
Kataya, “Ya, saya bisa membaca dan menulis.”
Tak seorang pun dari mereka yang bisa membaca dan menulis. Mereka berkata, “Ajari kami dan anak-anak kami untuk membaca dan menulis, dan kami akan menambah gajimu bahkan lebih.”
Mereka menaikkan gajinya dan memberinya tambahan, dan dia tinggal bersama mereka hingga beberapa waktu. Lalu tiba saatnya dia merasa, “Saya sudah terlalu lama di sini, saya ingin pindah ke posisi yang lain dalam kehidupan. Pindah ke tempat lain.”
Mereka menyadari bahwa dia akan pergi, namun mereka tidak ingin dia pergi. Mereka berkata, “Kita harus menahannya di sini.”
Maka mereka membuat rencana yang bagus untuk menahannya. Kata mereka, “Ayo kita nikahkan dia.”
“Jika dia kita nikahkan, dia takkan pergi kemana-mana.”
Di sana ada seorang gadis yang terkenal paling cantik dan salehah, berasal dari keluarga yang taat beragama. Si gadis baru saja menjadi yatim, dia tidak punya wali.
Jadi penduduk mencoba menikahkannya kepada gadis itu, dia menolak, kembali mereka berargumen bolak balik: iya-tidak, iya-tidak, iya, pada akhirnya Abu Bakr menerimanya, “Baiklah aku akan nikahi gadis itu.”
Pernikahan diselenggarakan, dan si gadis dibawa masuk, Abu Bakr berkata, “Ketika aku melihatnya mulai dari ujung kaki terus naik ke atas, terus mencapai lehernya.”
Seketika kepala Abu Bakr tertunduk dan dia menangis. Gadis itu berpikir ini karena dia jelek, maka dia menangis dan pergi menjauh.
Para penduduk menjadi kaget, “Ya Tuhan, orang saleh ini, Anda telah mempermalukan gadis itu.”
“Ini gadis terbaik di antara yang kami miliki.”
“Anda telah menyakiti hatinya.”
Abu Bakr menjawab, “Tidak, bukan karena itu.”
Katanya, “Saya menangis karena di lehernya ada kalung yang saya kenal.”
“Suatu hari saya temukan kalung itu di jalanan kota Makkah, dan saya berikan kepada seorang lelaki.”
Para penduduk seketika berseru, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!”
Kata mereka, “Ayahnya-lah pemilik kalung itu, dialah lelaki yang Anda beri kalung itu.”
“Kami sering mendengarnya bercerita tentang lelaki yang dijumpainya di Makkah, salah seorang Muslim yang sangat saleh yang pernah dijumpainya selama ia hidup, dan kami sering mendengarnya berdoa kepada Allah, agar Anda menikah dengan putrinya. Sekarang Anda ada di sini.”
Lalu dia menikahi gadis itu, mereka memiliki anak, dia menjadi kaya raya, isterinya meninggal, anaknya juga meninggal, akhirnya dia menjual kalung tersebut dengan harga sangat mahal, dan dia menjelaskan mengapa dia menjadi seorang yang kaya raya di tempat itu. Ketika Abu Bakr Al Anshari dilemparkan ombak kesana kemari di atas potongan kayu apung di lautan, saya yakin dia tidak mengerti rencana Allah untuknya.
Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi, dia tidak tahu bahwa meski dia punya rencana, Allah juga punya rencana lain untuk menjawab doa Ayah gadis itu. Dan Abu Bakr tidak melakukan apa-apa melainkan dibawa ke tujuan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jadi Abu Bakr punya rencana, dan Allah juga punya rencana, dan mungkin Abu Bakr belum bisa memahaminya, namun yang terjadi adalah seperti yang direncanakan Allah. Terkadang beginilah kehidupan, terkadang sepertinya tidak ada yang berjalan dengan baik, namun Allah Subhanahu Wa Ta’ala punya rencana.
English Transcript: https://islamsubtitle.wordpress.com/2018/08/07/allah-is-the-best-of-planners