Perbedaan Tolok Ukur Manusia Dan Tolok Ukur Allah – Nouman Ali Khan


Ada yang mungkin berpikir bahwa keyakinan adalah sesuatu yang abstrak, barangkali sejumlah gagasan dan kepercayaan yang bisa mempengaruhi perasaan, sudut pandang, bahkan perilaku seseorang. Tanpa mengecilkan kekuatan yang dimilikinya, keyakinan adalah sesuatu yang bersemayam di dalam hati nurani, bukan sesuatu yang bisa disentuh atau dirasakan dengan panca indera.
Perbedaan Tolok Ukur Manusia Dan Tolok Ukur Allah

Jika seseorang bertanya tentang apa yang telah Anda capai, Anda diharapkan bisa menunjukkan sesuatu yang nyata. Yang ingin didengarnya dari mulut Anda adalah bahwa Anda lulusan suatu lembaga pendidikan, memiliki titel, punya rumah, pekerjaan, atau memenangkan sejumlah uang. Semua ini, serta capaian lainnya adalah tolok ukur seseorang tentang kesuksesan, dan sebagian besar kehidupan kita beredar disekitarnya. Ini bisa dimaklumi.

Sekarang beranjak kepada intinya. Penduduk Madinah yang setia kalah dengan telak. Perang Uhud adalah peristiwa yang menghancurkan kepercayaan diri baik dari segi militer, ekonomi, strategis, sosial, serta psikologis. Di dalam kondisi inilah Allah mengajari kita sesuatu yang hanya Dia yang bisa mengajarkannya. Bahwa kehilangan yang nyata, terukur, serta sangat terasa, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah diperoleh.

Suatu capaian yang mungkin tidak bisa diapresiasi oleh sekitarnya, namun kenyataannya adalah, semua yang lainnya hanya bisa dihargai setelah melalui proses ini. Mereka sudah berhasil melalui ujian keyakinan. Sementara hati dan pikiran hanya mampu menganggapnya sebagai kekalahan dan tragedi – karena hanya itulah yang bisa dengan nyata diukur -, Allah mengabarkan tentang suatu capaian yang lebih besar dari semua itu. Capaian iman.

Obsesi saya saat ini adalah program DreamWorldwide. Saya ingin melihatnya keberhasilannya. Saya akan membahas masalah ambisi pada postingan berikutnya, namun sebelumnya saya ingin mengendapkan pemikiran tersebut dan membangunnya dari kondisi yang menumbuhkan rasa rendah hati. Program kita di Bayyinah, termasuk usaha yang dilakukan Muslim manapun dimanapun dia berada, sebaiknya dinilai dengan dua tolok ukur standar; tolok ukur manusia dan tolok ukur Allah.

Manusia akan menilai keberhasilan dan kegagalan dari tolok ukur statistik dan opini. Sementara itu Allah telah menyatakan bahwa satu-satunya tolok ukurnya adalah, apakah keyakinan atau iman akan semakin kokoh atau tidak, tanpa memperhatikan capaian luarnya.

Apakah hamba itu akan tetap rendah hati sebagaimana seharusnya, meskipun di luarnya dia telah mencapai keberhasilan? Apakah hamba itu tetap bersyukur dan berharap seperti semestinya, jika dihadapkan kepada kekecewaan? Apakah hamba tersebut tetap fokus pada pencariannya akan berkah dan ampunan Tuhannya, atau apakah pelayanan yang seharusnya menjadi sebuah dedikasi kepada Tuhannya malah mengalihkannya dariNya?

Jawaban yang benar dari pertanyaan inilah yang menunjukkan keberhasilan pekerjaan kita. Semoga Allah menganugerahkan keberhasilan yang sebenarnya bagi program kita serta tidak membiarkan kita lalai karenanya. Semoga Allah mengaruniakan hal yang sama bagi semua usaha yang baik dan tulus dari mereka yang teguh.

Baik, sampai jumpa.
Oh ya, dan

(السلام عليكم ورحمة الله وبركاته)

Sumber: https://www.facebook.com/noumanbayyinah/posts/1325673034232102

Diterjemahkan oleh Key

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s