Di mushaf “ayat pojok” atau dikenal juga sebagai Quran Bahriyah (mushaf Quran yang tiap halamannya terdiri dari 15 baris), surah ini panjangnya persis satu halaman. Ada di halaman 585. Tepatnya malah 14 baris, bukan 15, karena baris pertama adalah basmalah.
Dari 42 ayat Surah ‘Abasa (surah ke-80), yang akan dibahas di sini hanyalah ayat ke-21. Bukan karena ayat itu ada di tengah-tengah surah, tapi karena ada pertanyaan menarik dari Pak Guru Gilig tentang ayat itu.
“Tsumma amaatahuu fa-aqbarohuu.” Kemudian Allah mematikannya lalu menguburkannya. Pertanyaannya adalah, “Bukankah tidak semua orang yang mati itu dikubur?”
*****
Waktu saya kecil dulu, saya kenal baik dengan seorang pendaki gunung, yang di suatu pendakian dia hilang dan tidak pernah ditemukan. Dan mayatnya tidak pernah dikubur.
Ada juga orang yang meninggal karena kecelakaan pesawat, karena kapal tenggelam atau hanyut sehingga tidak pernah ditemukan, apalagi dikuburkan.
Di Bali kita mengenal ngaben, praktek kremasi dengan cara membakar jenazah manusia, yang juga berarti, yang meninggal tidak dikubur.
Terus gimana dong?
*****
Saya tidak berhenti bersyukur punya teman-teman yang peduli. Beberapa rekan Pak Gilig mencoba berbagi pendapat dan pengetahuan. Ini tidak akan terjadi kalo mereka tidak peduli. Seharusnya saya malu sama diri sendiri karena tidak ikut berbagi. Tapi kondisi saya sedang on-the-move, bukan komuter sejati sih, tapi belum juga nyampe rumah. Jadi, cuma memonitor diskusi di grup WhatsApp saja.
Ada satu postingan dari mba Isabella Kirei yang menurut saya menarik. Membuat pengakuan bahwa ga tahu jawabannya, sambil melontarkan beberapa pertanyaan introspektif tentang ‘kembali ke tanah’. Saya cenderung at home dengan pendapatnya: mereka yang meninggal dunia, dikuburkan atau tidak, tetap saja akan ‘kembali ke tanah’.
*****
Postingan ‘kembali ke tanah’ tadi membuat saya penasaran. Dan ba’da Isya’, setelah menuntaskan beberapa urusan kerjaan dan keluarga, saya mencoba menyimak kajian Ustad Nouman, mentadabburi Surah ‘Abasa.
*****
Tafsir ‘Abasa versi mp3 terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama, 49 menit 4 detik. Dan yang kedua, 47 menit 30 detik. Lebih lama dari pertandingan sepakbola yang normal yang dua kali 45 menit.
Pembahasan tentang ayat ke-21 ada di file berjudul “080 – ‘Abasa Pt2”, mulai menit ke-16.
Setelah Allah memberikan kemudahan-kemudahan dalam hidup kita, juga kemudahan buat kita meraih petunjuk-Nya, Allah mematikan kita.
Ini menyadarkan bahwa kita sesungguhnya tidak punya kendali atas kematian kita. Yang pengen hidup abadi kayak Voldemort, mati juga. Yang pengen bunuh diri, belum tentu mati. Kendali mutlak kematian, Allah yang punya.
Ada orang yang bangga dan bilang bahwa dia seratus persen mengendalikan hidupnya. Dia ga sadar bahwa, bahkan kematiannya pun dia ga bisa kendalikan.
“Fa aqbarohuu.” Lalu Allah pastikan dia masuk ke liang kubur. Setelah dia mati.
Dalam bahasa Arab, “qabr” artinya ‘masuk ke bumi’ (enter into the earth).
Jadi terserah apakah kamu mau dikremasi (cremated) dan abu kamu disebar di lautan, atau kamu ingin mengumpankan dirimu sendiri masuk ke mulut ikan hiu (wkwkwk), dengan cara apapun kamu mati, pada akhirnya semua makhluk akan membusuk (decay) dan yang sudah membusuk itu kemana mereka pergi? Masuk ke bumi. “Fa aqbarohuu.”
Apakah kamu masuk ke kuburan yang benar atau tidak, apakah kuburannya dibangun kijing atau tidak, pada akhirnya kamu akan kembali masuk ke bumi.
Jadi kamu itu berawal dari setetes air mani, “nuthfah” (ayat ke-19) menjadi tanah (dirt). “Fa aqbarohuu.” Allah menempatkan manusia pada tempatnya. Subhanallah.
*****
Qur’an-Nya tidak pernah salah. Terjemahannya, pemahaman manusianya-lah yang bisa salah. Atau, jangan terlalu judgmental begitulah. Katakan saja, pemahamannya belum utuh. Apakah kematian seorang manusia melalui proses penguburan atau tidak, Allah akan memastikan bahwa semua manusia itu di-ke-bumi-kan.
*****
Allah sudah memberikan segalanya untuk membantu kita meraih hidayah-Nya. Termasuk, memiliki Ustad Nouman yang tidak pernah berhenti menggali keindahan ayat-ayat-Nya. Yang tidak pernah berhenti berjuang, mencari cara untuk mengajarkan keindahan itu sehingga kita bisa paham sepaham-pahamnya.
Semoga kita semua bisa meneladani beliau, berjuang di jalan-Nya, sebelum tiba giliran kita untuk masuk ke bumi.
*****
Resume oleh Heru Wibowo
Sumber: Podcast Abasa – http://www.nakcollection.com/download-tafsir.html