Bersama dengan keindahan penampilan luarnya tentu Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam juga diberkahi dengan keindahan pribadinya. Beliau diberkahi dengan kerendahhatian, kesopanan, dan di antara kesopanan serta kesederhanaan hidup beliau, dan kita semua tahu kisah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar, kisah yang terkenal diriwayatkan di dalam sunan Tirmidhi, bahwa suatu ketika Umar ibnu Khattab tidak punya apa-apa untuk dimakan, lalu Umar Ibnul Khattab dia keluar dan menuju jalanan, lalu dia melihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam sedang duduk, ini terjadi siang hari.
Pada siang yang terik di musim panas, tidak seorang pun yang ada di jalanan, terlalu panas. Lalu dia menyapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, apa yang engkau lakukan di luar sini?”
Nabi shallallahu alaihi wa sallam tahu bahwa Umar berada di luar karena satu alasan, yakni dia tidak punya makanan di rumah. Maka beliau menjawab, “Sama seperti alasanmu.”
“Sama dengan alasanmu, aku hanya sekedar duduk-duduk di luar, tidak ada yang bisa di makan di rumah.”
Sementara mereka duduk di sana, lewatlah Abu Bakar. Karena mereka tidak bisa duduk saja di rumah sementara perutnya lapar, mereka memilih untuk berjalan keluar rumah. Ketiganya duduk di sana dan berbincang, ketika seorang sahabat, Abul Haitham, sedang terburu-buru pulang bekerja.
Dia buru-buru pulang ke rumah dari tempatnya bekerja, setelah menyelesaikan tugasnya. Dia menyapa, “Ya Rasulullah, apa yang kalian bertiga lakukan di sini, pada siang yang terik ini?”
Umar menjawab, “Kami tidak punya sesuatu untuk di makan, jadi kami duduk-duduk di sini sekedar berbincang-bincang.”
Abul Haitham menjawab, “Tidak, itu tidak mungkin, itu tidak mungkin, ketiga orang terbaik ini sekarang duduk di sini.”
Abul Haitham kebetulan punya seekor kambing tua di rumahnya, jadi dia berkata kepada mereka, “Ikutlah ke rumahku, aku beri kalian makanan.”
“Akan kumasakkan makanan untuk kalian, ikutlah ke rumahku.”
Lalu dia bergegas pulang ke rumahnya, dia hanya punya seekor kambing yang telah melewati usia menghasilkan susu, kambing yang sudah tua. Lalu dia mengatakan kepada isterinya, “Demi Allah kita harus mengorbankan kambing ini.”
“Kita harus mengorbankan kambing ini.”
“Masaklah makanan, aku akan menguleni adonan, kita akan memanggang roti agar kita bisa memberi beliau daging dan roti.”
Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar, datang ke sana, lalu mereka memakan daging dan roti, yang tentunya adalah makanan mewah pada masa itu bahkan hingga kini.
Lalu apa tanggapan Nabi Prophet shallallahu alaihi wa sallam setelah menyelesaikan makannya? Setelah sebelumnya tidak memiliki apa-apa di rumahnya. Beliau mengingatkan Abu Bakar dan Umar, bahwa tadinya mereka meninggalkan rumah dalam keadaan lapar, dan Allah telah memberi mereka makanan ini.
“Wahai Aba Bakar dan Umar, tsumma latus ‘alunna yaumaidzin ‘anin-na’iim.” (Surat At Takatsur ayat 8)
“Allah akan bertanya kepada kalian pada hari itu tentang makanan ini, apa yang kalian lakukan dengannya?”
“Apakah kalian sudah cukup bersyukur kepadaKu karenanya?”
Wallahi, salah satu dari kita saat ini, bisa makan tiga kali sehari, tapi kita bahkan tidak berpikir tentang karunia Allah bukan? Padahal Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat menyadarinya, bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban kita atas nikmat ini.
“Tsumma latus ‘alu“, kalian akan ditanya tentang karunia ini, yang telah diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kalian. Sedangkan tentang kerendahhatian beliau, Anas Ibn Malik mengatakan bahwa aku telah melayani Nabi shallallahu alaihi wa sallam selama 10 tahun. Aku telah melayani beliau, tidak sekedar bertamu, tapi tinggal bersama beliau 10 tahun. Dan tak sekali pun beliau menegurku. Tidak sekali pun kata “uff” keluar hari mulut beliau.
Kata “uff” sebagaimana Anda ketahui, adalah ungkapan kejengkelan yang paling lunak. Bahkan tidak termasuk kata yang mengungkapkan kemarahan, tapi kata yang mengungkapkan kejengkelan. Seperti bunyi “ckkk” (decak lidah), hanya sekedar itu.
Hanya itu yang setara dengan kata “uff“. Tapi Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahkan tidak pernah melontarkan kata “uff“. Anas mengatakan, beliau tidak pernah bertanya kepadaku, “Mengapa kamu melakukan ini?”
Dan tidak pernah bertanya kepadaku, “Mengapa kamu tidak melakukan itu?”
Dan subhanallah sebagaimana yang mereka katakan, “Kita bisa mengenal seseorang dari caranya memperlakukan keluarganya.”
Dari cara seseorang memperlakukan orang-orang terdekatnya, kita akan tahu siapa dia. Sisi yang mana yang kita perlihatkan kepada keluarga, pasangan, atau anak kita, itulah kita yang sebenarnya. Mudah saja menjadi orang lain di masjid, mudah saja menjadi orang lain di tempat kerja, namun siapa Anda di hadapan isteri dan anak-anak Anda, itulah Anda yang sebenarnya.
Anas Ibnu Malik mengatakan, selama 10 tahun, aku tidak pernah mendengar kata ‘uff’ terlontar dari mulut beliau. Betapa sempurnanya tata kramanya. Dan semua canda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semuanya murni, canda beliau bersih dan tanpa dusta. Bahkan canda beliau adalah kebenaran. Bahkan ketika menyebabkan orang lain tertawa, tidak lepas dari kebenaran. Dan banyak contoh yang bisa disampaikan.
Salah satunya tentang seorang wanita tua yang menjumpai Nabi shallallahu alaihi wa sallam, seorang wanita tua datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, doakan agar Allah memasukkan saya ke dalam surga.”
Dia sudah sangat tua, bijak, berusia sekitar 70 tahun. Sudah sangat tua. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menatapnya dan berkata, “Wahai bibiku, belum sampaikah berita kepadamu bahwa wanita tua tidak bisa masuk surga?”
“Tidakkah engkau belajar agama, tidakkah engkau tahu?”
“Wanita tua tidak bisa masuk surga.”
Dia mulai meratap dan menangis, “Apa yang harus kulakukan sekarang?”
Lalu Nabi berkata kepadanya, “Jangan menangis, jangan menangis, karena wallahi, wanita tua tidak bisa masuk surga.”
“Namun Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikannya gadis muda dan jelita, barulah dia bisa masuk surga.”
Begitulah canda beliau. Wanita itu memperoleh kabar gembira, bahwa dia takkan menjadi wanita tua ketika masuk surga, dia akan menjadi muda, kembali sebagai gadis muda jelita, begitulah dia akan masuk surga.
Lalu beliau membacakan ayat, “Innaaa ansya’naahunna insyaaa’aa.” (Surat Al-Waqia’ah ayat 35)
“Kami akan menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung.”
Kita simpulkan dengan menyebutkan sebuah hadis yang indah di dalam Bukhari yang diriwayatkan oleh Anas ibnu Malik, dia berkata, ketika seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, kapan terjadinya Hari Kiamat, ma ta sa’ah?”
Ini adalah pertanyaan yang tidak ada manfaatnya, ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak tahu kapan terjadinya Hari Kiamat, maka alih-alih mengatakan “Saya tidak tahu,” atau “Apa pedulimu?”
Beliau mengarahkannya kepada pertanyaan yang lebih tepat, beliau berkata, “Apa yang sudah kamu persiapkan untuk datangnya Hari Kiamat?”
Alih-alih bertanya kapan terjadinya Hari Kiamat, tanyakanlah, “Apa yang sudah kamu siapakan untuk kedatangannya?”
Seketika lelaki itu terdiam beberapa lamanya. Pertanyaan itu benar-benar menyentak cara pandangnya, bukan? Ini mengajari kita, jika seseorang bertanya tentang sesuatu yang konyol, jangan olok-olok dia. Arahkan dia kepada sesuatu yang lebih penting, lebih berguna.
Lelaki ini benar-benar terhenyak, dia terdiam beberapa lama. Lalu dia menjawab, “Aku tidak punya cukup salat, puasa, dan sedekah, wa la kinni uhibbullaaha wa rasuula, namun aku memiliki cinta yang tulus kepada Allah dan RasulNya.”
Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Seseorang akan berada bersama mereka yang dicintainya.”
Unduh aplikasi bergerak kami atau daftarkan diri pada website resmi kami untuk memperoleh akses konten ekslusif. Tautan dapat ditemukan pada deskripsi video.
Subtitle: NAK Indonesia
Donasi: https://www.kitabisa.com/nakindonesia
English Transcript: https://islamsubtitle.wordpress.com/2018/07/03/episode-2-prophets-spiritual-characteristics/
[…] Indonesian Transcript: https://nakindonesia.wordpress.com/2018/07/03/karakteristik-spiritual-nabi-muhammad […]
LikeLike