Imam ibnu al-Jawzi, seorang guru dan ulama besar hidup dua abad setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dialah yang mengatakan kepada muridnya, “Jika kamu masuk surga dan tidak menemukanku di sana, tanyakanlah tentang aku, dan mintalah Allah subhanahu wa ta’ala untuk juga memasukkanku ke dalam surga.”
Dia selalu menangis dan memohon kepada Allah karena memiliki ribuan murid. “Ya Allah, jangan hukum aku, karena jika Engkau menghukumku, maka muridku akan berkata, ‘Allah menghukum orang yang selalu mengajari kita tentangNya.’”
Dia memiliki sebuah doa yang indah yang muncul karena ketakutannya akan kemunafikan.
إِلَهِيْ لَا تُعَذِّبْ لِسَاناً يُخْبِرُ عَنْكَ، وَلا عَيْناً تَنْظُرُ إِلَى عُلُوْمٍ تَدُلُّ عَلَيْكَ ، وَلا يَداً تَكْتُبُ حَدِيْثَ رَسُوْلِكَ؛ فَبِعِزَّتِكَ لا تُدْخِلَنِي النَّارَ
“Tuhanku, jangan hukum lidah yang selalu memberi pengetahuan tentang Engkau, jangan hukum mata yang melihat ilmu sains yang tertuju kepadaMu, jangan pula hukum tangan yang menulis tradisi RasulMu. Demi kehormatanMu, jangan masukkan aku ke neraka.”
Inilah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yakni memohon kepada Allah dengan amal saleh kita. Ini bukan berarti sombong, sebaliknya dengan kerendahan hati, bahwa kita menyadari bahwa kita memiliki kekurangan yang mungkin bisa membatalkan amal saleh ini.
Kita memohon kepada Allah seraya mengakui kekurangan kita, bahwa kita bukan yang terbaik, memiliki kesalahan yang harus diperbaiki. Dengan ampunan, kemurahan hati dan kehormatanMu jangan masukkan aku ke neraka, karena aku adalah alat yang akan mengantarkan mereka (muridku) ke jannahMu.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TwVQp29iixo
Resume oleh Key