Ali Imran ayat 8

Ramadan adalah bulannya latihan diri, mungkin kita sering mendengar kata tersebut seringkali diucapkan oleh Kiai, Habib, atau Ustad/ustazah ketika sedang menyampaikan ceramah. Buat saya pribadi ini benar adanya, Anda sedang melatih diri Anda, mendisiplinkan diri Anda. Anda menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, tidak melalukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

Selain itu juga Anda menahan diri Anda dari amarah, ghibah dan hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa Anda. Anda melakukan semua itu tanpa kontrol orang lain, Anda sendiri yang menjadi pengawas dan pengendali diri dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.

Anda bisa saja makan dan minum di siang hari dalam ruangan tertutup tanpa dilihat oleh siapapun, tapi mengapa Anda tidak melakukannya? Saya pikir mungkin jawabannya adalah karena Anda merasa bahwa Allah sedang mengawasi Anda, Anda takut untuk melalukan itu karena Anda yakin betul bahwa Allah Ta’alaa sedang memperhatikan perbuatan Anda. Anda takut melanggar apa-apa yang Allah tidak perbolehkan selama sebulan penuh. Luar biasa bukan?

Anda dapat sebegitu disiplinnya, padahal bos, orang tua, suami/istri, kakak tidak sedang mengawasi Anda, tidak ada siapapun yang mengawasi Anda kecuali Allah. Karena itu saya pribadi sepakat dengan para Ulama dan Asatidz bahwa Bulan Ramadan adalah Bulan Pelatihan Diri. Anda melatih diri anda untuk disiplin atas apa yang Allah perintahkan dan larang.

Maka seharusnya setelah satu bulan kita berlatih, kita dapat menjadi pribadi yang lebih bertaqwa, lebih baik sesuai dengan Q.S Al Baqarah 183. Akan tetapi dalam perjalanannya (pasca Ramadan) seringkali kita dengan mudah kembali dalam kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, hal-hal yang dapat menurunkan tingkat iman dan ketaqwaan.

Hal itu tidak terjadi dengan serta-merta, perlahan tapi pasti. Pelan-pelan setelah Ramadan Anda mulai jarang membaca Al Qur’an, Anda mulai jarang melakukan shalat sunnah, Anda mulai jarang berpuasa sunnah, Anda mulai jarang mengeluarkan uang untuk berinfaq, hal-hal yang Anda selalu lakukan selama Ramadan mulai pelan-pelan Anda tinggalkan. Mungkin tidak semua dari kita begitu, tapi saya pribadi mengakui bahwa saya adalah satu satu yang seperti itu.

Hingga akhirnya saya bertanya-tanya bagaimana cara saya untuk tetap menjaga diri saya untuk tetap dalam kebaikan, tidak menjauh dari Allah? Kemudian atas izin Allah saya menemukan video singkat penjelasan Ust. Nouman Ali Khan (Surat Ali Imran ayat 8) yang insya Allah dapat menjawab kegundahan hati saya.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”

Ayat yang merupakan doa ini dijelaskan begitu jelas dan sangat powerful oleh Ustad Nouman Ali Khan. Kita sebagai manusia memang mudah untuk kembali pada hal-hal yang menjauhkan diri kita dari Allah. Dan karena itu, Allah telah memberikan doa terbaik untuk kita. Ustad Nouman menggambarkan bagaimana kita menjauh dari Allah tanpa sadar, pelan-pelan tapi pasti, kita kembali kepada hal-hal yang menjauhkan diri kita dari Allah, menurunkan kadar keimanan kita, kita berbalik lagi ke kondisi rendah.

Oleh karenanya doa terbaik adalah meminta Allah agar tidak membalikkan diri kita, hati kita pada kondisi iman yang rendah setelah Allah memberikan petunjuk, setelah apa yang telah kita upayakan selama sebulan penuh. Ustad Nouman menerangkan, kita meminta Allah memberikan hadiah yang sangat luar biasa yaitu rahmat agar hati kita, diri kita tidak kembali condong pada hal-hal yang membawa kesesatan.

Demikian, semoga bermanfaat setidaknya untuk diri saya sendiri, dan insya Allah untuk orang lain.