Pertanyaan:
“Assalaamu’alaykum. Anda menyebutkan tentang bagaimana seorang suami bertanggungjawab terhadap keuangan keluarga, untuk mengurus rumah tangga tentunya, bagaimana dengan wanita apabila dia bekerja dan mencari nafkah juga buat keluarganya. Bisakah Anda menjelaskan tentang status tersebut dan uang yang didapat oleh wanita itu yang dia gunakan untuk ikut membantu menafkahi keluarganya dan juga terkait tanggung jawab wanita dalam mengurus keluarga.”
Jawaban 1: (Dr. Altaf Hussain)
Terima kasih atas pertanyaannya, pertanyaan yang singkat, sangat saya hargai, pertanyaan yang sangat spesifik.
Beberapa kuliah yang saya sampaikan terkait hak-hak wanita kepada audiens non muslim, biasanya disambut dengan gegap gempita para wanita yang melompat dan bersorak gembira, karena apa yang saya sampaikan, yang sebentar lagi juga akan saya sampaikan di sini.
Sangat jelas dalam Islam bahwa laki-laki adalah pemelihara rumah tangga (the maintainer of the household). Dan ada dua hal lain yang terjadi.
Pertama, sang wanita, sang istri, jika setelah melewati konsultasi dan diskusi dan punya pekerjaan, setiap sen, apakah para wanita di sini semuanya mendengarkan, untuk para laki-laki saya tidak akan membatalkan ucapan ini ya, dengarkan, setiap sen penghasilan istri, adalah milik si istri, untuk dimiliki istri.
Paham? Bisakah saya dapatkan takbir? (beberapa audiens meneriakkan Allahu Akbar walau tidak cukup keras dan Ustad Nouman terlihat melemparkan senyuman)
Kedua, sang wanita, sang istri, jika setelah melewati konsultasi dan diskusi dan bekerja, lalu dia memilih untuk ikut membiayai keluarga, maka setiap sen yang dia sumbangkan untuk keluarga, dihitung sebagai amal si istri atas keluarga. Bisakah kamu bayangkan itu? Apakah kamu bisa temukan agama yang lebih bermurah hati dari itu? Subhanallah.
Itu saja yang ingin saya katakan. Kamu punya pekerjaan, setelah konsultasi, kamu punya penghasilan, dengan cara yang dibolehkan dan halal, lalu setiap sen yang kamu sumbangkan untuk keluarga tinggal ditunggu saja karena dicatat sebagai hasanaat, sebagai amal kebajikan (good deed).
*****
Jawaban 2: (Aneesah Nadir)
Bisakah aku tambahkan? Kamu bisa denger aku? Aku pikir, ada hal lain yang harus diketahui oleh setiap wanita. Kadang-kadang ada suami yang menyuruh istrinya untuk melakukan ini dan itu, sementara istrinya tidak tahu persis apa hak-haknya.
Intinya, konsultasi dan diskusi yang sehat seperti yang diutarakan oleh Dr. Altaf Hussain hanya mungkin jika istri memiliki pengetahuan tenang hak dan kewajibannya sebagai istri.
*****
Jawaban 3: (Ustad Nouman)
Saya ingin juga nambahin untuk percakapan kita ini, kita hidup dalam budaya, sudah berlangsung beberapa generasi, wanita hampir tidak punya hak di rumah. Dan suami menikahi istrinya tapi yang terjadi bukan hubungan suami-istri melainkan perbudakan, bisa saya katakan seperti itu.
Ada kasus-kasus pelecehan psikologis yang jauh lebih parah dibandingkan pelecehan fisik apapun. Seharusnya keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia, tapi berubah menjadi penyiksaan psikologis (psychological torture) untuk wanita yang tak berdaya.
Ustad Nouman tahu persis keluarga-keluarga di mana istri dipaksa untuk melakukan sesuatu oleh suaminya. Dipaksa pergi bekerja, dan satu sen pun penghasilannya sang istri tak pernah lihat. Dan sang istri terperangkap dalam situasi itu karena si istri merasa bahwa kalo dia minta sesuatu, iparnya akan lapor ke orang tuanya dan bilang anak perempuan macam apa yang kalian besarkan. Jadi sang istri lebih memilih untuk tutup mulut karena takut kalo dia “bersuara”, akan terdengar dengan cerita yang berbeda ke keluarganya sendiri.
Jadi sang istri menanggung derita ini sendiri dan dia terus memainkan peran yang terpaksa ia mainkan.
Menurut Ustad, kegilaan (insanity) seperti ini harus segera dihentikan.
Beberapa minggu yang lalu, Ustad mendengar ada seorang wanita yang datang, suami-istri ini menikah di Pakistan lalu mereka pindah ke Canada, wanita ini diperlakukan seperti sampah (garbage), benar-benar sampah. Dia bahkan tidak makan di meja yang sama dengan anggota keluarga yang lain. Rumahnya sebenarnya adalah sebuah kamar.
Dulu di Pakistan dia tinggal di rumah yang besar, di Canada dia tinggal di sebuah kamar. Keluar dari kamar, dia ga nyaman karena ipar laki-lakinya selalu ada di sana. Ibu mertuanya memperlakukan dia seperti sampah.
Suatu hari dia tidak kuat lagi, karena ada kejadian di mana dia makan sesuatu yang makanan itu sebenarnya adalah makanan spesial dari ibu mertuanya. Makanan yang seharusnya tidak boleh disentuhnya. Ibu mertuanya pun berteriak-teriak hingga keluar kata, “Aku berharap kamu sudah mati, kenapa kamu tidak tenggak saja pil-pil ini.”
Lalu dia bilang, “Ya, akan kulakukan.” Dan dia beneran minum semua pil itu. Mereka harus panggil 911, layanan sosial, apapun itu, keluarga lalu diinvestigasi, atas kemungkinan pelecehan psikologis (psychological abuse).
Lalu mereka panggil seorang imam dan bilang, “Lihatlah wanita ini, aku ga tahu bagaimana keluarganya membesarkannya, tapi dia datang ke orang kafir untuk minta bantuan.”
Komentar Ustad Nouman, “Allahu Akbar? Pergi ke kuffar? Siapa sih yang kuffar sebenarnya? Keluarga itu perlu masuk penjara.”
*****
Sumber: https://youtu.be/owMhAxGqil4
Resume oleh Heru Wibowo