Sekelompok orang mengelilingi seorang ulama besar yang sudah sepuh bernama Yusuf ibnu al-Hussein dan meminta diajarkan doa olehnya, “Wahai Abu Ya’kub, ajarkan kami salah satu doamu.” Setelah berpikir sejenak dia berkata,
(اللَّهُمَّ إِنِّيْ نَصَحْتُ لِخَلْقِكَ ظَاهِراً وَغَشَشْتُ نَفْسِيْ بَاطِناً ، فَهَبْ لِيْ غِشِّيْ نَفْسِيْ لِنُصْحِيْ لِخَلْقِكَ)
“Ya Allah, aku tulus kepada ciptaanMu di muka umum, tapi aku menipu diriku dalam kesendirianku. Ampuni celaku ini, karena aku bermaksud tulus kepada ciptaanMu.”
Setelah mengucapkan doa ini, Yusuf lalu menangis, dan pada akhirnya wafat.
Kadang kita menemukan beberapa orang yang terhebat di dalam sejarah ternyata memiliki kekurangan pribadi yang besar pula. Di dalam dakwah mereka yang tulus kepada umat, mereka kehilangan ketulusannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Cenderung menganggap remeh hal pribadi ini karena hal-hal besar yang dilakukan di luar rumah.
Ini terjadi karena begitu mudah kita tergelincir untuk berpikir bahwa, “Saya melakukan semua ini demi umat jadi saya tidak perlu khawatir tentang diri saya pribadi, tidak mengapa sedikit perbuatan yang keterlaluan dalam diri saya pribadi.”
Yusuf telah berdoa kepada Allah dengan pengakuan penuh bahwa dia tidak mencelakai sesiapapun kecuali dirinya sendiri, maka dia memohon ampun dengan celanya ini yang disebabkan oleh ketulusannya kepada ciptaan Allah.
Ini adalah doa yang indah,yang berisi pengakuan akan kekurangan diri dalam kesendirian dan ingin diampuni karenanya. Hanya Allah yang tahu persis apakah kehidupan pribadinya memang bercela, ataukah karena standarnya yang tinggi bagi dirinya sendiri.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala juga memperbaiki kehidupan pribadi serta kehidupan publik kita dengan cara yang paling Dia sukai. Allahumma aamiin.
Sumber: https://www.facebook.com/imamomarsuleiman/videos/1903514949668537/
Resume oleh Key