[MFA2018] Resep Doa Anti Galaunya Nabi Musa – Indira Kurnia Afiyati


Lagi galau? Atau penuh beban di pundak? Bingung… nggak tahu mau cerita ke mana? Ga nemu solusi, dan hampir depresi? STOP! Tenang guys…

Kamu ga sendiri kok. Hampir tiap orang pernah merasakan hal ini. Ya, kita semua pernah ada di posisi ini,di titik nol. Itulah hidup, episodenya tidak mudah ditebak, alurnya kadang membuat mata kita terbelalak. Kabar gembiranya, kita punya “GPS” yang selalu bisa diandalkan. Memangnya ada? Ada dong!

[MFA2018] Resep Doa Anti Galaunya Nabi Musa - Indira Kurnia Afiyati

Apa itu?

Inilah Al-Qur’an, road map canggih yang didesain sebagai tuntunan hidup. Menyinari terang gelapnya emosi kita, mewarnai pernak-pernik bahagia kita, serta tidak lupa memberikan hadiah solusi untuk setiap masalah kita.

Nah, bicara masalah hidup, tentu banyak ragamnya, tiap orang memiliki varian yang berbeda … ada yang levelnya ringan, adapula yang berat, lalu bagaimana Al-Qur’an memberi guide line pada kita?

Oke, mari belajar dari kisah Nabi Musa.

Siapa yang tidak kenal Nabi Musa? Manusia mulia yang diberi mandat khusus oleh Allah, yakni untuk membimbing Bani Israil. Sosok tampan berotot baja, mengantongi keberanian luar biasa. Tak gentar bertitah pada Si Zalim Firaun, yang berlagak Tuhan.

Kisahnya dimulai dari Kota Memphis. Ketika itu beliau (Nabi Musa) melihat adanya sebuah pertikaian. Pertikaian antara seorang dari kaumnya dengan tentara Firaun. Tak ayal, kaumnya itu meminta bantuan pada Musa. Maka kemudian, Nabi Musa pun meninju musuhnya, tak berselang lama matilah tentara Firaun tersebut.

Pasca kejadian itu, Nabi Musa ‘dihantui’ ketakutan serta kegalauan akibat perbuatannya. Lisannya terus meluncurkan doa memohon ampunan. Maka beristighfarlah Musa.

Kemudian datanglah seorang laki–laki dari ujung kota, bergegas mengingatkan Musa untuk segera hijrah, karena kabarnya Firaun sedang menyusun makar untuk membunuhnya.

Masih dibanjiri aura rasa takut, juga khawatir tersusul Firaun, Musa pun hijrah menuju Madyan. Sampailah ia di sebuah mata air. Lalu, dilihatnya sekumpulan manusia sedang memberi minum ternaknya. Dan terlihat juga dua orang perempuan menahan ternaknya. Heran dengan kejadian itu, Musa kemudian bertanya, “Kenapa kalian menahan ternak itu?

Keduanya pun menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum ternak ini, sampai kerumunan itu pergi. Dan Ayah kami sudah tua, maka kami menggantikan tugasnya.”

Tanpa pikir panjang, bergegas Nabi Musa menarik ternak milik kedua perempuan tersebut, lalu membantu memberikan minum pada ternak tersebut.

Singkat cerita, setelah selesai memberi minum ternak milik kedua perempuan tersebut, tanpa meminta imbalan atau menunggu ucapan terima kasih, Nabi Musa pun berlalu. Beliau kembali berteduh dan menyendiri. Lalu, dengan hati yang masih diselimuti kegalauan, terucaplah untaian doa nan mashur itu.

فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍۢ فَقِيرٌۭ

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS Al Qashash ayat 24)

Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir.

Inilah harap penuh makna, doa penuh cinta, yang dicontohkan Musa pada kondisi genting, fakir serta membutuhkan pertolongan

Kita tahu betul, kala itu Nabi Musa statusnya sebagai buronan Firaun. Meski berhasil lolos, kegalauan akan tersusul tentara Firaun menjadi momok tersendiri. Apalagi kesalahan masa lalunya bukanlah hal sepele. Bagaimana mungkin bisa tenang, jika terlanjur membunuh pagar betisnya Firaun, tentara yang ditakuti seantero Mesir. Meski Musa tidak sengaja melakukannya, tapi peristiwa itu tetap menjadi beban psikologis tersendiri, yang tak mudah ditepikan. Kondisi itu mau tak mau, suka tak suka, membawa Musa berada di titik terendah hidupnya.

Ya! Musa sejatinya merasakan lapar, Musa memerlukan tempat berteduh, Musa butuh perlindungan alias jaminan hukum, Musa juga menginginkan pekerjaan yang menghasilkan. Namun uniknya dalam doa yang dipanjatkannya pada Allah, Nabi Musa tak menyebutkan beragam permintaan secara tersurat. Padahal saat itu nyawanya terancam, hatinya galau, fisik lelah, tiada tambatan jiwa. Bisa dikatakan fakir sandang, pangan, dan papan.

Kita tahu, betapa lengkap penderitaan Musa. Tapi coba lihat sekali lagi doa Nabi Musa tersebut, di dalam doanya tiada sedikitpun keluh kesah, aduan, juga pinta, melainkan berupa pengakuan kesejatian hamba yang sungguh membutuhkan anugerah-Nya

رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِير

Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir.” [Al – Qasas: 24]

My Lord, I am truly in need of any good that You might send down to me.

Artinya: Tuhanku, apapun yang telah Engkau anugrahkan kepadaku, aku sungguh sangat membutuhkannya.

So, apa makna sejati yang terdapat pada doa tersebut? Inilah rahasia yang diungkap oleh Ustad Nouman Ali Khan:

1. Kita flash back pada peristiwa di Madyan, setelah Nabi Musa membantu memberi minum ternak. Ia kemudian memanjatkan doa ini dalam kesendirian. Satu pelajaran penting yang bisa dipetik; ilmu ikhlas. Tak perlu nunggu ucapan terima kasih atau imbal jasa dalam membantu orang lain. Jika niat kita murni karena Allah, berharap hanya pada Allah, maka Allah akan memberi yang lebih dari apa yang kita bayangkan.

Just remember this: when you give charity; you have not helped them, the fact of the matter is they have helped you. They become testimony for you on Judgement Day. They become a forgiveness of your sins. You’ve helped them only in the dunya, which is nothing to Allah, but they have helped you in akhirah, which is everything. – Nouman Ali Khan

2. Jika kita perhatikan makna tersurat dari lafaz doa tersebut, maka akan kita dapatkan; ilmu syukur. Ustad Nouman menjelaskan dengan detail tentang makna ‘anzalta’, yang memiliki arti, “Apa saja yang sudah Engkau berikan.” “Sungguh aku teramat butuh Ya Allah, karena itu, maka aku syukuri. Terserahlah apapun bentuknya Ya Allah.”

Nabi Musa seolah melakukan bincang mesra rasa syukurnya pada Allah. Syukur akan nikmat mata air yang menghilangkan dahaga, memiliki naungan pohon nan teduh serta kesempatan berbuat baik pada sesama. Itu semua cukup membuat dirinya pandai berterima kasih.

Just remember this: try to have a different attitude, like Musa – he is constantly thinking about what he has to be grateful for. – Nouman Ali Khan

3. Masih ingat kesalahan Nabi Musa di Memphis? Nabi Musa membunuh seorang tentara Firaun. Meski telah memohon ampun pada Allah, Nabi Musa masih merasa bersalah, ia belum tenang, masih galau. Maka ia kemudian mencari kesempatan untuk berbuat amal kebaikan. Kebaikan yang diharapkan bisa menutupi kesalahan masa lalunya. Maka ilmu taubat itu intisarinya. Terima kasih Allah untuk kesempatan membantu kedua perempuan tersebut.

Di sini Ustad Nouman Ali Khan menjelaskan, jika suatu saat kita pernah melakukan kesalahan, apapun itu. Kecil maupun besar, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Jika Allah memberi kesempatan mengampuni Nabi Musa, maka mudah-mudahan Allah pun akan mengampuni kita. Maka milikilah semangat layaknya Nabi Musa. Semangat memperbaiki diri serta berbuat baik pada sesama, karena itulah cara untuk menghapus segala dosa kita.

Just remember this: if Allah will cover Prophet Musa; then I’m covered [insya Allah].

Masya Allah… Begitulah hikmah dari doa Nabi Musa. Semua terangkum jernih membentuk tutur santun pada Rab-Nya. Dengan kata lain, sebelum meminta lebih pada Allah, Nabi Musa fokus bersyukur terlebih dahulu atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan padanya.

Inilah teladan manusia agung nan pandai bersyukur. Bukankah ketika kita bersyukur, Allah akan tambahkan nikmat-Nya kepada kita?

So, we have to become a people of shukr. A people of gratitude.

Dari doa visioner salah satu Rasul Ulul Azmi tersebut, hikmah apa yang bisa kita petik?

Doa tulus itu, yang dipanjatkan Musa setelah membantu memberi minum ternak, ternyata diijabah Allah dengan limpahan Rahmat-Nya. Tak hanya diundang jamuan makan sang Ayahanda kedua perempuan yang ditolongnya tadi. Musa juga mendapatkan upah meminumkann ternak, bahkan ditawarkan menjadi mantu untuk disandingkan dengan salah satu putri terbaiknya. Maka menikah itulah rezekinya Musa. Dan yang paling puncaknya nih, Nabi Musa dipercaya memimpin bisnis peternakan sang Ayahanda.

Masya Allah, ternyata inilah rahasia suksesnya Nabi Musa. Inilah resep doa anti galaunya musa.

Doa ini otomatis masuk list doa favorit saya. Pertama kali mendapat materi ini dari Ustad Nouman Ali Khan, bulir air mata tak henti mengalir. Seolah inilah rangkaian jawaban dari pertanyaan di hati. Inilah the next guidance from Allah.

Sebelum mengenal istilah tadabbur quran, dahulu diri ini kerap melakukan kontemplasi diri, merenung, membaca, mengamati, mengambil hikmah baik dari peristiwa manusia, alam, buku atau film keislaman,dll. Saat kontemplasi, merupakan saat dimana diri menemukan hakikat hidup. Seolah baru menyadari betapa menggunungnya dosa diri.

Dari sana timbul keinginan untuk memperbaiki diri. Namun ada serangkaian pertanyaan yang terus mengganggu, seolah butuh jawaban pasti. Maukah Allah menerima kelemahan diri? Bersediakah sang Pencipta mengampuni segala kesalahan diri? Jika benar ‘iya’ jawab-Nya, lalu apa tandanya? Bagaimana menambal kesalahan agar hati tenang, agar yakin bahwa kita telah berjalan sesuai petunjuk-Nya. Lalu adakah ‘harga’ yang harus dibayar, untuk menutup kekurangan dan kesalahan diri?

Allah memang Maha Mengetahui segala isi hati. Kegalauan nan kasat mata, keresahan yang tak terucap kata, hingga tanda tanya yang memenuhi ruang jiwa. Meski merasa kalah, tapi tetap melangkah. Meski merasa lemah, namun tak henti bertanya. Meski merasa lelah, harus terus berusaha. Karena meraih ampunan Allah adalah misi terbesar kita.

Mengapa ampunan Allah harus dikejar?

Karena ketika Allah mengampuni kita, artinya Allah ridha. Ketika Allah mengampuni kita, maknanya Allah hadiahkan surga. Ketika Allah mengampuni kita, kita selamat daei neraka yang menyala. Jika ampunan itu Allah berikan, semua kebaikan insya Allah akan meliputi.

Allah akan menunjukkan jalan-Nya pada siapa saja yang bersungguh-sungguh mencari ampunanNya. Mulanya Allah mengenalkan saya makna Ar – Rahman. Berikutnya Allah mengajarkan diri akan keagungan Asma-Nya: Al – Ghaffir, Al – Ghaffar, Al – Ghaffur serta Al – ‘Afuw. Pengenalan mendalam tentang asma indah milikNya ini, sungguh memberi harapan tersendiri di hati. Menjadi secercah jawaban bagi pertanyaan diri. Berarti inilah tandanya Allah mau mengampuni Hamba-Nya, karena Allah memiliki sifat pengampun yang ditunjukkan melalui Asmaul Husna-Nya. Maka pintalah dengan Asma-Nya. Mudah-mudahan Allah berkenan mengampuni segala dosa kita.

Lalu, Masya Allah. Rasa bahagia membuncah, saat Allah ajarkan doa powerful ini. Kenapa? Karena doa ini jadi penyempurna jawaban pertanyaan di hati. Maka ayat ini menjadi ayat favorit saya di Al-Qur’an. Doa ini mengajarkan cara menyembuhkan hati dari kegalauan, perasaan resah bahkan potensi depresi. Galau seandainya diri tiada peluang meraih ampunan Allah, resah atas kesalahan yang pernah tercipta, depresi akibat ketiadaan harapan untuk memperbaiki diri.

Ikhlas, inilah saripati doa Musa. Jika kita ikhlas memohon pada-Nya, insya Allah akan selalu ada jalan. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, jika Ia telah berkehendak, maka jadilah!

Kemudian, doa ini menitik beratkan tentang syukur, meski galau melanda. Syukur harus tetap ada di hati, karena masih banyak rahmat yang masih Allah beri, syukur agar tak gelap mata, syukur agar fokus pada yang ada, syukur masih diberi hidup. Itu artinya peluang kebaikan masih terbentang luas.

Doa ini juga mengandung harapan untuk kembali, taubat. Ya, jika Musa dengan kesalahannya Allah beri peluang taubat, maka ingatlah harapan itu juga menjadi kita kita. Asalkan kita mau take action… then do taubat.

Dan intisari terakhir inilah yang paling berkesan bagi diri. Tentang azzam berbuat baik. Ya, inilah sejatinya ‘harga’ yang harus dibayar agar segala dosa kita Allah ampuni. Jadikan berbuat baik sebagai tradisi, perluas aksi sedekah dalam berbagai bentuk, baik itu dengan menolong orang lain, menyingkirkan duri si jalan, bicara yang baik, dll. Intinya kuatkan selalu tekad di hati untuk giat beramal, agar nilai kebaikan bisa menggantikan dosa masa lalu kita.

Sungguh, doa ini menitipkan inspirasi tidak bertepi bagi diri, tuk selalu percaya bahwa Allah itu Maha Pengampun. Maka, tiada tempat untuk berputus asa. Apapun dosa kita, kembalilah segera pada Allah. Doa ini memberi motivasi tersendiri untuk memaknai syukur, juga yang terpenting, menjadi katalisator diri untuk terus beramal —- yang dengannya semoga Allah berkenan mengampuni jejak kesalahan diri.

Kesimpulan: Memang sejatinya ampunan itu adalah hak prerogatif Allah, kita tidak bisa mengukur dengan takaran dunia atau timbangan persepsi kita. Namun, sudah selayaknya kita bercermin pada Nabi Musa. Dalam kondisi sulit dan terhimpit tak patah arang, selalu optimis akan pertolongan Allah, tak jemu lantunkan doa. Doa nan abadi di dalam Al-Qur’an, doa yang senantiasa dibaca sepanjang zaman. Doa yang jika kita panjatkan, nilai pahalanya dihitung perhuruf. Maka di posisi manapun kita, tempuhlah jalan para Nabi dan Rasul, ikutilah titahnya, teladanilah amalnya.

Jadi, buat teman-teman yang sedang galau, penuh beban di pundak, mentok, belum nemu solusi yang tepat, then … hampir desperate. Tenang! Jangan putus asa dulu! Coba deh mulai sekarang amalkan doa visioner ini.

So, ga ada lagi status galau di timeline hidupmu, karena kamu selalu punya resep doa anti galaunya Nabi Musa.

Sumber Inspirasi:

*Al – Quranul Karim
*Buku Revive Your Heart : A Prayer for Desperate Times
*Video: Do’a Nabi Musa Dalam Kesulitan [Subtitle Bahasa Indonesia –
NAK Indonesia]
Oleh: Ustad Nouman Ali Khan

By. Indira Kurnia Afiyati
#MyFavoriteAyah2018

One thought on “[MFA2018] Resep Doa Anti Galaunya Nabi Musa – Indira Kurnia Afiyati

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s