NASIHAT UNTUK PARA DA’I
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿النحل: ١٢٥﴾
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Quran 16: 125)
Sering terngiang-ngiang di telinga saya bahwa menurut Ustad Nouman Ali Khan salah paham terhadap Islam banyak terjadi bukan pada non-muslim terhadap Islam, tetapi justru orang Islam sendiri terhadap Islam.
Salah satu salah paham umat Islam, dan termasuk saya, tentang ajaran Islam mengenai dakwah. Ustad Nouman meluruskan kembali cara pikir kita mengenai dakwah dalam bahasannya mengenai Surat An Nahl ayat 125.
Ayat ini memang populer sebagai ayat dakwah, namun yang sering dibahas hanya dari aspek metode dakwah yaitu hikmah, mauidzah (pelajaran) dan jidal (bantahan). Padahal pada ayat ini juga memuat nasihat-nasihat dakwah penting lainnya yang jarang disadari bahkan oleh para da’i.
…
Nasihat pertama dari ayat ini adalah bahwa dakwah haruslah merupakan ekspresi cinta. Ini mungkin kedengaran klise. Tapi pada prakteknya sering kali kita tidak bisa membedakan apa sesuatu itu dakwah ataukah sedang meluapkan amarah, sedang meledek atau sedang mem-bully.
Dakwah tidaklah bisa seperti itu. Ustad Nouman menjelaskan ayat ini dengan menganalisis mulai dari kata “serulah” (ادْعُ) yang juga berarti mengajak atau mengundang. Jika kita mencintai seseorang maka kita akan mengundangnya pada hal-hal yang kita sukai.
Coba bayangkan kita mengundang orang lain ke rumah kita untuk makan. Kita hanya mengundang orang-orang yang kita sukai untuk hadir. Tidak mungkin kita mengundang orang yang kita benci ke rumah kita.
Karena merupakan ekspresi cinta, tidak mungkin kita mengundang orang dengan menggunakan ekspresi yang garang sambil berteriak-teriak, “Hei, datang ke rumah saya!! Makan!!” Orang yang diundang dengan cara seperti ini alih-alih akan datang, malah akan lari ketakutan.
…
Nasihat kedua dari ayat ini adalah bahwa dakwah itu tidak hendak membuat orang menjadi seragam. Ustad Nouman menjelaskan bahwa biasanya jika kita mengundang orang, kita akan mengundang ia ke suatu lokasi, misalnya restoran tertentu. Yang artinya suatu titik tertentu. Ayat ini tidak begitu.
Ayat ini menjelaskan bahwa kita tidak mengundang orang ke lokasi tapi ke “jalan Tuhanmu” (سَبِيلِ رَبِّكَ). Jalan bukanlah suatu titik tertentu. Jika ada yang menempuh jalan Allah itu sejauh 10 km, atau 100 m atau baru 1 langkah sekalipun, maka mereka semua sebenarnya sudah berada di jalan Allah.
Yang terpenting menurut Ustad Nouman dalam dakwah adalah orang-orang dapat mengenal Allah. Setelah itu biarkan orang berproses sesuai dengan keunikan dan potensinya masing-masing.
Kita sering menjadikan para sahabat nabi sebagai target ideal perubahan kita. Menurut Ustad Nouman merupakan suatu ketidakadilan kita sering menggambarkan para sahabat dengan hanya Abu Bakar dan Umar saja. Padahal sahabat nabi ada banyak dan mereka pun beragam tingkat amal solehnya.
Setiap kali ada himbauan sedekah contohnya selalu Umar yang menyedekahkan setengah hartanya atau Abu Bakar yang menyedekahkan seluruh hartanya, padahal ada sahabat lain juga yang dalam urusan sedekah masih berjuang. Tapi ini bukanlah masalah.
Ada contoh menarik seorang sahabat yang dinyatakan Rasulullah sebagai ahli surga padahal dia tidak punya ibadah khusus yang rutin dia kerjakan, seperti tahajud atau ibadah lainnya. Ia mengatakan hanya tidak menyimpan dendam kepada sesama kaum muslimin.
Bisa jadi ada orang yang dari sisi kuantitas amalan kelihatan sedikit, sehingga kita menganggap dia jauh dari Allah. Namun di sisi Allah yang sedikit itu bisa jadi lebih berharga dibanding amal kita yang lebih banyak tapi kurang ikhlas.
…
Nasihat ketiga dari ayat ini adalah jangan putus asa dalam berdakwah. Jangan karena kita tidak segera melihat perubahan pada orang yang kita dakwahi, langsung kita stempel sebagai orang yang tidak akan masuk surga.
Ungkapan Allah bahwa “Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”, mengisyaratkan bahwa tugas kita hanyalah menyampaikan, bukan menghakimi orang yang tidak terlihat perubahannya sebagai orang yang tidak mendapat petunjuk.
Memang ada orang yang sekali diberi tahu langsung berubah, tapi mungkin lebih banyak yang tidak. Jangan anggap apa yang kita sampaikan itu sia-sia. Kata Ustad Nouman, kita tidak akan tahu kata-kata yang kita sampaikan sekarang, bisa jadi baru ‘klik’ di kepalanya mungkin 10 tahun yang akan datang.
Hasil akhir dakwah itu bukan untuk mengubah orang, dakwah itu hanya menyampaikan pesan. Yang bisa mengubah manusia itu hanyalah Allah. Tugas kita hanyalah menaruh benih-benih ke dalam hatinya. Biarlah Allah yang memutuskan kapan akan menumbuhkan benih itu sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
…
Buat saya merenungi ayat ini memberikan kelegaan sebagai seorang da’i bahwa tuntutan Allah kepada kita sebenarnya hanya menyampaikan, titik. Dan sepertinya juga akan memberikan kelegaan kepada para mad’u bahwa mereka tidak dituntut untuk berubah dalam sekejap mata. []