“Tunggu!”
Orang yang berteriak itu terus mengejar kerumunan manusia yang berjalan di depannya.
“Tolong, berikan sedikit cahayamu kepada kami!”
Rupanya, orang itu kaget sekaligus bingung. Ia bingung mendapati dirinya tak memiliki cahaya penerang. Sedang orang-orang di sekitarnya mudah saja berjalan dengan suluh yang dimilikinya.
Kejadian di atas dikisahkan Ustad Nouman Ali Khan sebagai episode mengerikan yang kelak terjadi di Hari Kiamat nanti. Firman Allah:
يَوْمَ يَقُولُ ٱلْمُنَـٰفِقُونَ وَٱلْمُنَـٰفِقَـٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱنظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ٱرْجِعُوا۟ وَرَآءَكُمْ فَٱلْتَمِسُوا۟ نُورًۭا فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍۢ لَّهُۥ بَابٌۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ ٱلرَّحْمَةُ وَظَـٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ ٱلْعَذَابُ
“Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu. Dikatakan (kepada mereka): Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)…” (QS. Al-Hadid [57]: 13)
Diceritakan, masing-masing berjalan dalam suasana mencekam. Tak ada yang mau menolong saudaranya, apalagi berbagi cahaya yang semuanya membutuhkan. Dalam keadaan terengah, mereka bertanya, “Bukankah kami dulu bersamamu di dunia? Seolah tak percaya, orang-orang yang tak punya cahaya itu terus menyergah. Bukankah kami dulu sama-sama dengan kalian menunaikan shalat Jumat? Bukankah kita pernah bareng shalat wajib berjamaah, dulunya pernah sama-sama berdiri tegak di Padang Arafah?”
Menjawab cecaran di atas, Mukmin yang ditanya lalu berkata, “Iya, kita semua pernah bersama-sama. Tapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, suka menunda taubat, hingga akhirnya ragu dan kehilangan keyakinan terhadap kebenaran agama tersebut. Ujungnya, kalian telah terkecoh oleh rayuan dunia dan bujuk goda setan.”
Plak! Sampai di sini, muka saya seolah ditampar dengan penjelasan Ustad Nouman di atas. Sebab tanpa sadar, seringkali ada bisikan nyaman (comfort zone) dengan rutinitas yang ada. Merasa cukup dengan warisan keislaman selama ini. Bahkan tak sedikit terbetik rasa lebih baik atau lebih shaleh daripada orang lain. Astaghfirullah.
Lihat saja! Sebagian manusia yang anti syariat dan memusuhi Islam (Islamphobia) hari ini terkadang bukanlah orang-orang yang tak mengenal Islam sebelumnya. Mereka bahkan mungkin lebih menguasai dan mendalami Islam secara keilmuan dan teori daripada lainnya. Namun ketika hawa nafsu telah menguasai jiwa manusia, segalanya bisa berubah hingga akhirnya ia pun ragu dengan keimanan yang selama ini diperjuangkannya.
Allah mengingatkan, “Orang-orang Munafik itu memanggil mereka (orang-orang Mukmin) seraya berkata: Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu? Mereka menjawab: Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah. Dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.” (QS. Al-Hadid [57]: 14)