[MFA2018] Bagaimana Bersikap Menurut Al-Qur’an? – Anne Rufaidah


Bagaimana Bersikap Menurut Al-Qur’an

Assalamu’alaikum

Ayat ini merupakan One of the Ayat yang patut saya share, menurut saya. Terlebih sekarang dengan berbagai kejadian terorisme yang baru-baru ini terjadi.
MFA2018 - Bagaimana Bersikap Menurut Al-Quran_

Saya menonton lecture Ustad Nouman Ali Khan yang judulnya Context and Meaning in the Quran. Di video tersebut dibahas ayat 36 dari Surat Al-Israa tentang merespon dari informasi yang kita terima.

al isra 36

Yang saya pahami dari video lecture-nya Ustad Nouman, pesannya adalah persepsi kita itu awalnya terbentuk dari pendengaran. Informasi yang kita dapat dari pendengaran akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap sesuatu. Kemudian cara pandang akan mempengaruhi emosi, perilaku dan tindakan kita.

Contoh: Sebagai orang Islam yang telah mempelajari Qur’an, ketika melihat tanah yang tandus, ada rumput dan tanaman yang tumbuh di atas tanah, hal itu bisa mengingatkan bahwa kita, suatu hari juga akan dibangkitkan kembali dari kubur. Namun jika dari sudut pandang sebagai ilmuwan, bukan muslim, cara kita melihat pohon persepsinya berbeda lagi. Kita akan mencari tahu spesiesnya, usianya, dll. Fokusnya beda, sudut pandangnya beda. Itu karena informasi yang didapatkan berbeda.

Oleh karena itu mengapa pendengaran mempengaruhi sudut pandang kita terhadap sesuatu. Terus di dalam Al Qur’an juga disebutkan, “.. punya telinga tapi tak mendengar..

Maksudnya kita mendengarkan terjemahan Al Qur’an tiap hari, tapi tidak ada yang berdampak terhadap cara pandang dan emosi kita sehari-hari. Cara pandang dan emosi kita tidak berubah sesuai dengan apa yang kita dengar dari Al-Qur’an.

pendengaran penglihatan

.. punya mata tapi tidak melihat..” artinya dia tidak mendapat informasi dari Qur’an. Jadi pas dia melihat akan pepohonan dan tanaman dianggap sebagai hal yang biasa aja. Melihat pepohonan itu, tidak bisa menjadi pengingat akan hari di mana kita akan dibangkitkan lagi nanti dari kubur. Dia tidak dapat memahami informasi tentang hal itu. Dia tidak bisa melihat dunia dengan cara pandang Al-Qur’an.

Setelah pendengaran mempengaruhi cara pandang, cara pandang kemudian akan mempengaruhi emosi. Misal, kamu pernah ada masalah sama 1 orang. Bawaannya, apa aja yang dia lakukan itu negatif di mata kita. Bahkan ketika dia mengucapkan salam, kamu berpikir, “Ah pasti dia cuma basa basi supaya terlihat baik, dll,” atau setiap dia bahas hal negatif, kamu langsung berpikir, “Orang yang dia maksud itu pasti diri saya. Saya tahu banget.

Ketika kita tidak banyak berinteraksi sama Al-Qur’an, cara pandang kita terhadap segala sesuatu yang ada di dunia ini akan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan di dalam Al-Qur’an. Dengan banyak mendengarkan Al-Qur’an, diharapkan cara pandang kita, emosi, tindakan, dan perilaku kita bisa sesuai dengan apa yang Allah perintahkan di dalam Al-Qur’an. Itu mengapa kita diperintahkan untuk solat 5 waktu. Supaya kita dapet “asupan” Al-Qur’an yang cukup dalam sehari untuk maintain cara pandang dan emosi kita tetap di jalur yang sesuai dengan Al-Qur’an.

Bagian awal dari ayat itu berbunyi, “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui,” maksudnya kita harus tahu sekali sehingga kita bisa menjelaskan kenapa kita harus shalat, misalnya. Jangan cuma shalat karena semua orang Islam sholat, karena katanya solat itu kewajiban, karena katanya kalau tidak sholat itu dosa. Kita harus tahu mendalam bagaimana ilmunya.

Contoh lain, kita mengutip ayat ini atau hadits ini buat nasihatin orang lain, tapi kita tidak benar-benar paham maksud ayat itu apa, konteks ayat itu seperti apa. Kapan diturunkannya, ditujukan buat siapa, situasi pada saat ayat itu diturunkan seperti apa, dll.

Ini penting banget menurut saya. Karena ini akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak dan ketika kita tidak tau konteksnya, ketika informasi yang kita dapat tidak lengkap, pemahaman kita tentang ayat itu bisa jadi salah.

Misal, kita dengar sekilas percakapan 2 orang, yang kita dengar ada yang bilang, “Saya tusuk nih,” terus kita langsung mikir, “Waduh, bisa ada pembunuhan nih, mesti kita laporkan ke Pak RT.

Padahal kita tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, kita tidak tahu kalau sebenarnya mereka lagi mau buat sate. Bahaya kan? Penting banget kan paham tentang konteknya?

Ini bisa kita gunakan sebagai pencegahan penyebaran paham terorisme. Kalau setiap orang berpikir begini, tidak serta merta menyerap apa yang orang lain sampaikan. Sadar untuk mencari tahu lebih lengkap jika ada informasi baru, rasanya kita bisa lebih terhindar dari terorisme.

Karena ketika kita dikasih tahu ada jalan pintas masuk surga dengan cara membunuh orang lain, kita ga serta merta melakukan itu, kita akan cari tahu dulu. Dan dengan lebih banyak informasi yang kita dapatkan, pikiran kita akan lebih terbuka dan kita akan lebih bisa mencerna dan berpikir apakah yang orang lain sampaikan itu benar baik buat kita atau tidak.

Jangan takut buat share informasi kebaikan. Nasihat umum kaya berbuat baik, sabar, menghormati, menyayangi, itu bisa kita share seluas-luasnya 😁

Sebaiknya kita juga tidak menghujani orang yang kita sayang, yang ingin kita ajak berubah dengan ayat-ayat Al-Qur’an atau kutipan-kutipan ceramah. It’s annoying Bro.. orang jadi malas duluan karena terlalu sering.

Orang bisa jadi sentimen atau ga suka sama ustad “A” karena kita suka ngutip ceramah-ceramah Ustad tersebut untuk dilemparkan ke orang-orang yang ingin diajak berubah. Orang malah jadi semakin malas berubah kalau caranya seperti itu.

Hal lain lagi, yang sebaiknya tidak kita lakukan adalah bicara atas nama orang lain. Misal, “Kalau ayahmu masih ada, dia pasti akan melakukan hal yang sama.” Padahal kamu ga tahu persis kan apa yang akan terjadi seandainya ayah dia masih ada? Yang parahnya kalau sampai terucap, “Kamu bisa masuk neraka.What??? Urusan surga dan neraka itu rahasia Allah. Kita ga pernah tahu akan seperti apa akhirnya kita nanti.

Kita tidak boleh sekedar ngikutin apa kata orang, tanpa tau apa-apa, tanpa cari tahu lebih banyak. Karna ada orang yang suka menyebar hoax atau gosip atau kabar burung. Baik yang menyebar hoax dan kita yang mengikutinya, dua-duanya salah. Kita harus cari tau dulu kebenaran informasinya sebelum kita ikuti, sebelum kita sebar.

Terus, kalau di suatu momen ada keluarga atau teman atau saudara kalian yang menyebar hoax, jangan langsung kasih link tulisan ini ya 😁 alihkan saja topik pembicaraannya, supaya dia ga nyebarin hoax dan supaya kita juga ga terpengaruh dan jadi ngikutin (hal ini juga sunnah dari Aisyah radhiyallahu anha). Karena terkadang ada orang bicara seperti itu tanpa menyadarinya.

Sekian tulisan saya kali ini. Semoga kita menjadi orang yang lebih berhati-hati terhadap apa yang kita dengar dan semoga kita bisa berlaku adil. Amiin

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s