[MFA2018] Ditegur Surat Al Hadid – Ario Antoko


Ditegur Surat Al Hadid

Oleh: Ario Antoko

Bismillah. Salah satu #MyFavoriteAyat di Quran adalah ayat ke-16 dan 17 Surat Al Hadid.

MFA2018 - Ditegur Surat Al Hadid

Saya muslim sejak lahir, saya akan sebut ini sebagai titik hijrah pertama saya..
Ketika kecil saya pernah salah dikasih obat. Saya sakit asma, namun diberikan obat TBC. Efek samping dari obat ini membuat pendengaranku menurun drastis. Saat sekolah dasar saya merasakan sulitnya mendengar saat bermain bisik-bisikan. Namun saat SMP, saya baru mengetahui pendengaran saya bermasalah dan harus menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD).

Hijrah Kedua

Di usia SMP itulah saya mulai suka berpikir bahwa Allah tidak menciptakan bumi dan langit dengan sia-sia. Ini awal saya menyukai tema tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Namun hal itu tidak menjadikan saya salih seketika, tetapi bisa dikatakan sebagai titik hijrah kedua saya. Banyak muslim yang hanya Islam KTP namun tidak benar-benar mengenal Allah, saya beruntung dipaksa mengenal Allah melalui nikmat pendengaran yang diambil oleh-Nya.

Hijrah Ketiga

Titik hijrah ketiga saya berikutnya adalah saat lulus kuliah. Alat Bantu Dengar (ABD) saya rusak, butuh bertahun-tahun kemudian untuk dapat membeli ABD baru. Karena tidak dapat bekerja maka saya hanya tinggal di rumah saja. Saya mulai mengisi waktu dengan mengaji dan belajar agama melalui buku dan internet.

Titik hijrah ketiga ini menjadi pelajaran berharga bagi saya. Kenapa? Karena saya banyak berpikir dan berpendapat Islam dari sudut pandang halal, haram, bidah. Saya menjadi mudah menuduh dan menghakimi orang lainnya. Ini membuat hati saya menjadi keras, itu yang saya rasakan. Saya merasa paling benar.

Hijrah Keempat

Saya merasa hijrah ketiga saya adalah masa pencarian. Di akhir masa hijrah ketiga, saya mulai suka menonton ceramah Islam di YouTube, terutama yang bertema motivasi dan muhasabah. Ini nantinya menjadi titik balik hijrah keempat saya. Salah satu ceramah Islam yang berkesan adalah ceramah Ustad Nouman Ali Khan tentang Islam dan Ego yang membahas surat Al Hadid ayat ke-16.

(أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ)

Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.” (Al Hadid ayat 16)

Saya terkesan dengan penjelasan Ustadh Nouman Ali Khan yang melihat fenomena orang Islam namun hati mereka keras.. Seperti ahli kitab yang diberi kitab namun hati mereka mengeras. Mirip dengan yang saya rasakan, hati ini terasa keras karena suka menuduh, menghakimi dan keras kepala, merasa paling benar sendiri.

Obat Dari Hatiku Yang Keras

Saya bersyukur Ustad Nouman Ali Khan menjelaskan bahwa hati yang keras ada obatnya. Dan obatnya ada pada ayat Al Hadid selanjutnya. Ayat ke-17.

(ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ)

Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.” (Al Hadid ayat 17)

Saya sangat senang bahwa Allah dapat membuat hati yang keras kembali menjadi lembut. Ustad Nouman Ali Khan menjelaskan cara pengobatannya adalah dengan memperbanyak mengingat Allah.

Ini titik balik saya mencoba melakukan banyak perbaikan untuk menjadi muslim yang lebih baik. Ketika melihat suatu situasi, saya tidak mudah segera menuduh atau menghakimi. Pelan namun pasti, insya Allah saya berusaha keras meninggalkan kebiasaan buruk itu.

Saya lebih tertarik untuk dapat merasakan manisnya iman. Lebih tertarik memperbaiki hablum minallah dan hablum minannas. Memperbaiki hubungan saya dengan Allah dan dengan manusia. Saya berpikir, walau saya muslim difabel bukan berarti saya punya keistimewaan untuk menghakimi orang atau berpikir saya lebih baik dari mereka.

Muslim difabel tetap sama seperti muslim lainnya dalam pandangan Allah. Allah hanya melihat ketakwaan setiap muslim.

Penutup

Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan doa. Saya berdoa semoga Allah kemudahan para muslim difabel. Kekurangan yang kita miliki jangan dinilai sebagai bentuk hukuman dari Allah. Tetapi jadikan kekurangan ini sebagai jalan untuk dekat dengan Allah.

Tidaklah bagus beragama Islam namun tidak dapat merasakan manisnya iman. Saya juga berdoa untuk semua muslim. Semoga Allah senantiasa lembutkan hati kita. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s