Di antara surat yang lain, Al-Fatihah adalah surat pertama yang pertama kali saya hafal artinya. Saya menghafal artinya, karena menyadari bahwa salat itu bukan semata ritual fisik. Setelah itu saya menjadi sangat jatuh cinta ❤ dengan Al-Fatihah.
Ketika melalui beberapa masa “sedih” dalam hidup, Allah memberi kode ke sel-sel kelabu di dalam kepala saya tentang ayat ini.
That moment, ketika saya sudah berjuang baik secara fisik, mengerahkan segenap pikiran, kemudian buntu. Tiba-tiba semua berasa gelap, membentur dinding, stuck! Dan saya tidak punya energi lagi untuk berjalan atau berpikir. Sebagai perempuan, waktu itu pelariannya adalah menangis. Kemudian saya menyerah, ya Allah, saya sudah lelah, sungguh, saya tidak tahu harus bagaimana lagi, I leave it to YOU.
Sembari teringat dengan ayat di bawah ini:
(اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ)
“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.”
(QS. Al-Fatihah: Ayat 5)
Kemudian, kalau sudah mengingat ayat itu, berserah pada pertolongan-Nya, rasanya enak sekali, hati jadi lega, pikiran jadi jernih. Bagaimana tidak lega, sebagai manusia, perempuan khususnya, kemampuan kita terbatas, ada hal-hal di luar kuasa ataupun kontrol kita.
Biasanya hal-hal yang seperti ini menguras fisik atau pikiran. Berjuang untuk mencari solusinya, berusaha terus, terus dan terus atau yang disebut mastatho’tum itu sudah seharusnya dilakukan sebagai seorang muslim, sebelum merasa desperado (putus asa).
Merasa desperado pun juga sebetulnya tidak baik, tapi kadang itu tak terelakkan. Tapi kalau sudah membentur dinding, di situ fitrah sebagai manusianya keluar; fitrah membutuhkan kekuatan besar di luar dirinya. Allah.
Setiap bertemu kesulitan, lalu mengingat ayat ini sambil meresapi artinya, masya Allah, insya Allah nggak akan “sebutek” sebelumnya si qalbu ini.
Ini adalah salah satu ayat dari beberapa ayat favorit saya, tapi begitu membekas momennya di hati.
Reblogged this on Sebuah renungan hidup seorang hamba and commented:
MFA#2
LikeLiked by 1 person