Abu Bakar Ash-Shiddiq. Saya akan berikan contoh berikut tentang kecintaan para sahabat kepada Rasul sholalloohu ‘alaihi wa sallam.
Beliau sedang duduk dengan Rasululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam. Lalu, orang musyrik datang dan mulai menghina Abu Bakar. Menghina istri, saudara perempuan, dan ibu beliau. Dari semua penghinaan ini, beliau tetap duduk tenang di sana.
Mereka berkata, “Abu Bakar tidak akan menanggapi ini.”
Mereka mulai menghina Rasululloh sholalloohu ‘alaihi wa sallam dan keluarga beliau. Pada titik ini, Abu Bakar Ash-Shiddiq berdiri dan marah. Segera saat beliau marah, Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam pergi dari sana.
Abu Bakar berkata, “Lupakan orang-orang ini. Aku tak mau membuang waktu menanggapinya. Aku akan bertanya mengapa Rasul pergi.”
Beliau pun mengejar Rasululloh sholalloohu alaihi wa sallam, bertanya, “Ada apa? Mengapa Engkau pergi?”
Rasul menjawab, “Selama dirimu duduk di sana, para malaikat berdiri di sekitar kita sambil berseru, ‘Abu Bakr ‘alal-haqq. Dia ada dalam kebenaran. Dia ada dalam kebenaran.’ Saat Engkau dalam kemarahan, mereka pun pergi. Dan aku tidak akan duduk di mana para malaikat tidak bersamaku.”
Dari contoh ini, apa yang sedang saya sampaikan padamu? Mengapa Abu Bakar marah? Yang beliau pikirkan, itu hal yang patut dilakukan untuk agama Allah, bukan? Akan tetapi, bahkan itu tidak dibenarkan. Kamu tidak perlu membuat keputusan untuk Islam, selain dari apa yang Nabi sholalloohu ‘alaihi wa sallam perintahkan. Inilah wujud kesabaran. Inilah ketekunan dan konsistensi, yang perlu kita kembangkan dalam diri kita. Ada kedisiplinannya.
Subtitle: NAK Indonesia
Donasi: https://www.kitabisa.com/nakindonesia
English Transcript: https://islamsubtitle.wordpress.com/2018/05/13/lesson-from-story-of-abu-bakr/
Reblogged this on Lutfia Nurna and commented:
Controlling anger
LikeLike