Kisah Nabi Ibrahim Dengan Reconnect With Qur’an – Nouman Ali Khan


Nouman Ali Khan: Reconnect with Qur’an
Oleh: Novie Ocktaviane Mufti

Al-Qur’an boleh jadi ada dalam keseharian kita. Kita membacanya, mendengarnya, atau bahkan membawanya kemana-mana. Tapi, mengapa kita tidak terkoneksi dengannya?

nak wefie istiqal

Assalamu’alaikum! Jika kamu sampai pada tulisan ini, berarti kamu sedang membaca ulasan kajian Reconnect with Al-Qur’an yang dibawakan oleh Ustadz Nouman Ali Khan di Mesjid Istiqlal kemarin (6 Mei 2016). Siapakah beliau? Beliau ini adalah seorang ustadz dari Amerika, yang terkenal dengan lecturenya yang membahas Al-Qur’an dengan mengupas bahasa hingga ke akar-akarnya. Sebagai penulis yang akrab dengan kata dan diksi, bagi saya itulah yang membuat kajian-kajian beliau punya daya tarik tersendiri. Alasan yang sama jugalah yang kemarin membuat saya (dan teman-teman) ingin datang, bertemu, dan belajar langsung dari beliau.

Dari kajian-kajian yang sebelumnya pernah saya datangi, kajian dengan ustadz Nouman kemarin boleh dibilang kajian yang terpadat. Pernahkah kamu melihat siaran langsung shalat Idul Fitri di Mesjid Istiqlal dari televisi? Nah, seperti itulah kurang lebih keramaian yang terjadi: mesjid penuuuuh sekali dengan lautan manusia. Ruang utama yang sudah sedemikian luasnya itu padat sampai ke tepinya, belum lagi ditambah dengan lantai 2 dan 3 yang tidak kalah padatnya. Dalam akun Instagram pribadinya, Ustadz Nouman memperkirakan bahwa saat itu mesjid dipenuhi oleh sekitar 14.000 orang. Menariknya, 90% dari orang-orang yang datang ini adalah anak-anak muda di usia produktif. Maa syaa Allah.

Saya tidak sempat mengabadikan momen. Foto ini diambil dari IG Story akun pribadi Ustadz Nouman Ali Khan.

Lalu, apa yang saya dapatkan dari kajian Reconnect with Qur’an kemarin itu? Berikut adalah reviewnya. Silahkan disimak, ya! Semoga bermanfaat.

BERAWAL DARI KISAH NABI IBRAHIM

Kajian yang berdurasi kurang lebih 3 jam ini disampaikan dalam bahasa Inggris. Dalam sesi pertama, kajian dimulai dengan membahas kisah Nabi Ibrahim. Awalnya saya bingung mengapa bukan langsung membahas Al-Qur’an hingga saya bertanya-tanya di dalam hati tentang apa hubungan antara kisah itu dan reconnect with Qur’an.

Kebingungan itu, yang mungkin juga dirasakan oleh orang-orang yang lainnya, sepertinya tertebak oleh ustadz Nouman hingga beliau bilang, “It might sounds not connected with our topic, but you have to listen it until the end so you can conclude what’s the connection between Ibrahim and reconnect with the Qur’an.” Penasaran kan? Iya, sama saya juga! Baca sampai selesai, ya!

Nabi Ibrahim lahir di antara orang-orang yang menolak petunjuk Allah hingga dapat dikatakan bahwa beliaulah satu-satunya orang yang menerima petunjuk tersebut. Suatu hari, beliau pernah bertanya-tanya tentang siapa Allah hingga setelah melewati berbagai perenungan akhirnya beliau memiliki sebuah kesimpulan diri, “Allah bukan hanya yang menciptakanku, tapi juga yang memberiku petunjuk. Dia tidak hanya memberiku makanan untuk dimakan dan minuman untuk melepaskan dahaga, tapi Dia juga secara terus-menerus memberiku petunjuk. Allah tidak hanya berkuasa membuatku mati, tapi Dia juga berkuasa untuk membuatku dihidupkan kembali.” (Silahkan cek lebih lanjut di Q.S Asy-Syu’ara: 78-82)

Nabi Ibrahim berbeda dengan nabi-nabi yang lain karena merupakan satu-satunya nabi yang paling banyak berdoa kepada Allah. Di tengah gempuran ujian, beliau banyak berdoa kepada Allah hingga doa beliau terabadikan di dalam Al-Qur’an,

Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shaleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa, dan neraka Jahim diperlihatkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat.” (QS Asy-Syu’ara : 83-91)

Menariknya, Nabi Ibrahim tidak begitu saja langsung berdoa kepada Allah. Sebelumnya, beliau terlebih dahulu memohon ampun kepada Allah (forgive me), kemudian ia meminta petunjuk untuk dapat melihat kebenaran sebagai kebenaran dan melihat kesalahan sebagai kesalahan (guide me), lalu ia pun meminta kekuatan kepada Allah untuk dapat menjalankan apa yang menjadi petunjuk-Nya dengan sepenuh ketaatan (give me power). Kalau kita? Bagaimana cara kita berdoa? Doa apa yang kita mohonkan kepada-Nya?

Allah ternyata mengabulkan doa baik Nabi Ibrahim, bahkan lebih dari apa yang dimintakannya. Beliau meminta kepada Allah agar anaknya menjadi keturunan yang dapat melahirkan generasi muslim karena adanya sebuah harapan akan terbentuknya Muslim Ummah.

Lalu apa yang terjadi? Dari Ibrahim lahirlah banyak nabi dan keturunan-keturunan shalih, termasuk juga Rasulullah yang masih ada dalam satu garis keturunan dengannya. Beliau meminta agar kisah hidupnya menjadi pelajaran bagi orang lain dan menjadi buah tutur perkataan yang baik. Lalu apa yang terjadi? Beliau menjadi bapaknya umat muslim, yang hingga saat ini pun kisah hidupnya menjadi teladan dalam banyak aspek kehidupan. Beliau meminta agar keturunannya mendapatkan petunjuk, maka permintaan itu terjawab dengan adanya Al-Qur’an. Maa syaa Allah.

LALU, APA KAITANNYA KISAH NABI IBRAHIM DENGAN RECONNECT WITH QUR’AN?

Al-Qur’an adalah cara Allah berkomunikasi dengan kita, sedangkan doa adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah.

Keduanya adalah bentuk komunikasi 2 arah yang akan dapat membuat kita terus terkoneksi dengan Allah. Seperti Nabi Ibrahim, yang dilakukan beliau melalui doa adalah juga upaya beliau untuk terkoneksi dengan Allah. Tersebab ujian-ujian yang telah berhasil dilalui dengan penuh kesabaran, maka Allah memberi Nabi Ibrahim ‘hadiah’ dengan terjawabnya doa-doa beliau. Poinnya adalah, setiap doa dan juga bacaan Al-Qur’an yang berangkat dari hati adalah cara bagaimana kita membentuk komunikasi 2 arah dengan Allah.

MENGAPA AL-QUR’AN ISTIMEWA?

Bayangkan kamu sedang berada dalam kondisi yang sangat bingung. Sebabnya bisa apa saja, misalnya sedang tersesat di sebuah perjalanan. Lalu, seorang teman datang kepadamu menunjukkan kemana jalan yang perlu kamu tempuh. Bagaimana perasaanmu? Begitulah perumpamaan Al-Qur’an, ia hadir sebagai nur atau cahaya yang menyelamatkan kita dari kegelapan.

Al-Qur’an boleh jadi ada dalam keseharian kita. Kita membacanya, mendengarnya, atau bahkan membawanya kemana-mana. Tapi, mengapa kita tidak terkoneksi dengannya?

Jawabannya adalah karena kita tidak mengenal dengan baik apa dan bagaimana Al-Qur’an itu sendiri. Mungkin kita hanya membaca tanpa memahami mengapa kita membutuhkannya untuk ada di dalam kehidupan kita. Padahal, ada 3 keutamaan Al-Qur’an. Apa sajakah itu?

Pertama, ia adalah nasihat (advice) bagi kita. Dengan semua kisah, sejarah, aturan, dan kandungan-kandungan Al-Qur’an, sebenarnya ia tidak hanya berbicara mengenai itu semua, tapi juga berbicara mengenai kita. Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Nouman, “The Qur’an is talking about you!

Kedua, ia adalah penyembuh bagi hati kita (Qur’an heals your heart). Apapun kondisi hati kita, entah itu sedang merasa takut, bergejolak, bahagia, dan lain-lain, Al-Qur’an adalah satu yang dapat menenangkannya. Hati kita, termasuk seluruh perasaan di dalamnya itu ada dalam genggaman Allah, Dialah yang berkuasa membolak-balikkanya. Kabar baiknya, ternyata Al-Qur’an hadir sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hati kita.

Ketiga, Al-Qur’an adalah pemberi petunjuk (guidance) kepada kita. Dengan Al-Qur’an, kita dapat membedakan halal-haram dan juga benar-salah. Selain itu, ia juga berisi solusi-solusi di dalamnya, yang mungkin belum pernah kita alami atau pikirkan sebelumnya.

You have to believe that Allah will advise you, heals you, and guide you through Al-Qur’an.” – Nouman Ali Khan

Apa yang Al-Qur’an suguhkan kepada kita adalah harapan, kebahagiaan, cinta, petunjuk, pembeda, dan juga kasih sayang. Maka, orang-orang yang hatinya terpaut dengan Al-Qur’an seharusnya bersikap positif dan bahagia. Sudahkah kita demikian?

KITA BUTUH AL-QUR’AN, LEBIH DARI KEBUTUHAN MAKAN DAN MINUM DI KESEHARIAN

Setiap hari kita butuh makan sebab kita tentu akan lapar jika tidak makan. Tapi, ternyata manusia bisa tahan untuk tidak makan selama satu hari. Setiap hari kita juga butuh minum sebab kita akan haus jika tidak minum. Tapi, ternyata manusia bisa tahan untuk tidak minum selama satu hari. Tahukah kamu ada yang lebih penting bagi kita dibandingkan keduanya? Ya, petunjuk dari Allah jauh lebih kita butuhkan daripada sekedar makan dan minum. Kita membutuhkan petunjuk, guidance, regular guidance.

Bicara soal petunjuk berarti bicara pula soal hati. Petunjuk akan sampai di hati. Karenanya, Al-Qur’an seharusnya tidak hanya terletak di mata, lisan, dan pikiran kita saja. Tapi, ia harus terletak di hati. Masalahnya, ada jarak yang jauhnya mungkin sangat signifikan antara Al-Qur’an dengan hati kita. Lalu, apa yang perlu kita lakukan?

Pertama, buatlah hati kita selalu terkoneksi dengan Al-Qur’an, sedikit demi sedikit. Mulailah dengan membacanya, mendengarkannya, memahami maknanya, dan sertakanlah hati kita ketika melakukannya. Sadarilah pula bahwa Al-Qur’an berisi bahasa-bahasa cinta Allah kepada kita.

Kedua, pelajarilah Al-Qur’an untuk mendidik diri kita sendiri sebelum mengajarkannya kepada orang lain. Bagikanlah kebaikan Al-Qur’an yang didapat kepada orang lain tanpa menggurui mereka. Dan yang terpenting, jangan gunakan kalimat-kalimat Allah dalam Al-Qur’an untuk menyakiti hati orang lain.

Sekian review kajian Reconnect with Qur’an. Terakhir, ada satu kalimat pengingat dari Ustadz Nouman Ali Khan yang semoga bisa membuat kita bersemangat untuk kembali membangun koneksi dan kedekatan dengan Al-Qur’an, “Apakah arti mendasar dari kembali terkoneksi dengan Al-Qur’an? Ialah kembali terkoneksi dengan apa-apa yang Allah katakan di dalamnya. Sebab, Al-Qur’an jauh lebih baik daripada apapun yang dikumpulkan manusia: uang, benda-benda, atau followers sekalipun.” – Nouman Ali Khan

Ditulis oleh Novie Ocktaviane Mufti

Sumber: https://novieocktavianemufti.wordpress.com/2018/05/09/nouman-ali-khan-reconnect-with-al-quran/

3 thoughts on “Kisah Nabi Ibrahim Dengan Reconnect With Qur’an – Nouman Ali Khan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s