Lanjutan dari tulisan Bani Israil, Pemindahan Kiblat dan Ayat Tentang Ramadhan.
Masih diambil dari penjelasan di video The Month of Forgiveness bisa dilihat di https://youtu.be/F3Wbvp0_ens
Bagian 1
Perbedaan Puasa Umat Terdahulu dan Puasa di Bulan Ramadhan
Kalimat selanjutnya di ayat 185 adalah tentang apa yang harus kita lakukan untuk mengganti hari-hari puasa di Ramadhan yang terlewat karena sakit, perjalanan, haid, dll.
“Wamankaana maridhan au ‘ala safarin,” barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan.
“Fa’iddatummin ayyamin ukhar,” hendaklah dia menggantinya dengan berpuasa di hari yang lain.
Pilihannya cuma satu, mengganti dengan puasa. Ga ada pilihan kedua seperti di ayat 184 (baca bagian 3) Tapi nanti detail tentang itu di bahas di hadis. Tentang siapa yang boleh bayar fidyah. Di sini.. kita mulai ngerasa kalau puasa Ramadhan itu berat.
1. Puasa 30 hari, yang sebelumnya puasa cuma kurang dari 10 hari
2. Kalau sakit/safar harus ganti dengan puasa di hari lain. Yang sebelumnya boleh milih ganti dengan puasa/kasih makan orang miskin
Dan tepat setelah ayat ini.. Allah berfirman.. “Yuridullahu bikumul yusr wa laa yuriduu bikumul ‘usr.”
“Allah wants ease for you.”
Ketika kita mikir, kalau syariat Ramadhan lebih sulit daripada syariat puasa ummat terdahulu saat itu juga Allah meyakinkan kita, bahwa Allah ingin memberikan kemudahan untuk kita dan tidak ingin menjadikan kita kesulitan.
Aneh dan awalnya ga masuk akal, bagaimana 30 hari puasa lebih mudah dari pada 9 hari puasa? Tapi nyatanya gitu. Ramadhan adalah waktu termudah buat kita puasa selama 1 bulan.
Kata Ustadz Nouman, 3 hari puasa di bulan-bulan lain rasanya lebih berat daripada 30 hari puasa di bulan Ramadhan. Masih ingatkan di tulisan sebelumnya? Bahwa pada dasarnya sifat pelatihan itu mudah, contohnya pelatihan pemadam kebakaran. Begitu pula Ramadhan, bulan tempat kita berlatih untuk menjadi orang yang bertakwa.
Bagian 2
Yang Menguatkan Kita di Bulan-bulan Setelah Ramadhan Adalah Al Quran
Habis jelasin tentang Allah menginginkan kemudahan untuk kita, Ustadz Nouman nambahin beberapa hal terkait analogi Ramadhan sebagai training untuk hati kita menjadi kuat.
Jadi semakin lama latihan, akan semakin kerasa kan efeknya? Ibarat latihan puasa, artinya membiasakan hati kita mengontrol tubuh kita selama 30 hari. Sudah jadi habit, kita shalat malam di Ramadhan. Sudah jadi habit kita tilawah, ngafal Quran beberapa jam di bulan Ramadhan. Kalau sudah jadi habit, harusnya jadi lebih mudah.
Nah setelah ramadhan yang ibarat training. Kita dapet sertifikat tuh hehe. Telah lulus training Ramadhan 1438H kemarin misalnya.. setelah itu ada perayaan. People congratulate you. Ied mubarak.. yeaay.. Sekarang saatnya kita beneran ke medan perang dan melawan setan.
Tapi tahukah? Meski sudah bukan bulan Ramadhan.. apa yang telah ada di hati kita yang ga boleh kita lepas? Al Quran. Al Quran adalah senjata utama kita melawan setan. Itulah mengapa Allah meminta kita mengucap ta’awudz saat membaca Quran. Cek An Nahl ayat 98.
“You will come out of Ramadhan stronger, because you will have more Quran in your heart.” – Nouman Ali Khan
Setelah ini.. Ustadz Nouman nyentil kita untuk ngafal quran.
“You have to memorize Quran in Ramadhan. If you’ve been lazy, stop it! Get start! I don’t care if you do two ayat, I don’t care if you do two pages, set your goal high!” – Nouman Ali Khan
Ustadz Nouman ngingetin kita untuk buat target menghafal yang tinggi.
“Aim high. Say I’m gonna memorize the whole juz this month. I’m gonna memorize 20 pages, I’m gonna memorize 10 pages this month. I’m gonna memorize 10 pages this month. I’m gonna memorize the entire juz amma or something.” – Nouman Ali Khan
Karena dengan menghafal.. kita akan membaca ayat-ayat dalam Al Quran satu, dua, tiga hingga berkali-kali. Dan setiap membacanya, setiap huruf akan mendapatkan pahala yang dilipatgandakan di Bulan Suci ini.
***
Tambahan catatan salah satu anggota grup NAK Indonesia yang waktu itu menambahkan, dari +62 81x-xxx-348
Action plan Ramadhan:
1. Stop the damage, TV, Twitter, YouTube dll aktivitas yang kurang produktif di hilangkan.
2. Harus punya target hafal in Al Qur’an, bisa dengan dengerin Mp3, kita tiru sampai benar dan ulangi 10 kali.
3. Hafalin do’a-do’a, ustadz NAK bilang 20 do’a. Masuk keluar rumah, dll.
4. Ajak anak dan keluarga untuk ibadah, ajak bukan hanya nyuruh.
5. Sederhana dalam makanan jangan berlebihan
6. Usahakan pahami Al Qur’an dengan baca tafsir.
7. Sholat subuh dan isya jangan sampai terlewat, harus jamaah. Karena orang yang menjalankan keduanya seperti orang yang sholat sepanjang malam.
***
Bagian 3
Supaya Kita Bersyukur
Bagian terakhir ayat 185:
“Wa li tukabbirullaha ‘alaa maa hadaakum, wa la’allakum tasykuruun.”
“Dan agungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan padamu dan supaya kamu dapat bersyukur.”
Maksudnya agungkan Allah, salah satunya adalah dengan memprioritaskan Allah di setiap aktivitas kita. Termasuk menunda semua hal ketika waktu shalat tiba..
“…Wa li tukabbirullah, you say,” Allah is greater than my sleep, Allah is more important than my sleep. That’s what this means, to prioritize Allah.
“Allah is a bigger priority than my own temptation, my own laziness, my own desire, my own urges, my own hunger, my own greed. All of those things are less, Allah is greater. That’s the training of Ramadhan.” – Nouman Ali Khan
“Wa la’allakum tasykuruun.” Supaya kamu bersyukur, bersyukur terhadap apa? Cek awal ayat ini.. “Syahru ramadhan alladzi unzila fi hi al quran.” Hal pertama yang kita harus syukuri adalah Al Quran. Dan bagaimana caranya? Apakah cukup hanya berucap alhamdulillah?
Syukur kita terhadap Al Quran salah satu caranya adalah dengan kita membacanya, mempelajarinya, menghafalnya. Karena kalau kita berkata, “Alhamdulillah, Allah telah menurunkan Al Quran“, lalu kita meletakkannya di rak dan membiarkannya berdebu. Itu bukan syukur..
“Huwa hablullahil matin minassamaa-i ilal ardh. It’s the stretched rope of Allah from the sky to the earth. Quran itself. The more connected you are to the Quran, the more connected you are to Allah. The more disconnected you are from the Quran, the more disconnected you are from Allah. That’s a fact.
You have to be, and I have to be, on a life mission to get closer to this book. And nobody can’t say that they’re close to the Quran. Nobody. This is an ocean that doesn’t have an end.” – Nouman Ali Khan
***
Bagian 4
Ramadhan dan Doa
Selanjutnya ayat tentang doa, Al Baqarah ayat 186.
Ayat ini dimulai dengan kata “idza” yang artinya when/ketika. Kata ini berbeda dengan kata “in” yang artinya if/jika. Bedanya apa? Kata ‘ketika’ artinya ada rasa harapan/expecting. Sedangkan kata ‘jika’ membuka kemungkinan kalau yang terjadi sebaliknya.
“Wa idza sa-alaka ‘ibadi,” Allah berfirman, “Ketika hamba-Ku bertanya padamu,” Allah tidak berfirman, “Jika hamba-Ku bertanya padamu“. Mengapa? Karena Allah tidak berkata, “Oh mungkin mereka tidak bertanya.”
Allah is expecting you to ask. He’s waiting to you to ask. It’s not just the possibility, it’s like Allah is saying, “Whether you’re gonna ask?”
Subhanallah. “Idza,” di dalamnya ada tawwaqu’, ada ekspektasi, ada “thollab”, ada cinta di dalam kata “idza”. Jika Allah berbicara tentang orang-orang yang tidak Allah pedulikan, apakah mereka bertanya atau tidak, siapa yang peduli? Allah akan menggunakan, “in sa-ala“. Tapi Allah berfirman, “idza sa-ala“.
Terus kata “sa-ala“, itu adalah sebuah kata kerja lalu past tense. Kalau menggunakan present tense, “yas-alu“, artinya kejadian yang terjadi berulang-ulang. Sedangkan past tense maknanya, kejadian yang terjadi satu kali.
Meaning, I’m waiting for my slaves they can only ask about Me, how many times? Once. I’m not even waiting for a lot of times. I’m expecting just one time to ask.
Lanjut.. “sa-alaka“. “Ka” di sini maknanya ke Rasulullah. Jadi ketika hambaKu bertanya padamu, maksudnya bertanya pada Rasulullah tentang Allah.
Lanjut ke kata “‘ibadii“. Artinya hamba-Ku. Yang digunakan kata hamba, Allah tidak menggunakan kata mereka, bukan orang-orang yang beriman, bukan sahabatmu, bukan pula orang-orang islam. Bahkan hamba-Ku, bukan “‘ibaduna” atau “‘ibadullah“.
Dalam Al Quran Allah menggunakan kata ganti ‘Aku’ juga ‘Kami’.
If you read an ayah of the Quran that has ‘I’ in it, it’s either Allah’s showing a lot of love or He is showing a lot of anger. There’s only those two, there’s no normal situations.
Selain itu… kata kepemilikan ‘my‘ berarti rasa sayang. Karena sejauh apapun kita dengan seseorang misalnya, dengan kakak, adik, paman, ibu, ayah. Kalau kita menggunakan kata Ibuku, Pamanku, Adikku, itu adalah bentuk ekspresi sayang.
And they’re “‘ibaad”. Now, these people may not be worshiping Allah. But He still calls them “‘ibaad”.
Kata “‘ibadi” di ayat ini membuatku sadar… bahwa Allah menggunakan kata tersebut untuk membuka lebar pintu doa, bahwa siapapun bisa bertanya dan berdoa kepada-Nya. Selain itu, kata ini juga menunjukkan kasih sayang Allah. Betapapun kita jauh dari-Nya, Allah masih menunggu kita untuk bertanya tentang Allah, Allah menunggu kita berdoa kepadanya, Allah.. masih menganggap kita sebagai hamba-Nya.
Bagian 5
Allah Dekat
Lanjut bahas Al Baqarah ayat 186.
“Fa inni qarib.” Maka sesungguhnya AKU dekat.
Di sini yang bikin kagum, orang-orang bertanya tentang Allah kepada Rasulullah, tapi kalimat selanjutnya “faqul lahum inni qarib,” ga ada “katakan kepada mereka“. Allah menjawab langsung, Allah yang menjawab langsung kalau Allah dekat. Begitu dekatnya Allah, maka Allah menjawab langsung pertanyaan kita.
Kata “inna” maksudnya untuk menghilangkan keraguan. Allah ingin meyakinkan kita bahwa Allah selalu dekat. Selalu, karena kata qarib merupakan kata benda/kata shifat (ism shifah) yang tidak terikat dengan waktu seperti kata kerja yang terikat tenses.
“Allah is saying, ‘Don’t you ever doubt that I am near.’ Why are you doubting that I am near? Why do you think I would go away from you? You turn your back on me, I don’t turn My back on you. You turn your back on me, you disobey me, you stop loving me. I never stop loving you. You become distance, I stay near.” – penjelasan Ustadz Nouman Ali Khan
Saat orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang Allah, apa yang Allah ajarkan untuk menjawabnya? Bukan penjelasan 99 asma-ul husna, tapi kata sifat bahwa Allah selalu dekat. Mengapa? Karena ketika kita tahu bahwa Allah dekat, artinya kita bisa bicara langsung kepada Allah, kita bisa berdoa, dan shalat. Selain itu.. dengan mengetahui Allah dekat, akan muncul rasa respect, segan, dan merasa selalu diawasi.
Ibarat pengendara motor yang tahu akan ada polisi di jalan X, dia pakai helm, bawa sim stnk, motornya juga dalam kondisi lengkap. Ketika kita merasa Allah dekat, maka apa yang kita bicarakan, apa yang kita lakukan, semua hal akan berubah.
***
“Ujibu da’watadda’i.”
“Ujibu” dalam bahasa arab “ajaba” maknanya menjawab/merespon. Tapi ada kata lain yang maknanya juga mirip, yaitu “istijaba“. Perbedaannya, “ujibu” artinya menjawab/merespon dengan cepat, immediately/without delay. Sedangkan “istijaba” artinya menjawab/merespon tidak langsung, take time/answer over time.
And by the way, these are the ayat of Ramadhan, yes? So if you really, really want immediate answer, when do you make du’a? Ramadhan. And if you really want Allah to be close, get close to Allah first, recite a lot of Quran, and then make du’a, then recite Quran and make du’a, then recite Quran and make du’a, that’s what you should do in Ramadhan.
Oh man, you will enjoy Ramadhan. You make a lots of du’a, you start to enjoying Ramadhan. You don’t make a lots of du’a, you won’t enjoy Ramadhan. The joy of Ramadhan is in du’a. – Nouman Ali Khan
“Da’watadda’i” di sini maknanya Allah merespon/menjawab doa bahkan seseorang yang hanya berdoa sekali. Itu yang pertama. Yang kedua, kata “adda’i” di sini berarti Allah tidak meletakkan ekspektasi apapun, bukan “da’watat taaibin“, bukan doa orang yang bertaubat, bukan “da’watal muslimin“, bukan doa orang muslim. Allah menjawab doa orang yang berdoa.
Ayat ini kalau menurut Ustadz Nouman ditujukan untuk mereka yang sangat-sangat jauh dari Allah.
“Because Allah is talking to people who are so far away to Allah. So the first thing He says is, “Look. I am near. You’re far, I am near.” And then He tells them, “I know you have nothing but this one du’a right now, that’s ok, just give Me. Just give Me this one du’a. even if you’re just ad-da’, you’re just the caller. I have no other description for you.”
“I can’t even call you shalih yet, muslim yet, mu’min yet. I can’t call you anything, I’m just calling you ad-da’, the caller, that’s not even a qualifications. Just that. that’s good enough. Just call Me.” – Nouman Ali Khan
Yang ketiga, masih dari “da’watadda’i“. Kata “ad-da’i” di sini sifatnya ma’rifat, artinya Allah tahu setiap orang yang berdoa, siapa namanya, bagaimana kehidupannya. Allah mengenal kita, kita spesifik di mata Allah. Kita tidak dipandang sebagai satu orang diantara milyaran manusia di bumi, tapi kita dipandangan sebagai diri kita sendiri spesifik.
Bayangin aja, presiden, atau rektorat, atau CEO perusahaan kenal kita, padahal kita cuma salah satu rakyat Indonesia, kita cuma salah satu mahasiswa, atau kita cuma karyawan kelas bawah.
***
“Ujiibu da’watad da’i idza da’ani.” (QS Al Baqarah ayat 186)
“‘Idza‘” artinya kapan pun, kapan pun. “‘idza da’ani’” kapan pun mereka berdoa kepadaKu. Kapan pun kita berdoa kepada Allah, Allah akan menjawabnya segera. Berdoa padaNya di pagi hari, siang, sebelum tidur, Allah akan menjawabnya. Subhanallah..
“I will answer you whenever you call“. This is the invitation of Allah. How is it that we don’t listen to this invitation. How can a person stay away from du’a after listening the word of Allah? I don’t understand.
Then He says, now I’ve given you invitation. My invitation is I am near to you, I am ready to listen to you whenever. Even if you haven’t make du’a except only one time, I still listen to you. It doens’t matter if you don’t have no other Islamic good quality except du’a, I still listen to you. What should you do though? This is what Allah is giving for you.
***
Di penjelasan sebelumnya, Allah berfirman, bahwa Allah memberikan undangan kepada kita. Isi undangannya, bahwa Allah dekat, dan Allah selalu siap mendengarkan kita. Meskipun kita cuma punya baru pernah mau doa sekali saja, Allah masih akan mendengarkan kita. Tidak peduli meski kita ga punya kualitas iman/Islam selain satu doa ini. Lalu Allah berfirman..
“Fal yastajibuli..” inget ga kata lain yang maknanya merespon/menjawab selain “ajaba“? Ya benar.. “istijaba“. Maknanya kita mencoba untuk menjawab. Ibarat misal orang ngajakin kita ketemuan makan bareng, kita mencoba untuk cari jadwal/ngeluangin waktu. Ga langsung, tapi mencoba menjawab.
“Fal yastajibuli.” They should at least try to answer me. “You are asking things to me,” Allah says, “You’re asking me for a better job, you’re asking me for health, you’re asking me to protect your children, you’re asking me for your parents, you’re asking me for a house, you’re asking me for all kind of things, I am asking you something too. What about what I’m asking you?”
“Fal yastajibuli.” Then they should respond to Me, they should respond to Me.
Berbeda dengan letak di surat Al Fathihah. Di Al Fatihah, “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in“. Di surat Al Fatihah Allah didahulukan baru kemudian kita meminta. Bantuan yang kita minta di Al Fathihah adalah guidance/petunjuk.
But in this ayat of Ramadhan, He said, “I will answer you whenever you call Me,” and then He said, “You should answer me.”
He didn’t say, “You should answer me then I will answer you.” Subhanallah… He even put Himself second, and you and me first in this ayat. He puts Himself second.
“Fal yastajibuli wal yu’minubi.” (QS Al Baqarah ayat 186) They should respond to Me, they should have real iman in Me, they should really believe in Me.
Betapa istimewanya Bulan Ramadhan, diperlihatkan dari ayat ini. Jika di hari-hari biasa, kita beribadah baru kemudian kita meminta kepada Allah, di Bulan Suci ini.. Allah mempersilahkan kita meminta dulu baru kemudian kita memenuhi panggilannya, dengan ibadah. Kita dipersilahkan meminta dan berdoa dulu, baru kemudian kita diminta untuk berusaha menunjukkan keimanan kita kepadaNya.
Bagian 6
Ramadhan, Momen untuk Transformasi Diri
“La’allahum yasyudun.” (QS Al Baqarah ayat 186)
“So that they can be set straight. So they can be good people, they can change themselves. Subhanallah… These few ayat of Ramadhan are transformative. It completely change the way you think about this month, if we reflect just on these ayat.”
“The relationship you’re going to have with the Quran, the relationship you’re going to have with du’a, the relationship you will have with Allah after Ramadhan is done, these are the things you have to internalize.” – Nouman Ali Khan
Frase terakhir, seperti yang dikutip di atas.. TT Allah ingin memberitahu, menunjukkan dan mengingatkan kita, bahwa Ramadhan adalah bulan kita bermetamorfosis, bertransformasi. Mungkin masa lalu kita begitu kelam, tapi Ramadhan hadir, lalu kita banyak berdoa, dan memperbaiki iman dan ibadah kita. Allah will help us transform to be a better slave, a better muslim, a better mu’min.
Dan salah satu yang seharusnya berubah/meningkat setelah Ramadhan menurut ustadz Nouman antara lain adalah hubungan kita dengan Al Quran, hubungan kita dengan doa, dan tentunya hubungan kita dengan Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu memberbaiki hubungan kita dengan Quran, dengan doa, dan tentunya dengan Allah. Aamiin.
Allahua’lam.
[…] Bersambung ke Ramadan Momen Transformasi Diri – Nouman Ali Khan […]
LikeLike