Kamu menghadiri salat Jumat dan khatib membahas orang yang tidak salat di masjid setiap hari dan kamu sendiri sedang berjuang salat- ini membuatmu merasa bersalah.
Tapi kamu berusaha salat. Kamu salat. Dan jika kamu tidak salat tepat waktu setiap hari, kamu kedepannya ingin bisa (salat tepat waktu). Kenyataan kamu melakukannya atau ingin melakukannya, terlepas dari kenyataan itu adalah sebuah beban- itu tanda kuat dedikasimu untukNya.
Kamu sibuk sepanjang hari, mengurus satu anak ke anak yang lain, dan kamu bahkan tidak terpikir salat sunnah- dan kamu merasa bersalah. Tapi kamu menghabiskan setiap hari mengurus anak-anak yang masih kecil yang akan kebingungan jika tidak ada kamu. Setiap momen pengasuhan itu adalah ibadah.
Ramadan beberapa bulan lagi dan saat orang-orang begitu gembira dengan bulan itu, kamu sangat takut akan hal itu. Kamu secara emosional merasa bersalah atas perasaan itu, kamu terpuruk saat terus-menerus menghadapi apa yang kamu sebut sebagai “kesalehan” dan betapa jauhnya kamu dari itu, berpuasa membuat badanmu “frustrasi“, meski kamu mampu melakukannya. Kamu tetap menjalankannya. Meski itu sangat sulit, kamu tetap melakukannya. Kamu sebenarnya pejuang spiritual.
Allah tidak memintamu menjalani hidup dengan membenci dirimu sendiri karena “tak cukup baik dalam beribadah“. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita bahwa, ibadah itu berdasarkan niatnya. SELURUH HIDUPMU bisa menjadi ibadah dengan perspektif tersebut- jadi alih-alih kamu merasa tidak pernah cukup baik, renungkan mungkin di mata Allah kamu lebih baik daripada sangkaanmu sendiri.
Sumber: https://www.facebook.com/maryam.amirebrahimi/posts/1728227380571445
[…] Tak Cukup Baik Dalam Beribadah – Maryam Amir […]
LikeLike