Hadiah Kejutan Dari Allah – Nouman Ali Khan


Sehari yang lalu saya berbincang dengan seorang teman karib membahas sebuah ayat yang sepertinya sulit dipahami.

(فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)

Seseorang tidak mengetahui apa yang disembunyikan dari mereka tentang penyejuk mata, sebagai balasan dari apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. As-Sajdah ayat 17)

[Versi Quran Terjemah Indonesia: Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.]

Jadi setelah menyampaikan sedikit yang saya ketahui tentang ayat tersebut, saya putuskan untuk menuliskannya bagi Anda sekalian. Semoga Allah menerimanya.

Mungkin cara yang baik untuk memahami ayat ini adalah dengan menggali dahulu “apa yang tersembunyi” itu. Jawaban pada ayat ini adalah (من قرة أعين), “penyejuk mata”.

Ini sebuah frasa di dalam literatur bahasa Arab yang mengandung gambaran indah tentang seorang pengembara yang menemukan perlindungan dari badai gurun di suatu tempat, sehingga matanya tidak lagi tersiksa oleh butiran pasir yang berterbangan ke arahnya.

Secara harfiah, di tempat inilah si pengembara menemukan kesejukan bagi matanya yang sedang terbakar. Ini juga melukiskan antonim dari frasa “pemanas mata”. Ketika bangsa Arab kuno mengutuk seseorang dengan mengatakan, “Semoga Tuhan memanaskan matamu,” sebenarnya dia berdoa agar pendengarnya menderita dengan tangisan kepedihan yang dalam, yang membakar matanya.

Kebalikannya adalah mengibaratkan tangisan kebahagiaan sebagai penyejuk mata. Biasanya saya mencontohkan dengan dua orang ibu yang sedang berada di bandara. Salah satunya menyaksikan kepergian putranya yang terbang ke luar negeri, sedangkan yang lain menerima kedatangan putranya yang kembali dari perjalanan jauh.

Keduanya memeluk putranya, keduanya meneteskan air mata, namun salah satunya bermata sejuk (meneteskan tangis bahagia) dan yang lainnya bermata panas (meneteskan tangis kesedihan).

Kesimpulannya, frasa ini melingkupi makna kelegaan dari kepedihan akibat badai tanpa belas kasihan dan juga mencakup kondisi bahagia yang membuat seseorang meneteskan air mata.

Berikut beberapa puisi kuno bisa membantu kita memahami makna frasa tersebut:

(ألا هل أتى الأنصار أن ابن بحدل حميدا)
(شفى كلبا فقرت عينها)

Sudah sampaikah berita kepada para penolong bahwa Humaid Ibn Bahdal (seseorang yang telah membunuh banyak musuh) telah menenangkan pikiran Kalb (suku yang telah dihabisinya) sehingga mata mereka menjadi sejuk.

(مضى فمضت عني به كل لذة)
(تقر بها عيناي فانقطعا معا)

Dia telah berangkat (artinya dia telah mati) dan bersamanya telah pergi kesenangan yang menyejukkan mataku, keduanya telah berlalu.

Jadi sebagai tambahan pada makna kelegaan dan kesenangan, adalah makna diakhirinya kegelisahan sebuah hati yang menginginkan keadilan dengan terlaksananya keadilan tersebut.

Di dalam kehidupan kita ada pasti badai yang sepertinya tidak akan reda. Boleh jadi ada orang-orang yang sepertinya selalu bisa menghindar dari setiap kesalahan dan tidak membayar kesalahannya yang telah mengakibatkan penderitaan Anda.

Barangkali Anda menderita penyakit yang lambat laun menggerogoti fisik dan emosi Anda. Mungkin Anda memiliki anak atau orang tua dalam kondisi tersebut. Bisa saja ada kehilangan di dalam keluarga Anda, atau kejadian menyakitkan lainnya. Hati Anda tidak menemukan kedamaian, mata Anda tidak menemukan kesejukan. Bisa saja hal-hal yang biasanya membuat Anda bahagia kini tidak berpengaruh lagi. Kehidupan menjadi hambar dan menyedihkan.

Di dalam ayat ini Allah mengatakan kepada Anda dan saya, bahwa kita sama sekali tidak tahu kelegaan, luapan kebahagiaan, dan penyelesaian seperti apa yang ada di hadapan kita, yang disembunyikan dari kita sebagai hadiah kejutan.

Meskipun penyejuk mata dalam ayat ini bisa juga dimaknai sebagai balasan dan keringanan pada kehidupan berikutnya, namun menurut bahasa yang digunakan Allah tidak membatasi hal itu pada kehidupan berikutnya saja, dan itu merupakan rahmatNya. Siapa kita sehingga membatasi apa yang tidak dibatasi Allah?

Ayat ini disimpulkan dengan (جزاء بما كانوا) “dan disinilah terkandung harta”.

Penyejuk mata secara harfiah sebenarnya sebuah kompensasi. Untuk apa? Untuk kebaikan apa pun yang telah Anda lakukan secara konsisten. Tidak seharusnya Anda dan saya menyepelekan amal sekecil apa pun yang kita lakukan setiap hari. Apapun bentuk perbuatan baik itu.

Mengatakan kepada anak betapa Anda menyayangi dan bangga terhadap mereka. Melakukan suatu kebaikan untuk orang tua, tersenyum, berdoa’, mengaji, bersedekah, menolong seseorang yang Anda kenal, melembutkan hati kepada orang lain dan kepada Allah, dan membiarkan semua itu mengalihkan Anda dari badai yang Anda hadapi.

Biarkan semua itu melenyapkan awan hitam kepedihan dan ketidakadilan yang selama ini menggelayuti hati nurani Anda. Tetaplah melakukan semua kebaikan itu. Jika Anda sedang tertekan dan tidak melihat jalan keluar, seperti Asiyah yang tidak bisa melarikan diri dari cengkeraman Fir’aun, ketahuilah bahwa amal Anda -dan Anda tidak tahu yang mana diantaranya-, akan memberi jalan keluar.

Bagaimana Allah menjadikan kata-kata penyemangat yang Anda sampaikan kepada seorang tuna wisma bertahun-tahun yang lalu sebagai penghenti penjalaran tumor, tiada seorang pun tahu kecuali Dia. Kelegaan, kebahagiaan, dan jalan keluar sedang dalam perjalanan. Biayanya adalah apa yang kita lakukan selama kita terjaga.

Saya tahu ini sedikit panjang, tapi saya sedang lapar dan tidak mood untuk mengeditnya. Lagipula ibu saya memasak gosht (daging kambing).

Ok, selamat tinggal.

Sumber: https://www.facebook.com/noumanbayyinah/posts/1180163858783021

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s